Setiap melalui Jalan Tamblong Kota Bandung, saya selalu menoleh dan menatap nanar pada masjid Lautze 2. Nampak unik. Berada di antara pertokoan, masjid Lautze 2 yang hanya seukuran ruko berwarna menyolok dengan merah kuning yang meriah.
Sungguh berbeda dengan Masjid Agung Bandung dan Masjid Al Ukhuwah yang juga berada di tengah kota Bandung, ke dua masjid ini nampak megah tak terjangkau.
Itulah alasan saya menamai Masjid Lautze 2 sebagai oase spritual. Karena jalan Tamblong, tempat Masjid Lautze 2 berdiri, bukanlah jalan yang ramah. Penyeberang jalan sering mendapat sumpah serapah dari jalan satu arah ini.
Trotoarnya angkuh, enggan dilewati pedestrian. Begitu gersangnya perlintasan jalan Sumatera, jalan Veteran dan jalan menuju kawasan Asia- Afrika ini hingga hampir tak terlihat orang berlalu-lalang.
Masjid Lautze 2 menjadi oase spiritual yang menyejukkan. Disini para musafir bisa istirahat menyelonjorkan kaki di sepanjang trotoar. Tak perlu menyeberangi pekarangan luas dan puluhan undakan.
Pada waktu salat tiba, ada air mengalir untuk wudhu. Dan di saat bulan Ramadan ada takjil berupa minuman dalam kemasan gelas plastik dan beberapa butir kurma.
Awal bulan Ramadan 1439 ini saya berkesempatan mampir dan bertemu dengan para pengurusnya yang ramah. Dan tebakan saya benar. Masjid Lautze 2 ini mungil sekali, hanya sekitar 7 x 6 meter sehingga harus menggunakan semua lahan dengan maksimal.
Loker bergembok tempat menyimpan sepatu dan peralatan lain, nampak berderet rapi di tembok yang menghadap Jalan Tamblong. Tidak ada pekarangan.
Terbatasnya lahan membuat umat Islam yang ingin melaksanakan ibadah salat harus menggunakan trotoar. Sama halnya ketika menjelang bedug Magrib, para musafir ngabuburit dengan duduk di atas karpet yang digelar sepanjang trotoar. Menurut Ko Rahmat, ketua DKM, Masjid Lautze 2 mampu menampung 100 orang.
Sebanyak 50 orang umat Islam pria menempati bangunan utama sedangkan 50 orang muslimah sholat di bangunan Lautze Care yang berjarak sekitar 20 meter dari bangunan utama.
Lautze Care merupakan bangunan penunjang Masjid Lautze 2. Disini berlangsung aktivitas keagamaan khususnya bagi para mualaf yang ingin memperdalam agama Islam. Ya, awalnya Masjid Lautze dibangun oleh seorang mualaf bernama Oei Tjeng Hien yang akrab dipanggil Karim Oey.