Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Tongkat Kayupun Jadi Tanaman

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13847899251244803133

[caption id="attachment_302739" align="aligncenter" width="504" caption="singkong dan talas (dok. Maria G.Soemitro)"][/caption]

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Begitu bangganya Koes Plus pada tanah airnya, hingga tercipta lagu berjudul “Kolam Susu” . Lagu sarat pujianyang mengisahkan bahwa anak bangsa Indonesia cukup berbekal kail dan jala untuk bertahan hidup. Bahkan tongkat kayu yang ditancapkan ke tanah bisa tumbuh menjadi tanaman yang menghidupi.

Tentu saja makna yang terkandung dalam syair “Kolam Susu” benar belaka. Ditunjang matahari yang bersinar sepanjang tahun, bumi Indonesia memiliki kekayaan alam yang mampu memenuhi kebutuhanpangan penduduknya. Bahkan tanpa kalkulasi rumit seperti berlaku di negera 4 musim. Sepanjang waktu, sepanjang hari, bulan dan tahun setiap penduduk seharusnya tercukupi pangan 4 sehat: karbohidrat, protein, sayuran dan buah-buahan.Bahkan 5 sempurnapun bisa karena susu tidak harus berasal dari sapi tapi bisa juga dihasilkan kambing atau olahan kedelai.

Tetapi mengapa Indonesia menjadi pengimpor beras tertinggi di dunia? Aneh bukan? Indonesia juga dianggap penyebab gonjang ganjing harga beras karena sebanyak 25 % dari 8 juta ton beras di pasar internasional diekspor ke Indonesia (data BPS). Ada banyak penyebab, diantaranya kegagalan swasembada pangan dan diversifikasi pangan.

Swasembada pangan

Mengupas kegagalan swasembada pangan akan membuka ‘luka lama’ tatkala surplus pangan tidak berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat. Tahun 1984, ketika Indonesia mendapat penghargaan FAO atas surplus pangan, data Bapenas justru menunjukkan bahwa 51 %keluarga di Indonesia kekurangan protein. Petani miskin tetap kesulitan dalam mengakses pangan karena rendahnya daya beli.

Ambisi swasembada pangan dengan menggunakan benih unggul, hormon, pupuk dan pestisida sintetis mengakibatkan petani Indonesia terperangkap dalam teknologi yang tidak mampu diciptakannya sendiri. Kreativitas petani hilang. Ratusan varietas padi di Jawa hilang, hingga tertinggal belasan. Dan yang paling menyedihkan, penggunaan produk unggul hasil pabrikan tersebut mengakibatkan ekosistem hancur hingga ke titik nadir. Dibutuhkan waktu panjang untuk mengembalikan kesuburan lahan.

Beras analog

Beras analog merupakan jawaban bagi masyarakat Indonesia yang memiliki sugesti: ‘belum makan jika belum makan nasi”. Juga untuk mencoba menepis anggapan bahwa pengonsumsi nasi berbahan pokok padi berada distrata tertinggi. Sedangkan mereka yang biasa menyantap singkong, ubi, jagung dan sagu berada di level rendah, seperti layaknya ‘anak singkong’ .

Beras analog atau beras cerdas, diversifikasi pangan hasil inovasi IPB yang berbahan baku sagu, jagung dan tepung singkong. Berbentuk beras agar pengonsumsi tidak merasa turun stratanya. Universitas Jember juga mengikuti jejak IPB dalam meluncurkan beras analog yang berbahan baku ubi ungu, singkong dan jagung. Bahkan Universitas Jember berkreasi dengan melakukan fortifikasi atau penambahan nutrisi dan vitamin. Keunggulan lainnya, harga beras analog sangat murah. Hanya berkisarRp 5.000-Rp 6.000/kilogram

Penelitian lainnya

Jika beras analog sudah diterima masyarakat maka diharapkan pengembangan varietas pangan non padi bisa dilakukan dengan intensif. Seperti contohnya 200 varietas ubi jalar liar yang ditemukan di wilayah Karst Citatah Padalarang. Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran sedang mengembangkan dengan cara silang agar diperoleh varietas baru yang memiliki ketahanan sumber genetika dan berbunga cepat.

Kisah lain pangan non beras yang layak menjadi perhatian adalah umbi jalawure (Tacca Leontopetaloides), tumbuhan liar yang telah diteliti LIPI dan disosialisasikan untuk ditanam oleh masyarakat pesisir Garut Selatan. Umbi jalawure unggul karena mengandung zat besi (Fe) 11,9 mg/gr dan vitamin C 3,28 mg/100 gr, kedua jenis zat gizi yang tidak terdapat pada tepung terigu, tepung beras, dan tepung Jagung. Selain itu kadar karbohidratnyapun lebih tinggi daripada ketiga tepung tersebut.

[caption id="attachment_302740" align="aligncenter" width="414" caption="umbi jalawure (dok. Maria G. Soemitro)"]

13847900972057909794

[/caption]

Sehat tanpa beras padi

Dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beragam seharusnya masyarakat Indonesia justru lebih leluasa memilih makanan pokoknya. Sesuai dengan cuaca dan kesuburan tanah setempat. Salah satu masyarakat adat yang tidak terpaku pada padi adalah masyarakat adat Cireundeu di Cimahi Jawa Barat.

Ada dua macam singkong yang ditanam masyarakat adat Cireundeu yaitu singkong karikil dan singkong “biasa”. Singkong “biasa”  adalah singkong yang  beredar di pasaran sebagai bahan baku tape singkong atau dimasak menjadi getuk, singkong goreng, comro dan lain-lain. Sedangkan singkong karikil diolah menjadi  tepung aci (bahasa Sunda: tepung tapioka). Setiap kwintal singkong karikil menghasilkan 30 kg tepung aci dan menjadi sumber pendapatan mereka. Sedangkan sisa hasil perasan singkong dikeringkan, diolah menjadi rasi (nasi singkong) dan menjadi bahan makanan utama sehari-hari.

Selain sebagai bahan makanan pokok, rasi juga diolah menjadi tepung. Tepung rasi merupakan  bahan utama pembuatan kue eggroll berbagai rasa semisal rasa coklat, pandan, caramel  yang dikemas rapi dalam toples plastik. Produksi mereka tidak hanya eggroll, ada dendeng  yang terbuat dari kulit singkong. Sungguh kreatif. Bagaimana rasanya?  Mirip dendeng sapi asli. Eggroll dan dendeng singkong umumnya dibeli sebagai oleh-oleh pendatang Dewitapa Cireundeu (Desa Wisata Pangan Cireundeu)

Sehatkah mereka? Tentu saja. Di bawah ini anak dan ibunya, bagian masyarakat adat Cireundeu. Sang ibu aktif berkreasi dan memasarkan makanan olahan singkong.

[caption id="attachment_302742" align="aligncenter" width="309" caption="ibu dan anak masyarakat Cireundeu (dok. Maria G.Soemitro)"]

1384790736334547545

[/caption]

Ah karbohidrat melimpah, bagaimana dengan protein? Protein tidak hanya berasal dari produk unggul yang mudah diurus seperti ayam broiler tetapi juga ayam buras (ayam kampung), bebek, ikan,keong,tutut bahkan laron mampu memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat Indonesia. Demikian juga sayuran dan buah-buahanbukan?

Inovasi lainnya

Jadi mengapa harus impor pangan? Substitusi tepung terigupun sudah ditemukan oleh tim peneliti pangan IPB yaitu mocaf atau modified cassava flour. Berbahan baku singkong, mocaf memiliki tekstur dan aroma yang mirip tepung terigu.

Tepung terigu berbahan gandum menguasai hajat hidup masyarakat Indonesia. Mulai dari mi instan, mi bakso di semua strata masyarakat hingga pasta/kue/roti berbagai harga dan rasa semua membutuhkan tepung terigu. Indonesia mengimpor seratus persen kebutuhan gandumnya. Dua pertiga pasokan di dapat dari Australia. Sehingga Indonesia tidak punya nilai tawar, terbelenggu, terlebih jika Australia sendiri mengalami krisis gandum.

Suatu tindakan bijak jika pemerintah Indonesia memperkenalkanmocaf sebagai pengganti tepung terigu, hasil akhirnya biarlah masyarakatyang menentukan. Karena petani telah siap menanam singkong hasil persilanganpara pakar pertanian di Indonesia yaitu varietasAdira, Bogor, Darul Hidayah, Apuy, Gading, Malang, Manalagi, Simanggu dan masih banyak lainnya.

[caption id="attachment_302748" align="aligncenter" width="360" caption="tepung mocaf (dok. Maria G. Soemitro)"]

1384793942497126489

[/caption]

Selain gandum, Indonesia juga sangat bergantung pada impor kacang kedelai, bahan baku tempe dan tahu. Kacang kedelai melonjak harganya menyebabkan pedagang tempe tahu berunjuk rasa. Padahal ada banyak bahan baku pilihan pengganti kacang kedelai, yaitu kacang komak, kacang koro dan kacang hijau. Tekstur tahu yang terbuat dari kacang hijau tidak berbeda jauh dengan kacang kedelai, bahkan lebih halus.

[caption id="attachment_302743" align="aligncenter" width="359" caption="tahu terbuat dari kacang hijau (dok. Maria G. Soemitro)"]

13847913181858014219

[/caption]

Jadi, dengan bermodalkan kekayaan alam yang begitu melimpah, apa sih yang tidak ada di Indonesia? Dan apa yang tidak bisa dilakukan rakyatnya? **Maria G. Soemitro**

[caption id="attachment_302746" align="aligncenter" width="379" caption="umbi ganyong sebagai pengganti lontong nasi (dok. Maria G. Soemitro) "]

1384792148821362971

[/caption]

Sumber:

Kampus.Okezone.com

Lembaga Penelitian Universitas Jember

www.garutkab.go.id

Kelompok Peduli Karst Citatah

Antaranews.com

Tribunnws.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline