Lihat ke Halaman Asli

Wisata Tersembunyi Pasar Kebon Empring Yogyakarta

Diperbarui: 10 November 2019   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Kawasan wisata yang terletak di daerah Bantul Yogyakarta tersebut merupakan wisata yang menjunjung tinggi nilai tradisional, serta mempererat hubungan kekeluargaan. Jika berbicara tentang biaya masuk di wisata ini, para wisatawan hanya membayar secara  sukarela, sama juga dengan biaya parkirnya.

Pasar kebun empring ini buka setiap hari sekitar jam 07.00  pagi dan tutup sebelum magrib karena disini pejual dominan seorang ibu dan seorang istri jadi diutamakan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan tanggung jawab dirumah.

Hal yang lebih menarik lagi di pasar kebun empring ini yaitu pada saat hari minggu para pengelola, penjual dan tukang parkir menggunakan pakaian adat khas jawa. Untuk kuliner disini relatif sangat murah mulai dari Rp. 2.500 hingga 10.000, dan saat menyantap kuliner para pengunjung juga akan dimanjakan dengan pemandangan dari rimbun nya kebun empring dan suara gemercik air yang ada disungai.

Kemudian ada juga live musik yang di sediakan di pasar kebun empring tersebut yang menambah kesejukan serta ketenangan bagi para wisatawan yang datang. Anak- anak pun dibebaskan untuk bermain air disungai Karena air tersebut sangat bersih dan terjaga dari sampah. Pengelola juga menyediakan permainan tradisional seperti ayunan, angklung dan lain-lain.

Di pasar kebon empring menyediakan 25 warung kuliner, dan masing masing warung mempunyai ciri khas nya tersendiri, seperti salah satu nya adalah sego wiwit dibanderol Rp 2.500 dan banyak lain nya. Sering sekali pasar kebun empring juga digunakan untuk tempat pengajian, perkumpulan komunitas.

Menurut penjelasan sang pengelola, Ibu Titik, Pasar Kebun Empring berdiri awal bulan puasa pertengahan bulan Mei 2018. Ia menambahkan awal mula berdirinya Pasar Kebon Empring sebenarnya adalah pada saat terjadinya Badai Cempaka pada bulan November 2017, lalu ada jembatan penghubung antara perumahan warga yang putus, setelah badai berlalu para warga berencana membuat jembatan gantung.

Setelah itu para warga membuat tema untuk peresmian yaitu menuju desa wisata. Proyek alternatif setelah ide pertama untuk mengembangkan wisata ini sulit terealisasi.

"Awalnya kita mau buat tempat wisatanya di Bukit Berlian di samping sungai. Tapi tidak ada biaya. Waktu itu musim hujan, sulit terealisasi. Lalu kita beralih membuat tempat wisata yang murah tapi tetap bisa dinikmati masyarakat," kata Ibu Titik.

Akhirnya, lahan kosong di pinggir Kali Gawe yang sebelumnya hanya tumpukan sampah serta penuh dahan bambu kering disulap menjadi sebuah tempat yang bersih, sejuk, dan nyaman. Ibu titik juga menjelaskan bahwa dia mempromosikan tempat wisata ini melalui media sosial seperti facebook, instagram dan lain sebagainya. 

Kemudian untuk konsep besarnya adalah pasar tradisional yang menjadi tempat transaksi jual beli dengan fokus menjual kuliner tradisional. Yang membuat kagum dari awal berdirinya wisata ini yaitu modal utama untuk mendirikan Pasar Kebon Empring ini sebesar Rp. 130.000 dan itu pun masih harus berhutang di toko bangunan pada saat itu.

Wisata ini bukan hanya tempat untuk bersenang ria saja tetapi juga menjaga tradisi dan budaya asli Jawa kemudian menurut pengakuan Ibu Titik banyak sekali yang meminta tempat ini untuk diberikan sentuhan warna-warni untuk menambah keindahan wisata ini bahkan ada pula yang meminta untuk di buat akses wifi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline