Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Tambang Untuk Kehidupan Kini dan Nanti

Diperbarui: 13 November 2016   23:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Cahaya temaram dan hembusan udara dingin menyambut pengunjung yang menapaki ruang demi ruang Museum Geologi Kota Bandung. Seolah mengantar mereka untuk menyelami abad kehidupan yang dimiliki tulang belulang yang kini dipajang disitu. Abad ketika sinar terang hanya dapat dinikmati saat matahari bersinar. Era tatkala manusia harus membuat sendiri peralatan untuk mencari makan, untuk membuat api dan alat pembuat penutup tubuhnya.

Sungguh berbanding terbalik dengan abad milenial. Kini manusia tidak harus bangkit dari tempat duduknya untuk menikmati sepaket ayam goreng. Juga tidak harus bersusah payah merangkai serat demi memperoleh penghangat tubuh. Cukup mengandalkan perangkat bernama ponsel pintar maka makanan, minuman dan pakaian akan diantarkan. Manusia juga tidak perlu bersusah payah mencari air , ada kran-kran di rumahnya yang akan mengalirkan air sesuai kebutuhan. Apakah untuk mandi? Masak? Mencuci? Atau hanya sekedar cuci tangan? Dan yang fantastis adalah kemampuan menghadirkan kolam untuk berenang di dalam rumahnya tanpa harus mencari sungai atau danau.

Kemewahan lain dinikmati manusia yang ingin mendapat pengetahuan dari belahan benua lain atau sekedar mencari hiburan. Cukup menekan tombol remote control maka kotak besar yang dinamakan televisi akan menyajikan semua yang diinginkannya. Bahkan  tanpa senjata pisau yang harus dibuat susah payah, manusia mampu berperang tanpa beranjak pergi dari depan tuts komputer.

Semua kepraktisan dan  kemewahan hidup dapat terwujud berkat hasil tambang. Berkat inovasi-inovasi manusia yang membutuhkan hasil tambang untuk mewujudkannya. Sehingga alih-alih berjalan kaki ke pelosok negeri, manusia kini menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua untuk menjelajahi wilayah tujuannya. Manusia juga bisa  berpindah negara dalam hitungan jam dengan menggunakan pesawat terbang.

Kemudahan, kepraktisan dan kemewahan yang dinikmati abad kini menimbulkan pertanyaan: “Hingga kapan?” Karena jumlah manusia bertambah dari detik ke detik, waktu ke waktu. Sementara kandungan tambang dalam perut bumi bersifat tetap dan  tidak bisa diperbaharui.

Inovasi-inovasi baru pasti akan tercipta, tapi akan jauh lebih baik jika diterapkan efisensi  penggunaan hasil tambang. Salah satunya dengan mendorong  perusahaan pengguna hasil tambang merancang ulang produknya agar berkelanjutan. Hal tersebut dimungkinkan jika pemerintah mengubah konsep linear economy yang selama ini dianut  menjadi circular economy.

2016-11-13-20-21-19-5828932def9673761b279559.png

Perbedaan menyolok diantara kedua sistem tersebut adalah pada hasil akhir proses. Linear economy memandang hasil akhir proses sebagai limbah sedangkan dalam circular economy tidak ada limbah. Apa yang dinamakan limbah, bagi circular economy merupakan  sumber daya yang bisa digunakan lagi.

Limbah yang dimaksud dalam linear economy umumnya adalah limbah elektronik. Menjadi tanggung jawab perusahaan pengguna hasil tambang, untuk selanjutnya disebut produsen, sesuai Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
 Komponen-komponen yang terdapat dalam produk elektronik seharusnya diolah dulu sebelum dibuang karena dapat berakibat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.

Contohnya kadmium yang digunakan untuk melapisi logam, terutama baja, besi dan tembaga. Kadmium juga digunakan dalam pembuatan baterai dan plastik. Jika terisap bersifat iritatif. Dalam jangka waktu lama menimbulkan efek keracunan,  gangguan pada system organ tubuh manusia dan hewan.

 Produk elekronik tersebar di Indonesia,  dengan mengambil 2 jenis produk yaitu televisi dan komputer, menurut  data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012,  jumlah produksi televisi sebanyak 12.500.000 kg per tahun dan mengimpor sebanyak 6.687.082 kg per tahun. Sedangkan produksi komputer sebanyak 12.491.899.469 kg per tahun dan mengimpor 35.344.733 kg per tahun. jumlah yang cukup fantastis karena selama ini limbahnya hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

Berbanding terbalik dengan linear economy yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan membahayakan kesehatan, penerapan circular economy justru membawa banyak manfaat:  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline