Bagaimana rasanya ketika hendak berbuka puasa di bulan Ramadan, ternyata foodcourt yang dituju telah penuh dengan pembeli? Mereka sedang makan dan minum dengan santainya. Dan pastinya mereka tidak berpuasa karena masih setengah jam menjelang waktu berbuka. Marahkah saya? Atau sebel?
Ya ngga lah, sebagai muslim kita berpuasa untuk melaksanakan ibadah. Bukan sekadar menjalankan hukum alam seperti ular yang terpaksa berpuasa ketika ganti kulit. Lapar hanya sebagian dari ibadah puasa. Berbuka puasa bisa dimana saja. Tidak ada keharusan di food court tersebut. Bisa di jalan, di tempat makan lain bahkan di masjid. Berbuka puasa pun tidak harus makanan berat, bisa seteguk air, sebutir kurma atau takjil gratis yang umumnya dibagikan menjelang waktu berbuka.
Karena itulah saya terheran-heran membaca status seorang pemuda yang marah-marah dalam akun facebooknya hanya gara-gara foodcourt yang dituju telah dipadati pengunjung yang makan dan minum.
Udah tau kebanyakan orang di lingkungan pada puasa, kenapa yak pada gak bisa hormat dikit ke yang lagi bersusah payah menjalankan perintah Tuhan. coba bayangin lo sekeluarga pingin berbuka bareng tapi gak dapet tempat karena udah diisi sama mereka yang buka puasa nya udah nyolong start duluan dari jam lima sore. Dobel men, udah gak dapet tempat, mau gak mau harus liatin orang makan pula.
Gak bakal rugi kok kalau dateng nya malem dikit abis adzan gitu, toh juga kebanyakan yang puasa langsung pada cabut taraweh abis makan. pada bisa juga kan bungkus makanan nya terus makan di rumah kalau semisal udah kelaperan sebelum maghrib. Atau masak sendiri juga bisa. Gak harus show off gak puasa di depan kami dan memposisikan diri sebagai orang yang lemah.
Hingga tulisan ini saya posting, status tersebut telah mendapat reaksi sebanyak 4,3 ribu dam dibagikan oleh 2.155 akun. Sungguh jumlah yang fantastis. Terlepas dari pro dan kontra, uneg-uneg yang dirasakannya sering kita dengar di masyarakat.
Mari kita kupas bersama kasus unik ini. Ada 2 pihak yang menjadi penyebab kemarahan sang pria muda, yaitu foodcourt dan pembeli. Beberapa penjual makanan, salahsatunya Sari Bundo tidak melayani pembeli yang makan di tempat sebelum tiba bedug Magrib. Konsekuensinya rumah makan menyediakan takjil agar pengunjung bisa berbuka sebelum memilih/memesan makanan.
Namun tentunya ngga adil jika semua restoran menerapkan peraturan yang sama. Indonesia bukan negara Islam. Pemerintahnya menjamin kebebasan penduduknya, dalam beragama, berdagang, berhubungan sosial serta kebebasan yang menjamin hak asasi manusia lainnya. Artinya pedagang bebas berjualan sesuai peraturan regulasi pemerintahan setempat dan peraturan, tempat penjual tersebut melakukan perniagaan.
Bagaimana dengan mereka yang malah konon show off makan-makan di jam puasa? Jangan lupa, tidak hanya muslim yang harus menjalankan ibadah puasa lho. Umat Kristen dan Katolik biasanya melaksanakan puasa sebelum hari raya Paskah. Bukankah pada saat itu mereka tidak menuntut agar kaum muslim menghormati waktu ibadah puasa mereka?
Bagaimana dengan kaum muslim yang makan dan minum di bulan puasa? Ada kemungkinan mereka sakit atau tidak bisa berpuasa. Apapaun itu, bukan hak prerogatif kita untuk menghakimi.
Daripada menuntut pihak lain untuk memahami, mengapa tidak melihat hikmah atas peristiwa yang terjadi? Ada banyak peristiwa yang membuat ibadah puasa menjadi penuh berkah: