Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Sahur Sehat, Agar Stamina Terjaga

Diperbarui: 26 Mei 2018   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: sassymamahk.com

Sebagai ibu yang cerewet, biasanya saya mengalah jika ada anggota keluarga yang malas makan sewaktu berbuka puasa, tapi tidak  untuk makan sahur. Makan yang dimaksud disini adalah makanan lengkap yang terdiri dari karbohidrat, protein dan  sayuran.  Seusai berbuka, mereka sering kekenyangan dengan  banyaknya  ragam makanan yang bermunculan di Ramadan. Seperti kolak, martabak, es buah,  gorengan, seolah-olah perut mampu memuat semua kudapan tersebut. Akibatnya mereka  enggan makan nasi dan lauk pauknya.

Berbeda dengan makan sahur. Anggota keluarga harus mematuhi menu yang saya siapkan. Karena makan sahur berarti menyiapkan cadangan makanan bagi tubuh selama kurang lebih 14 jam. Saya beruntung  tidak mendapat banyak komplain. Termasuk tidak muncul pertanyaan mengenai  kudapan yang saya sembunyikan, padahal  masih berserakan menjelang mereka tidur. Kudapan  yang umumnya terdiri dari karbohidrat sederhana yang akan membuat mudah lapar.

Persiapan makan sahur biasanya sudah sejak malam sebelum tidur. Bahkan sering sore hari, sekalian menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Pemilihan menu umumnya sebagai berikut:

Nasih putih dan nasi merah

Sejak anak-anak masih kecil, saya mengenalkan nasi merah dengan mencampurnya bersama nasi putih. Sesudah anak-anak dewasa, nasi merah dan nasi putih dihidangkan terpisah. Silakan pilih sendiri  toh udah mereka sudah besar.

Nasi merah saya pilih karena merupakan  karbohidrat kompleks yang  kaya akan serat yang dapat mengatur pelepasan energi secara perlahan. Membantu mereka tetap fit dan tidak mudah lapar.

Beras merah juga  sumber magnesium, fosfor, tiamin, vitamin B-6, niacin,  zat besi dan seng. Sayangnya tidak semua anggota keluarga menyukai. Jadi jalan tengah diambil, keduanya dihidangkan.

Susu/ yoghurt

Sejak balita hingga masuk perguruan tinggi, saya cerewet dalam hal konsumsi susu. Mereka harus minum, jika bosan boleh menggantinya dengan yoghurt. Banyak alasan mengapa saya akan berlari-lari mengejar anak yang belum minum susu. Salah satunya adalah kandungan protein dan kalsium yang tinggi yang mudah dikonsumsi dan diserap tubuh. Mereka tidak harus memotong, mengunyah dan proses mengonsumsi protein lainnya.

Saya berkeyakinan anak-anak akan tumbuh sehat serta tidak mudah sakit jika mengonsumsi makanan/minuman tinggi protein. Terlebih susu juga mengandung vitamin A dan B12 yang berfungsi penting bagi tubuh.

Minum susu/yoghurt di waktu sahur membuat rasa kenyang lebih lama, staminapun terjaga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline