Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

5 Langkah Mudah Mengawali Perilaku Nol Sampah

Diperbarui: 24 Februari 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Fadjroel Rachman

Ridwan Kamil gusar. Gara-gara sekelompok orang  meninggalkan sampah pada area publik yang telah didandani agar nyaman digunakan. Ya, demi memanjakan warganya, orang nomor satu di Kota Bandung itu telah mempercantik kawasan pedestrian dengan beberapa kursi dan meja di trotoar yang telah diperlebar dan dipercantik aneka tanaman hias lengkap dengan asesorisnya. Warga bisa menghilangkan penat disitu usai berbelanja atau sekedar berjalan-jalan di area yang semakin ramah pejalan kaki. Tentunya diharapkan semua pihak ikut merawat bukan justru mengotori.

Sebagai warga Bandung,  saya ikut geram. Rasanya ingin ikut menyumpahi dengan kata: katrok!! ….. norak!! …..  Mereka pikir siapa yang harus membereskan sampah yang mereka tinggalkan? Petugas kebersihan kota? Relawan GPS (Gerakan Pungut Sampah)? Arogan sekali!  Sikap feodal yang menyebabkan masalah sampah tak pernah selesai.

Tapi kemudian saya teringat ucapan seorang sesepuh sungai Cikapundung:”Jika ada orang yang melanggar peraturan, maka kita turut berkontribusi”. Maksud perkataannya adalah jangan menyalahkan orang yang ngga paham, percuma! Tegur dan beritahu apabila memungkinkan. Level penjabat bisa bertindak lebih jauh, misalnya memasang CCTV dan memberi sanksi pembuat keonaran.

Sejak usia dini, kita tidak menerima edukasi lingkungan dengan detail. Hanya sebatas mendapat didikan membuang sampah pada tempatnya. Itupun masih menjadi diskusi panas para pakar yang menyarankan tidak memasang  tempat sampah di area terbuka, karena akan berakhir acak-acakan oleh pemulung,  binatang liar atau tertiup angin. Jika keukeuh mau menyimpan tempat sampah  di ruang publik, harus tertutup dan dibersihkan secara teratur.

Ah sudahlah daripada kepala ikut nyut-nyutan, mengapa tidak mulai dari diri sendiri dengan perilaku nol sampah? Perhatikan deh gambar di atas, terjadi akibat mereka mengonsumsi wadah sekali pakai seperti bekas air minum dan styrofoam kan?

 Sebetulnya perilaku nol sampah sangatlah mudah. Hanya perlu konsistensi. Sesudah terbiasa ya mirip kasus helm bagi pengendara kendaraaan bermotor roda dua. Awalnya helm terasa membelit kepala,  sekarang malah bingung jika berkendara tanpa helm.

Ala bisa karena biasa, jurus apa saja yang bisa dipraktekan untuk menuju nol sampah?

Ini dia:

  • Jangan tinggalkan rumah tanpa tumbler.

Tidak hanya dompet dan ponsel yang harus dibawa ketika meninggalkan rumah, tapi juga tumbler tempat air minum. Tahukah sampah yang menyumbat gorong-gorong dan mengakibatkan banjir, salah satunya berasal dari  kemasan air minum?  Baik sampah kemasan air mineral maupun minuman manis.

 Banyak orang berpikir bahwa sampah kemasan akan diambil pemulung untuk dijual dan didaur ulang. Kenyataannya hanya 30 persen yang masuk pabrik daur ulang, sisanya mengotori lahan tidur, saluran air dan bermuara di lautan. Tak heran Indonesia dinobatkan sebagai negara penyumbang sampah kedua terbesar di dunia. Duh nyumbang tuh uang atau makanan dong ya? Jangan sampah.

  • Mulailah beralih ke saputangan.

Pernahkan terpikir bahwa jika kita influenza dan membuang ingus dengan tisu maka virusnya akan menyebar hingga tempat pembuangan akhir (TPA)?  Berbeda halnya dengan sapu tangan, karena bersifat pribadi maka seusai digunakan biasanya akan masuk tas untuk dicuci di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline