Lihat ke Halaman Asli

Hary Tanoe Ajak Pemuda Jadi Bangsa yang Produktif Bukan Konsumtif

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Nama Hary Tanoesoedibjo bukan nama baru diantara tokoh-tokoh nasional di Indonesia. Selain terbukti sebagai CEO yang hebat, pria yang akrab disapa HT ini kerap membagi pengalamannya kepada para pemuda Indonesia agar bisa berkembang dan menggapai sukses di massa mendatang. Sudah ratusan kampus dan sekolah, dari Aceh sampai Papua, ribuan mahasiswa dan pelajar, yang ia kunjungi dan temui untuk memberikan motivasi dan pelajaran singkat tentang kiat sukses menjadi pengusaha muda.

Minggu lalu HT memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiwa Fakultas Ekonomi Universitas Dokter Soetomo (Unitomo) Surabaya. Beberapa hari kemudian ia mengisi ceramah di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Minggu ini ia terjadwal mengisi dialog dengan anak-anak muda kreatif Yogya. Sehari kemudian HT sudah diminta mengisi kuliah tamu di Universitas Sumatera Utara, Medan. Umumnya, tema yang diangkat adalah tentang membangun ekonomi Indonesia dalam menghadapi persaingan ekonomi global.

Dalam tiap kesempatan itu, HT memaparkan potensi Indonesia yang sangat besar dengan beragam sumber daya alam yang melimpah. Sayangnya, sumber daya alam ini tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang cukup.

Selain itu, HT juga mengingatkan para mahasiswa dan pemuda Indonesia agar bersiap menghadapi tantangan ke depan. Menurutnya, persaingan akan lebih ketat karena pada tahun 2015 ini Masyarakat Ekononi Asean (MEA) telah dimulai. Dalam kuliah umum itu juga HT mengaku prihatin karena saat ini Indonesia masih belum bisa keluar dari keterpurukan meskipun sudah berganti pemerintahan. Lebih parah lagi adalah kesenjangan sosial yang begitu tajam di masyarakat. Sembilan puluh persen ekonomi nasional dikuasai oleh segelintir orang, sepuluh persen, dari total masyarakat kita. Bagaimana bangsa ini bisa besar jika kesenjangan begitu dalam? Bagi HT, selama ekonomi mayoritas rakyat tidak digarap secara lebih serius, konsisten dan merata oleh negara maka nyaris mustahil bangsa ini bisa maju, adil dan sejahtera.

Dia menilai pemerintah belum bisa memaksimalkan sumber daya alam yang ada di Indonesia. HT menegaskan pentingnya pembinaan sumber daya manusia karena dengan sumber daya manusia yang handal maka Indonesia otomatis akan bisa memanfaatkan kekayaan dengan baik untuk kepentingan rakyat Indonesia.

HT menilai apa yang dimiliki negara lain, juga dimiliki oleh Indonesia. Namun, apa yang dimiliki oleh Indonesia tidak dimiliki oleh negara lain. Oleh karena itu, menurut HT, Indonesia tidak perlu mengimpor bahan pangan karena tanah di Indonesia yang subur bisa memenuhi kebutuhan rakyat. Tapi, karena keterbatasan sumber daya manusia dan juga perencanaan yang kurang matang maka Indonesia saat ini lebih hobi mengimpor.

HT yang juga Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (PERINDO) ini mencontohkan, di Indonesia, beras, gula, kedelai hingga cabai masih tergantung dengan impor. Padahal, komoditas tersebut sangat banyak di Indonesia. Hal yang cukup menggelitik HT adalah Pulau Kalimantan yang 30 persen kebutuhan listriknya masih impor dari Malaysia, padahal Kalimantan merupakan penghasil Batubara terbesar di dunia yang bisa digunakan sebagai pembangkit listrik.

HT menilai Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan krisis yang terjadi di Eropa dan sekitarnya untuk memperkuat perekonomian. Dia juga menilai seharusnya pertumbuhan perekonomian Indonesia bisa mencapai angka 8 persen jika dikelola dengan benar. Saat ini produk domestik bruto Indonesia (PDB) mencapai USD900 miliar dan HT pun percaya Indonesia bisa tumbuh 7-8 persen per tahun. Karena dia memprediksikan dengan beberapa perbaikan dan percepatan serta arah pembangunan ekonomi yang tepat, dalam waktu 10 tahun ke depan PDB Indonesia mencapai USD3 triliun. Saat ini, posisi Indonesia berada di nomor 5 negara terbesar di dunia, sedangkan saat ini negara terbesar ke lima di dunia adalah Prancis yang PDB-nya USD2 Triliun.

Untuk menuju menjadi negara terbesar nomor 5 di dunia, HT mengingatkan para pemuda untuk lebih produktif dan sedikit demi sedikit meninggalkan sifat konsumtif. Indonesia saat ini terkenal sebagai "negara konsumen" dan hal ini yang harus dirubah karena kebanyakan masyarakat Indonesia di usia produktif gagal menunjukan potensinya sehingga hanya menjadi generasi yang hobi mengkonsumsi.

Dia pun mengaku prihatin karena hanya sekitar 9 persen masyarakat Indonesia yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi dan hal ini yang menjadi salah satu faktor Indonesia belum bisa menjadi negara produktif karena jumlah penduduk yang banyak tidak diimbangi dengan pendidikan yang mumpuni.

Selain itu faktor tidak seimbangnya antara lapangan kerja dan jumlah pencari kerja membuat jumlah pengangguran tidak sedikit. Ditambah lagi, jelasnya, masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkan modal untuk membuka usaha. Sehingga terjadilah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dimana pertumbuhan hanya terkonsentrasi pada masyarakat kalangan atas. Padahal HT menilai jika masyarakat khususnya kalangan UMKM dan ekonomi kreatif bisa dimudahkan mendapatkan modal untuk membuka usaha maka pertumbuhan ekonomi sektor riil akan jauh lebih besar. Hal ini pun seolah menjadi "sentilan" untuk pemerintah agar lebih memperhatikan rakyat kecil dengan cara memberikan kemudahan pemberian modal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline