Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Ketika Adisa Mengaji

Diperbarui: 12 Juni 2018   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: http://muslimgirl.com

Hening.

Hanya terdengar lantunan ayat--ayat suci Al Quran dari arah paviliun. Adisa mengaji. Suaranya merdu. Mendadak getaran halus  muncul di dada. Entah apa. Entah mengapa. Dan mengapa pula Adisa sering mengaji di bulan Ramadan? Mengapa tidak seusai Magrib seperti biasanya? Ketika malam bertambah pekat. Dan suara kuk kuk burung hantu tak lagi terdengar menakutkan.

Aku dan Adisa berbeda agama. Aku Katolik, Adisa muslim. Kami serumah. Tepatnya  setahun lalu, Adisa pindah ke rumahku dengan berbagai alasan.

"Hubungan kita termasuk simbiosis komensalisme, Mik", kata Adisa. "Hanya aku yang beruntung".

"Mana bisa begitu Dis. Dua manusia yang saling terkait, pastilah saling menguntungkan. Seburuk apapun sikap dan sifat salah satunya".

Kolak pisang yang tersisa setengah mangkuk membuktikan ucapanku. Adisa selalu tahu makanan kesukaanku. Termasuk takjil. Kolak pisang dan kolang kaling dengan siraman kuah santan yang kental. Hanya Adisa yang bisa membuatnya.

"Baru pulang?"

Adisa tiba-tiba muncul. Tepukan tangannya dipunggungku membuyarkan lamunan.

Aku mengangguk.

Adisa menjerang air dalam teko. Menyendok kopi dan gula. Memasukkannya dalam mug bertuliskan "Adisa". Nyaris tanpa suara.

"Dis, perasaan selama bulan puasa, kamu sering banget mengaji deh".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline