Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Seru dalam Senyap, Kisah Workshop bersama Penyandang Disabilitas

Diperbarui: 16 Agustus 2024   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber:maria-g-soemitro.com

Bagaimana rasanya, ketika lagu Indonesia Raya bergema,  dengan nada penuh semangat, namun yang kamu dengar hanya kesenyapan. Hanya bisa melihat sosok konduktor di depan memberi aba-aba.

Kurang lebih itu yang saya bayangkan ketika mengikuti workshop dengan sekitar 30 peserta tuna rungu. Teman-teman tuna rungu menggerak-gerakan tangan, bahasa isyarat sebagai pengganti nyanyian.

Demikian pula ketika sesi berdoa bersama sesuai keyakinan masing-masing. Salah satu perwakilan dari mereka memimpin dengan bahasa isyarat yang diikuti peserta lainnya.

Dunia mereka senyap. Tak ada gemuruh lagu yang membangkitkan semangat kepahlawanan. Tak ada lantunan merdu ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Namun mereka tetap bisa ikut meleburkan diri dalam semangat kebangsaan. Turut khusyuk berdoa.

Daftar Isi:

  • Dunia yang Memarjinalkan Penyandang Disabilitas
  • XL Axiata Peduli Hadir untuk Dilans
  • Keseruan Acara XL Axiata Peduli Disabilitas Siap Kerja

Sebetulnya mereka tak masalah dengan dunia yang senyap. Kesenyapan telah menemani mereka sejak lahir.

Yang mereka tak paham, dunia terdiri dari non disabilitas dan disabilitas. Tapi mengapa fasilitas untuk kehidupan yang lebih baik, hanya didesain untuk kelompok non disabilitas? Sehingga mereka termarginalkan dalam kesempatan pendidikan, kesehatan, lowongan kerja dan lainnya.

Hambatan inilah yang dialami sepupu saya. Sejak dini dia teridentifikasi tuli total (Totally Deaf) sehingga dikirim ke Sekolah luar biasa (SLB) Dena Upakara, Wonosobo  yang membantunya untuk bisa melanjutkan belajar di sekolah umum, bahkan bisa kuliah dengan mengandalkan gerak bibir pengajar dan membaca buku.

Dukungan terbaik yang dilakukan orangtua dan kerabat ternyata tak cukup. Dia merasa "dibuang" ketika harus sekolah berjauhan dengan orangtuanya yang tinggal di Jakarta. Dia merasa putus asa, kala telah berjuang kuliah dan akhirnya berhasil diwisuda, ternyata tak satu pun perusahaan menerimanya bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline