Lihat ke Halaman Asli

Kenaikan Berat Badan yang Ideal Selama Hamil

Diperbarui: 4 Mei 2017   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maria Kang dan ketiga anaknya (sumber: twitter Maria Kang)

 

"Wajar lah badanku jadi begini, sudah turun mesin tiga kali."  "Badannya bagus ya? Tapi wajar sih, masih gadis. Lihat saja nanti kalau sudah melahirkan, pasti kaya mamak-mamak." Pernah mendengar celetukan nyinyir seperti ini? Saya rasa pernah. Biasanya kalimat-kalimat tersebut diucapkan oleh ibu-ibu beranak lebih dari satu yang merasa badannya jadi tidak seindah dulu lagi karena melahirkan, diucapkan dalam rangka mengomentari gadis cantik kinyis-kinyis dengan tubuh aduhai yang kebetulan melintas di saat yang tidak tepat. Salah siapa? Salah bapaknya atau salah anaknya? Ya kita salahkan saja nona cantik yang melenggang tak tahu diri di saat yang tidak tepat itu. Eh jangan.. Tulisan ini saya buat bukan untuk nyinyirin tokoh ibu imaginer yang saya tuliskan di depan tapi untuk mencegah semakin banyak lagi wanita yang merasa kurang puas dengan tubuhnya karena melahirkan. Jangan sampai suatu ketika ada wanita yang tidak mau punya anak karena takut tubuhnya berubah.  Kabar baiknya adalah hamil dan melahirkan tidak harus membuat tubuh seorang ibu menjadi gemuk. Tidak percaya? Coba googling nama ini: Maria Kang. Siapapun pasti sulit percaya kalau dia seorang ibu beranak tiga. Atau pinjam istilah ibu tadi: sudah turun mesin 3 kali. Malas googling? Ya sudah, saya carikan fotonya yang paling populer. Ini: 

 Saya tidak akan membahas tentang Maria Kang dalam tulisan ini. Jika ingin mencari tahu lebih jauh tentang sosok inspirasional ini, Anda bisa membacanya sendiri di blog miliknya atau di banyak tulisan lain yang bertebaran di internet. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa memiliki tubuh yang indah dan bugar setelah memiliki anak itu bisa dan sangat mungkin  asal tahu caranya.

Bagaimana caranya? Salah satunya dengan mempertahankan berat badan sesuai dengan kenaikan berat badan yang ideal selama kehamilan. Jujur, ini adalah topik yang agak sulit untuk dibicarakan dokter kandungan Anda pada Anda. Mengapa? Karena takut menyinggung perasaan. Tahu kan, wanita biasanya paling sensitif kalau ditanyai masalah berat badan (dan umur, hehe..). Tapi demi kebaikan kita semua baiklah kita lanjutkan artikel ini. JAMA tahun 2000 dan data dari CDC tahun 2009 menyatakan bahwa makin banyak wanita yang mengalami peningkatan berat badan yang berujung pada naiknya angka obesitas. Periode kehamilan merupakan salah satu titik penting karena sekitar 43% wanita mengalami peningkatan berat badan melebihi rekomendasi. Meskipun data ini berasal dari Amerika Serikat, tapi tren di dunia menunjukkan kecenderungan yang sama tak terkecuali Indonesia. (Untuk Indonesia sebenarnya agak miris karena mak nya gemuk sedangkan anaknya kurang gizi).  Oleh sebab itu, usaha untuk mencapai kenaikan berat badan yang ideal selama kehamilan merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mencegah kegemukan pada ibu. Kenaikan berat badan yang melebihi rekomendasi menyebabkan bayi besar (sehingga mempersulit proses persalinan, menyebabkan naiknya operasi sectio caesaria dan persalinan dengan alat), membuat ibu kesulitan menurunkan berat badan pasca melahirkan, dan meningkatkan risiko terjadinya beberapa penyakit pada ibu (diabetes melitus dalam kehamilan, pre eklampsia, eklampsia). Sebaliknya, kenaikan berat badan yang kurang dari target menyebabkan bayi yang lahir memiliki berat badan kurang. Berapa target kenaikan berat badan selama hamil? IOM tahun 2016 merekomendasikan kenaikan berat badan selama kehamilan untuk janin tunggal sebagai berikut: ibu dengan berat kurang (BMI <18,5) 12,5 sd 18 kg, berat normal (BMI 11,5 sd 24,9) 11,5 sd 16 kg, overweight(BMI 25 sd 29,9) 7-11,5 kg, dan obesitas (BMI 30 ke atas) 5-9 kg. Upayakan kenaikan berat badan Anda sesuai target tersebut ya. Tidak lebih dan tidak kurang. Oya, BMI diperoleh dengan membagi berat badan Anda (dalam kg) dengan kuadrat tinggi badan Anda (dalam meter). Bagaimana cara mencapai target tersebut?  Beberapa cara yang direkomendasikan untuk mencapai target tersebut antara lain:  Makan makanan yang sehat  Contohnya: biji-bijian (untung kita makan nasi, tapi akan lebih baik lagi jika dikombinasikan dengan beras merah, dan sebagainya), sayur, buah, produk susu rendah lemak, dan lean protein (misalnya dada ayam tanpa kulit). Batasi tambahan gula dan lemak jenuh  Ini dapat dicapai dengan menghindari soft drink, gorengan, susu full cream, dan daging yang banyak lemaknya.Istilah "makan untuk dua orang" itu sangat menyesatkan dan menyebabkan banyak ibu yang berakhir dengan kelebihan berat badan yang sulit diturunkan pasca melahirkan. Pada trimester pertama, tidak diperlukan tambahan kalori. Jadi porsi makan seperti biasa hanya pilihlah makanan yang lebih sehat.  Trimester kedua ibu memerlukan tambahan kalori sebesar 340 kcal per hari (tidak sampai sebanyak kalori sebungkus Indom*e goreng. Eh? ), sedangkan trimester ketiga sebanyak 450 kcal). Kalau bingung kalori sebanyak itu setara apa, sudah banyak aplikasi penghitung kalori di playstore(lho, malah iklan). Tapi kalau malas ya berpedoman sama rasa kenyang dan lapar masing-masing saja ya bu ibu. Olahraga 150 menit/minggu Banyak ya? Hehe.. sebetulnya nggak juga sih.Seratus lima puluh menit ini bisa kita pecah-pecah menjadi 30 menit lima kali seminggu. Atau kalau masih berat juga 10 menit sekali olahraga, nanti ditambah-tambah lagi. Tidak perlu berat-berat. Berjalan 30 menit sehari pun sudah dianggap olahraga. Apa lagi? Ya, jangan lupa berdoa biar ibu dan bayi selamat semua (penting lho). Jangan lupa konsultasikan dengan dokter kandungan Anda tentang niat untuk mencapai kenaikan berat badan yang sehat ini. Lho kok? Kan tadi katanya dokter kandungan sulit membicarakan masalah ini pada pasiennya?Ya itu kan kalau pasiennya nggak nanya-nanya, takut menyinggung. Tapi kalau pasiennya aktif menanyakan ini pasti dijelaskan dengan senang hati. Ibu senang, bapak senang, bayi sehat, dokternya pun tenang. Sudah ya. Capek ngetik  panjang banget. Semoga bermanfaat. Sumber:

  • Gunderson EP. Childbearing and obesity in women: weight before, during, and after pregnancy. Obstet Gynecol Clin North Am. 2009. June; 36(2):317-ix
  • Hector D, Hebden L. Prevention of excessive gestational weight gain: an evidence review to inform policy and practice. Sydney;Physical Activity Nutrition & Obesity Research Group, 2013
  • Oddo VM, Rah JH, Semba RD, Sun K, Akhter N, et al. Predictor of maternal and child double burden of malnutrition in rural Indonesia and Bangladesh. Am J Clin Nutr. 2012. 94(4):951-8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline