Ketika dunia berakhir pada waktunya untuk berganti cahaya. Semua orang riuh di jalanan yang diam. Suara klakson saling bersautan dan menabrak, mengumandangkan lagu tetang kepenatan dan emosi. Kelelahan yang menjadi pakaian dalam hidup selama ini seolah tak bisa memberi hangat di udara dingin.
Kecupan hangat dikening membangunkan dunia, mengingatkan waktu untuk berpindah dan kembali. Kembali? Yeah...istirahat telah usai dan haruslah untuk kembali kehidup ini. Melakukan sesuatu untuk melakukan hal yang disebut pekerjaan.
Huh.. untuk keluar dari bangunan ini dan pergi ke jalan lagi rasanya tak mau.. ingin terus tertidur dalam peluknya. Tapi tidak... dia juga lelah. Dan riuh jalanan menyambut dengan senang.
Surya pun belum sepenuhnya berganti dengan rembulan. Menyisakan jingga yang bergradasi dengan ungu dan biru. Lampu2 mulai menyala satu per satu. Gaduh klakson pun mulai membabi buta. Mewakli kata2 kasar yang meluap karena ingin segera kembali ke asal.
Terduduk dipinggir jalan dengan mencoba tetap tersenyum bahagia. Setidaknya telah banyak yang terselesaikan,walau setelah ini tak ada hal seperti ini lagi. Bus pun tak kunjung lewat. Halte ini pun menjadi saksi bisu tentang cinta. Setidaknya Membuang waktu dengan menghitung berapa banyak lampu merah,kuning,dan hijau bercahaya sampai bus datang menjemput.
Bus ini juga menjadi saksi cinta...tanpa penumpang lain yang dapat memperhatikan dan mengganggu.
Cinta seolah terungkap sekarang... cinta atau sekedar keberanian??? Diantara gelap yang menunjukan cahaya rembulan menyatu dengan lampu2 kendaraan dan bangunan. Menembus kaca bus dan memberikan pantulan.. pantulan cahaya yang menari dan melukis indah kisah dari cerita ini...
Memberikan bayangan yang gelap namun penuh cahaya. Bayangan yang sulit terbetuk dan telihat. Bayangan yang dengan sempurna menggambarkan semuanya bersama cahya terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H