Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Gimmick "Bayar Pakai Sampah", Kreativitas Salah Kaprah

Diperbarui: 11 April 2018   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dmagazine.com

"Terobosan keren nih," kata seorang teman sambil membagikan berita tentang sampah plastik sebagai ongkos bus baru di Kota Surabaya (sumber)

"Kalau mereka gak bisa bayar, cukup bayar pakai sampah plastik. Karena sampah plastik ini cukup berbahaya di masa depan," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

Kisah membayar pakai sampah ini mirip yang dilakukan Gamal Albinsaid. Gamal bersama teman-temannya membentuk klinik asuransi sampah. Setiap bulan peserta asuransi menyetor sampah yang sudah dipilah senilai Rp 10 ribu (sumber).

Sepintas "bayar pakai sampah" mungkin tampak keren. Namun membayangkan orang sakit membawa sampah ke klinik kok kasihan amat ya?

Demam, kepala pusing, badan lemas, jalan terseok-seok sambil bawa sampah. Sampah seharga Rp 10.000 banyak sekali lho. Paling ngga sebanyak 2 karung plastik di bawah ini.

penimbangan di bank sampah Resik Jeliger (dok Maria G Soemitro)

Alhasil "bayar pakai sampah" terasa mengada-ada. Mengapa sampahnya ngga ditukar uang dulu, baik ke pengepul atau bank sampah? Karenanya "bayar pakai sampah" menjadi tragedi salah obat, salah zaman dan malpraktek.

Mengapa? Yuk, kita bedah.

Salah obat
Analogi "bayar pakai sampah" seperti orang sakit perut/diare, tapi mendapat obat sakit kepala. Karena urusan sampah dicampur baur dengan layanan kesehatan dan tiket bus.

Layanan kesehatan misalnya, hanya satu dari sekian banyak kebutuhan warga masyarakat. Terlebih layanan kesehatan sudah difasilitasi pemerintah melalui BPJS. Belum menjadi anggota BPJS? Berobat ke Puskesmas murah kok. Cukup bayar uang pendaftaran Rp 3.000, akan mendapat layanan dokter dan segembreng obat.

Gimmick "bayar pakai sampah" membuat masyarakat luas tidak teredukasi dengan benar. Interprestasi mereka terhadap sampah semakin salah.

Ya bayangin aja, warga yang sakit harus bawa sampah.

Warga yang mau berpergian juga harus bawa sampah. Sementara seseorang yang naik bus untuk menempuh perjalanan cukup jauh, umumnya berpakaian bersih dan bagus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline