Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Komunikasi Antar Budaya

Diperbarui: 13 September 2020   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya kebudayaan dari suatu daerah dan daerah lain yang hampir sama, dan bahkan terdapat beberapa negara juga yang memiliki kesamaan budaya seperti yang disinggung dalam video mata kuliah KAB di situs kuliah Atma Jaya oleh Bapak Nobertus Ribut Santoso, SS, MA.  

Tetapi tidak sedikit juga kesamaan atau keberbedaan budaya ini membawa masalah. Terdapat beberapa kesalahpahaman antar budaya, seperti pada kasus yang saya temukan diberita Detik.com. Menurut berita yang dilansir yang dalam Detik.com, terdapat kesalahpahaman dari penggunaan kata "ndesa" yang berarti kampungan dalam vlog-nya dan si pembuat vlog  tersebut dilaporkan ke kepolisian karena dianggap melakukan penistaan. 

Kata "ndesa" merupakan salah satu budaya dari bahasa yang berasal dari Jawa khususnya Yogyakata, dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan budaya dapat memicu adanya kesalahpahaman dan menimbulkan adanya kasus.

 Komunikasi antar budaya hadir untuk mencegah permasalahan ini, dan saya akan membahas beberapa pentingnya mempelajari salah satu mata kuliah ini. 

Menurut buku yang ditulis oleh Samovar dalam bukunya communication between cultures, menjelaskan bahwa komunikasi antar budaya yang efektif merupakan syarat untuk memastikan perdamaian dunia dan sebagai berikut:meningkatkan hubungan natar budaya, dan budaya dominan di setiap negara, memastikan keberlanjutan sumber daya dan mempromosikan kelangsungan ekologi.

Dan Samovar juga menjelaskan bahwa, Komunitas global saat ini dihadapkan pada spektrum keadaan yang luas yang menghadirkan pemerintah nasional dengan tuntutan yang besar atas sumber daya keuangan dan fisik.  

Selain itu, ada kondisi yang membayang di cakrawala yang menandakan konsekuensi buruk di masa depan kecuali diantisipasi dan dikelola dengan baik.  Penyelesaian yang berhasil dari banyak masalah ini akan membutuhkan tata kelola global — pendekatan transnasional untuk secara kooperatif terlibat dan memecahkan masalah yang harus ditangani melalui komunikasi antar budaya.

Dan menurut pengalaman pribadi saya, saya adalah seorang kelahiran Jawa tepatnya di Yogyakarta. Dan dari kecil, saya sudah dibiasakan berbicara halus dengan menggunakan nada yang halus juga kepada semua orang. 

Karena kebudayaan Yogyakarta yang halus maka saat ada seseorang yang berbicara dengan nada tinggi, dianggap orang tersebut sedang emosi atau menunjukan emosinya kepada lawan bicaranya. Dan saya juga memiliki keturunan batak, saat saya berkunjung ke medan karena harus mendatangi suatu acara. 

Saat saya sampai, saya menemui budaya yang sangat berbeda dengan di Yogyakarta. Salah satunya adalah penggunaan nada tinggi dalam percakapan dengan sesama atau bahkan lebih tua. Saat masyarakat medan menggunakan nada tinggi saat berbicara pada saya, saya mengira bahwa orang tersebut marah kepada saya. Tetapi setelah diberi tahu bahwa budaya di Medan adalah suatu hal yang wajar bila seseorang berbicara dalam nada intonasi tinggi, dan bukan berarti sedang emosi. 

Selain itu, dalam budaya Yogyakarta saat ada lelayu ada orang meninggal biasanya tamu yang hadir memberikan amplop berisi beberapa uang untuk keluarga yang ditinggalkan. Berbeda dengan budaya di Medan, saat ada orang yang meninggal tamu yang datang menari dan memberikan seperti beras atau tanaman untuk keluarga yang ditinggalkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline