"Lima belas rebuan ......lima belas rebuan ......" nyaring terdengar suara dari loudspeaker dari deretan tenda di sepanjang jalan Arjuna. Bertambah ramai, jalan yang menghubungkan kawasan Andir dengan jalan Pajajaran, Bandung ini mendadak dipenuhi penjual baju, sandal, sepatu serta pernak pernik busana lainnya. Padahal dalam keseharian, jalan yang tidak hanya dipadati kendaraan dan pedestrian yang berlalu lalang, juga penjual kebutuhan dapur seperti daging, sayur, buah.
Teriakan orang menawarkan sendal seharga lima belas ribu rupiah per sendal berasal dari deretan tenda yang mendadak muncul. Pelakunya para pengamen yang mendapat job khusus di bulan Ramadan. Yaitu meneriakkan harga sendal senilai lima belas ribu rupiah per buah. Sendal berwarna-warni itu dionggokkan begitu saja dia atas terpal. Pembeli boleh memilih dan menawar. Tapi jangan harap diberi, karena itu harga pas.
Jalan Arjuna kerap dianggap pasar Ciroyom, pasar tradisional yang berjarak kurang lebih 100 meter tempat pemerintah kota Bandung menata penjual busana terpisah dari pedagang sayuran. Tapi apa mau dikata, pembeli enggan mendatangi bangunan megah namun becek dan kumuh oleh sampah ini. Mereka lebih nyaman mendatangi kios-kios yang muncul agak jauh, namun strategis. Imbasnya anak-anak di 3 sekolah lanjutan, SMAN 31, SMAN 32, SMAn 23 yang berlokasi di jalan Arjuna, setiap harinya harus berjuang melewati jalan macet nan becek, beragam pedagang yang memenuhi bahu jalan hingga pengguna jalan yang lalu lalang.
Ada beberapa kelompok pelaku yang beraktivitas dalam hubungan simbiosis mutualisme, di jalan Arjuna, yaitu:
- Penyewa bangunan toko, umumnya berjualan busana dan peralatan dapur.
- Pedagang kaki lima, penyewa tetap bangku dan meja tempat penjualan yang bersifat temporer. Mereka memenuhi badan jalan dan menutup akses pembeli yang mau berbelanja ke toko busana dan peralatan dapur. Pemerintah Kota Bandung menetapkan batas pukul 06.00 para PKL menutup dan menyimpan peralatan berjualan. Peraturan yang jauh panggang dari api.
- Pedagang dadakan di bulan Ramadan. Mereka tiba-tiba muncul setelah melihat kebutuhan pembeli akan busana, peralatan dapur baru, dan pernak pernik lebaran lainnya. Bermodalkan kain terpal mereka menggelar barang dagangann ya. Juga ada pedagang dengan modal cukup besar yang membawa mobil bak terbuka berisi aneka kebutuhan Lebaran.
- Tenaga lepas. Aha saya menyebutnya tenaga lepas karena dalam keseharian mereka bukanlah bagian dari ketiga kelompok di atas. Biasanya berprofesi pengamen yang beroperasi di sekitar lokasi. Tenaga lepas ini semacam outsourcing yang dibutuhkan tenaganya untuk menata dan meneriakkan barang dagangan. Tidak ada wewenang lebih dari itu. Upah harian sesuai kesepakatan.
Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah dalam mengumpulkan amalan. Juga bulan berkah bagi mereka yang ingin mengais rejeki. Seperti penjual sendal dan sepatu yang sehari-hari memiliki kios di sepanjang jalan Arjuna. Mereka kalah pamor dibanding penjual kebutuhan dapur. Mereka baru menunjukkan taringnya di bulan Ramadan dengan mengeluarkan semua stok.
Mereka paham, kalangan tertentu hanya membeli baju, sendal, sepatu serta pernak-perniknya di hari Lebaran. Karena di hari raya umat Islam tersebut selain Salat Ied, ada kegiatan kunjung mengunjungi. Momen semua orang berpakaian bagus. Saat baju sobek akibat aktivitas sehari-hari, dilipat dan disimpan.
Walau menyebabkan kemacetan, pembeli tertolong dengan keberadaan mereka. Pembeli bisa melihat-lihat, menawar, membeli jika cocok atau meninggalkan ketika tidak berkenan. Dibanding harus menyengaja mendatangi pusat belanja busana dan peralatan dapur, hal ini tentu memudahkan. Terlebih jika anggaran lebaran mepet sementara keinginan membeli busana bukan hanya untuk keluarga inti tapi juga orang tua, mertua, orang yang dituakan, keponakan dan lain-lain.
Transaksi mudah belum tentu sukses. Barang yang dijual umumnya stok lama. Karena itu penjual bisa mematok harga murah. Jangan heran jika sendal yang baru dipakai sudah jebol alasnya. Namun pembeli yang beruntung berbelanja di pasar kaget pastinya lebih banyak. Terbukti penjual di pasar kaget tak pernah kekurangann pembeli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H