[caption id="attachment_234282" align="aligncenter" width="559" caption="Tina Talisa (dok. Bandung Tersenyum)"][/caption]
Pertanyaan tersebut muncul ketika Tina Talisa bertemu dengan Anggota DPR RI asal Jawa Barat, Yudi Widiana pada Minggu, 6 Januari 2012. Yudi, politisi asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memang sedang mencari pendamping untuk menghadapi Pemilihan Umum Wali Kota/Wakil Wali Kota 2013, Juni mendatang. Mungkin kekalahan pada Pilwalkot Bandung lima tahun silam memaksa PKS mencari sosok selebriti yang bisa mendulang suara.
Tina Talisa memang layak diperhitungkan. Lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pajajaran yang sukses sebagai presenter acara di suatu televisi swasta untuk kemudian berpindah ke televisi swasta lainnya memiliki magnet yang membuatnya dikitari banyak penggemar.
Sebetulnya langkah mantan Mojang Kota (Moka)Bandung 2002 dan Moka Jabar 2002 ini sudah terlihat ketika spanduk nya banyak tersebar di kota Bandung selama bulan Ramadhan 1433H. Sempat menampik dan mengatakan bahwa spanduk berbahasa Sunda yang artinya selamat menunaikan ibadah puasa tersebut hanyalah ucapan salam darinya bagi seluruh warga Bandung. "Spanduk yang saya pasang tidak bisa diartikan berkaitan langsung dengan pencalonan dalam pemilukada. Kalau pada akhirnya saya diberi kepercayaan untuk mengabdi di kampung halaman, itu adalah sebuah kehormatan,"
Apapun kata Tina Talisa tentang spanduknya, Tina bergerak nyata dengan membentuk Gerakan Bandung Tersenyum pada tanggal 30 September 2012. Gerakan yang kerap di’kicau’kan melalui jejaring twitter untuk mendapat banyak masukan dan mengumpulkan volunteer yang setuju dengan kegiatannya. Tentunya banyak yang tertarik mengikuti kegiatan presenter cantik nan kondang ini, apalagi gerakan Bandung Tersenyum bertujuan membuat warga Bandung tersenyum melalui kepedulian terhadap lingkungan khususnya kebersihan Kota Bandung
Diawali dengan aksi bersih-bersih di kawasan Tegalega Bandung, Tina membuat kantong sampah dari kain yang bisa digunakan berulang-ulang (reusable bag) sebanyak 500 buah dan membagikan gratis pada para pedagang kaki lima. Hingga akhir tahun 2012 sudah dibagikan sebanyak 202 buah, sesuai usia Kota Bandung. Sedangkan sisanya akan dibagikan kemudian.
Ide kantong pakai ulang ini memang menarik karena umumnya penggiat seremoni lingkungan hidup hanya sekedar membagikan kantong plastik sebagai tempat sampah atau membersihkan sampah bekas pedagang kali lima (PKL) sehingga PKL dan pembeli yang membuang sampah seenaknya tidak dilibatkan dan hanya menjadi penonton seperti foto berikut.
[caption id="attachment_234283" align="aligncenter" width="480" caption="seremoni mengumpulkan sampah (dok. Forum Hijau Indonesia)"]
[/caption]
Sedangkan Tina bersama Bandung Tersenyum berharap agar para PKL dapat menjadi agen perubahan yang menjaga lingkungan dengan mencuci ulang kantong sampah yang diterimanya. Pada even Car Free Day, secara demonstratif mereka mengambil sampah di depan orang yang membuang sampah agar orang tersebut merasa malu.
Sebetulnya di area Care Free Day, penulis melihat ada cukup banyak tempat sampah disediakan oleh pemerintah Kota Bandung. Setiap kotak sampah hanya berjarak sekitar 10 meter. Harusnya mereka tidak membuang sampah di sepanjang jalan Dago yang notabene adalah jalan prestisius bagi Kota Bandung. Etalase Kota Bandung yang harus dijaga kebersihannya.
Karena itu walau gerakan Bandung Tersenyum dicederai dengan penggunaan styrofoam sebagai ajakan memelihara kebersihan sambil tersenyum, tapi cukup jitu untuk mengawali suatu perubahan.
Sejauh mana keberhasilannya? Tergantung konsistensi Tina Talisa dan Bandung Tersenyum dalam menjaga kontinuitas gerakannya. Karena merubah lifestyle yang sudah kadung menempel semenjak kecil tidaklah semudah membuka telapak tangan.
Tapi hasil akhirnya akan luarbiasa, mengingat Bandung sudah dalam situasi darurat sampah. Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) terancam ditutup tahun 2015 karena sudah melebihi kapasitas. Bahkan seharusnya di akhir tahun 2012 ini.
Apalagi apabila Tina mampu meraih posisi Bandung 1 atau Bandung 2 sehingga bisa menerapkan system persampahan yang benar bagi kota Bandung. Mungkinkah? Terlalu dini untuk berandai-andai karena ada banyak pesaing yang siap maju. Ada Wakil Walikota Bandung, Ayi Vivananda yang telah blusukan selama lima tahun mewakili Wali Kota Bandung, Dada Rosada. Selain itu ada Sekretaris Daerah Kota Bandung, Edi Siswadi yang telah gencar berkampanye awal dengan mengadakan roadshow ke kecamatan-kecamatan Kota Bandung, menerbitkan/membagikan buku dan pamflet. Serta kabarnya tokoh muda Bandung, Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF)pun akan meramaikan bursa calon Walikota/Wakil Walikota Bandung.
Semuanya kembali ke hati nurani warga Bandung yang tertuang dalam coblosan tiap tangan kelak. Wajah selebritikah atau wajah pemimpin yang akan mereka pilih, kita tunggu panggungnya.
**Maria Hardayanto**
sumber :
Pikiran Rakyat 7 Januari 2012
[caption id="attachment_234284" align="aligncenter" width="328" caption="Tina Talisa dan wadah runtah (dok. Bandung Tersenyum)"]
[/caption]
[caption id="attachment_234285" align="aligncenter" width="512" caption="Tina Memungut Sampah di jalan Dago Bandung(dok. Bandung Tersenyum)"]
[/caption] [caption id="attachment_234286" align="aligncenter" width="519" caption="euleuh euleuh pak Iban....... (dok. Bandung Tersenyum)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H