Lihat ke Halaman Asli

Alasan Gurita Bayi Tidak Dianjurkan Lagi

Diperbarui: 18 November 2018   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gurita bayi (sumber gambar: bolehkah.com)

Sebentar lagi saya akan melahirkan anak kedua. Seperti kelahiran anak sebelumnya, saya sudah menyiapkan "tas persalinan" yang isinya benda-benda penting untuk dibawa ke rumah sakit. Jadi begitu terasa akan melahirkan tinggal cuss ... berangkat. Suami pun tidak perlu pusing menyiapkan ini dan itu. Semua yang diperlukan sudah ada dalam tas itu.

Namun ada satu "perlengkapan bayi" yang sengaja tidak saya letakkan di dalam tas itu. Sengaja saya beri tanda petik karena benda ini sudah tidak lagi diperlukan bayi, bahkan dapat membahayakannya. Padahal dulu waktu saya bayi, benda ini adalah salah satu yang tidak boleh lepas dari bayi baru lahir, terutama sampai tali pusatnya puput (lepas). Benda apakah itu?

Ya, betul sekali. Gurita bayi. Kan sudah ada di judul.

Entah mengapa diberi nama gurita, mirip seperti hewan moluska yang ada di laut. Mungkin karena ada bagian yang menjari seperti tentakel gurita.

Dahulu, gurita biasa digunakan untuk melilit perut bayi. Menjaganya tetap hangat merupakan alasan pertama orang tua zaman dahulu memakaikan gurita pada bayinya. Alasan kedua adalah menjaga agar pusat yang masih basah tidak tersenggol-senggol (padahal saat ini metoda perawatan tali pusat adalah kering dan terbuka). Alasan ketiga? Saya rasa kebiasaan turun-menurun atau takut dimarahi orangtua maupun mertua.

Saat ini, gurita bayi sudah tidak dianjurkan bahkan dilarang. Apa sebabnya?

Jika kita perhatikan, bayi dan anak bernapas menggunakan pernapasan abdominal atau pernapasan perut. Pada pernapasan abdominal, perutlah yang bergerak seiring dengan napas yang diambil. Hal ini berbeda dengan pernapasan dada pada orang dewasa. Pada orang dewasa, gerakan dada turun-naiklah yang menandakan ia masih bernapas. Gurita biasanya diikatkan dengan ketat pada perut (bahkan sampai dada) bayi. Hal ini akan membuat usaha napas bayi menjadi lebih berat dan terbatas.

Selain itu, perut bayi seharusnya memang tidak sixpack (ya iya lah). Bentuk normal perut bayi adalah agak menggembung. Agak ya bukan besar sekali, kalau besar sekali sampai seperti katak (frog belly) mungkin memang ada kelainan. Hal ini sebanding dengan kapasitas lambung bayi dari seukuran buah anggur pada bayi baru lahir sampai 30 ml/kg berat badan pada bayi yang lebih besar.

Gurita (yang biasanya diikatkan kuat-kuat) akan membatasi pengembangan perut bayi ketika menyusu. Akibatnya bayi hanya minum sedikit asi. Hal ini menyebabkan bayi kekurangan cairan bahkan dehidrasi. Pada bayi kecil akan ditandai dengan bayi yang menjadi kuning.

"Ah, kalau kuning kan tinggal dijemur."

Tidak juga. Kalau kuningnya fisiologis (masih normal) mungkin bisa ya dengan jemur-jemur seperti itu. Walau kami tidak lagi menyarankan menjemur bayi untuk mengurangi kuningnya. Tapi kalau kuningnya sudah patologis, bayi harus dirawatinapkan di rumah sakit dan mendapat terapi sinar dengan sinar ultraviolet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline