Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Di Indonesia, Tongkat Kayu Jadi Tanaman, Ilalang Jadi Produk Ekspor

Diperbarui: 6 Agustus 2019   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok: malangkab.go.id ; mariagsoemitro

"Tas ini mau diekspor bu"

Pernyataan penjual tas anyam tersebut menyentak saya. Ya, ampun hebat banget! Padahal     lokasi kegiatan mereka lumayan jauh dari keramaian. Tepatnya di kawasan Sendang Semanggi, Sembungan, Bangunjiwo, Kasihan - Bantul, Jogjakarta.  Alamat yang 'ajaib' bukan?

Kebetulan saya melewati workshop mereka, ketika sedang kulineran ayam goreng "Mbah Cemplung". Kulineran yang cukup  terkenal, yang  membuat penggila kuliner mau bersusah payah menempuh jarak jauh. Workshop handy craft tersebut mendapat limpahan pengunjung "Mbah Cemplung". Walau displaynya amat sederhana. Hanya terdiri dari rak-rak dengan produk yang ditumpuk begitu saja. Tanpa penataan khusus.

Ruangan di bagian dalam untuk gudang bahan baku dan produk jadi. Tidak ada kegiatan produksi. Menurut karyawan yang bertugas, mereka memberdayakan masyarakat setempat untuk menganyam serat mendong, bambu, pandan laut serta tanaman penghasil serat lainnya. Bentuknya disesuaikan pemesan. Selain anyaman dasar yang dikuasai turun temurun, juga bentuk khusus  sesuai permintaan pembeli.

Hampir seluruh hasil kerajinan  ditujukan untuk ekspor ke benua Eropa dan Amerika. Ada beberapa produk yang bisa dibeli pengunjung. Sayangnya nggak ada produk tas yang tersisa. Mayoritas produk multifungsi, seperti keranjang anyaman, keranjang pot dan kap lampu.

Hasil kerajinan Indonesia memang sangat membanggakan. Ketika mengetik #traditionalcraft di aplikasi Instagram, muncul produk negara lain, seperti dari benua Afrika, yang tak sekaya kerajinan Indonesia. Berlimpah  jenis bahan bakunya, karena Indonesia negara tropis. Sumber daya manusia pun tersedia, modal utama yang tidak semua negara memilikinya. Yang dibutuhkan kemudian adalah peningkatan kapasitas, modal, pemasaran dan ekspedisi yang menjamin agar produk tepat waktu ketika diterima pemesan.

Workshop yang saya datangi cuma satu dari 58,97  juta usaha mikro ekonomi menengah (UMKM) yang tersebar di seluruh Indonesia (data kontan.co.id), yang tercatat secara formal dan menjadi penggerak roda ekonomi.

Ditambah mereka yang tak tercatat, UMKM sudah seharusnya dirangkul dan didukung. Karena tidak hanya mendukung nafkah keluarga,  juga membantu menggerakkan usaha produsen besar yang memasok kebutuhan mereka.

Tak heran Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumindo), memprediksikan  kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional  akan terus tumbuh hingga 5 persen di tahun 2019. Tahun lalu, kontribusi UMKM terhadap (PDB) tahun 2018 lalu mencapai sekitar 60,34 persen. Diperkirakan untuk tahun ini bisa mencapai angka 65 persen atau sekitar Rp 2.394,5 triliun.

Angka yang sungguh fantastis bukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline