Menutup tahun 2012 dan menyambut ulang tahun Kompasiana, rasanya belum lengkap apabila belum menulis tentang even termanis di tahun 2012 yaitu ketika komunitas Kampretos (Kompasianer Hobi Jepret) memberi tantangan untuk berkolaborasi dalam Weekly Photo Challenge (WPC 21) : Foto Kolaborasi.
Tantangan WPC21 mempertemukan dua kompasianer yang semula hanya sekedar menyapa dan berkomentar dalam tulisan, kali ini mendapat kesempatan mengolah ide bersama baik dalam penyajian foto maupun narasi.
Hmmm…………gampang-gampang susah, karena umumnya domisili antar kompasianer berbeda kota bahkan berbeda negara. Tapi itulah salah satu manfaat dunia maya: mendekatkan yang jauh. Jadi mengapa tidak dicoba? Kebetulan sebelum berkomentar, saya melihat kompasianer @Selsa Rengganis dan Olive Bendon sudah terlebih dulu meninggalkan jejaknya dipostingan tersebut. Tiba-tiba terbayang akan mengasyikkan berkolaborasi dengan Bunda (demikian Selsa Rengganis biasa disapa) dalam tulisan bertemakan masakan karena kami adalah ibu rumah tangga . Agar berbeda, tulisan tersebut mengandung pesan lingkungan hidup. Sederhana tapi bermanfaat. Ditambah foto-foto ala kompasianer @Bidan Care, pastilah akan menjadi artikel yang mempunyai nilai tambah.
Sedangkan Olive Bendon, saya menebak dia mempunyai banyak dokumentasi foto taman. Kebetulan beberapa foto taman Dewi Sartika yang sedang berhias belum sempat saya tulis narasinya. Ditambah foto taman Lansia di jalan Cilaki Bandung maka saya merasa cukup bekal untuk “melamar” Olive.
Lamaran berlangsung sukses dan lancar, bunda Selsa bersedia , demikian juga Olive. “ Oke bu, saya punya banyak foto taman, asalkan jangan taman hati”, jawabnya nyleneh. Oh Olipppp……..^_^
Esoknya tatkala membuka facebook, saya melihat postingan kompasianer @Ira Oemar di wall untuk mengajak berkolaborasi karena dia mempunyai foto sampah pasar yang heboh. Walahhhh………..ternyata Ira Oemar mempunyai insting yang tajam karena secara refleks saya membayangkan tulisan mengenai sampah pasar dan solusinya. Jadi ? “Oke mbak Ira, ditunggu kiriman foto sampah pasarnya”.
Tidak berhenti hingga disitu, ketika saya membuka wall grup Kampretos, kompasianer @Inge memberitahu bahwa Dewi Laily Purnamasari mengajak berkolaborasi dengan menunjukkan hasil jepretannya, foto-foto Kindi yang manis.
Wah anak-anak ya? ……….. Bagaimana apabila menyandingkan foto-foto mereka dengan anak-anak kurang beruntung yang hidup dijalanan hingga bergelar gepeng (gelandangan – pengemis)? Nampaknya bakal menjadi kolaborasi yang tepat untuk menggugah empati pembaca.
Dengan pertimbangan mencoba mengenali karakter teman kolaborasi ,saya bersegera membuat draft narasi sampah pasar walaupun telah meminang Bunda Selsa dan Olive terlebih dulu. Saya membayangkan Ira Oemar bekerja sebagai kepala kantor yang selalu bekerja sesuai jadwal. Ketat dan hanya memberi sedikit ruang untuk kelonggaran. Tanpa itu, tidak mungkin dia bisa memenej waktu bekerja, mengurus rumah tangga sekaligus menulis.
Terbukti keesokan harinya Ira Oemar bercerita digrup bahwa file fotonya hilang hingga dia harus memotret ulang objek pada pagi hari sebelum berangkat ke kantor. Bentuk dedikasi yang luar biasa. Karena sorenya dia sudah menambah narasi draft yang saya kirim beserta foto-foto yang sebaiknya dipilih. Mengingatkan saya pada mantan atasan sewaktu saya masih gadis. Seorang perempuan cantik, tidak galak tapi tegas dalam bertutur dan bersikap. Dan inilah hasil kolaborasi tersebut :
[caption id="attachment_222468" align="aligncenter" width="464" caption="hasil kolaborasi bersama Ira Oemar (dok. Maria Hardayanto)"][/caption]
Berikutnya membuat narasi untuk @Olive, kompasianer yang hobby jalan-jalan ke luar kota sehingga saya merasa agak santai. Narasi sudah dibuat ketika Olive menagih tapi berhubung kurang piawai mengarsip foto maka pekerjaan menjadi dua kali lipat lebih lama. Hingga, ..............., ah akhirnya draft tulisan selesai dipermak Olive, diberi tambahan narasi dan foto maka jadilah tulisan kedua yang menyabet gelar HL juga.
[caption id="attachment_222469" align="aligncenter" width="458" caption="hasil kolaborasi bersama Olivia Bendon (dok. Maria Hardayanto)"]
[/caption]
Narasi kolaborasi bersama bunda Selsa cukup singkat dan mudah karena menyangkut keseharian, tapi membuat deg-degan karena bunda Selsa tak kunjung mengirim koreksi narasi dan foto-foto. Rupanya beliau sedang bertugas ke pelosok. Hebat sekali bunda yang terlihat lemah lembut ini. Hasil kolaborasinya adalah ini:
[caption id="attachment_222470" align="aligncenter" width="469" caption="hasil kolaborasi bersama Selsa Rengganis (dok. Maria Hardayanto)"]
[/caption]
Sederhana karena hanya menampilkan sayur lodeh tapi bermakna banyak bagi saya dan bunda Selsa. Karena hasil karya 2 orang menjadi sungguh berbeda. Hal tersebut nampak dari hasil karya foto bunda Selsa yang indah dan artistik. Saya menyerah untuk hal satu ini, karena kurang mempunyai "sense of art" ^-^
Demikian juga ketika berkolaborasi dengan @Dewi Laily Purnamasari yang ternyata bekerja merangkap menjadi dosen “terbang” hingga ke Cirebon. Dewi sangat memuja anak-anaknya hingga tulisan dan fotonya dipenuhi kisah anak-anaknya. sedangkan anak-anak saya sudah besar. Tidak ada yang seimut dan seceria Kindi lagi. Maka foto-foto Kindie, si bungsu yang lucu dan manis memperkaya tulisan dibawah ini.
[caption id="attachment_222472" align="aligncenter" width="379" caption="hasil kolaborasi bersama Dewi (dok. Maria Hardayanto)"]
[/caption]
Selain dengan keempat kompasianer diatas, sebetulnya saya juga meminang kompasianerAdes Adrian yang mempunyai banyak sekali kumpulan foto bagus. Sayang walau sudah berdiskusi dan merasa yakin, tiba-tiba stuck ketika harus menulis narasi. Pak Ades menjanjikan foto-foto anak yang mengalami busung lapar, tapi kasus malnutrisi di perkotaan pasti tidak separah yang ditemui pak Ades. Hingga 3 kali saya merubah topik termasuk judul dan narasinya. Ketika waktunya makin mepet, akhirnya saya menyerah dan mengirim seadanya karena merasa tidak sreg. “Untung” pak Ades sedang sibuk sehingga kolaborasi yang terakhir tidak jadi terwujud.
Selesaikah? Belum, ketika maraknya peristiwa tawuran kompasianer Dewi mengajak berkolaborasi ( lagi ) tapi terulang lagi kondisi ketika waktu menulis sedang tidak bersahabat dengan jadwal kerja yang padat. Begitu saya selesai, ternyata giliran mbak Dewi yang sibuk. Walahhh…… kami ini memang bukan jurnalis professional, karena waktu menulis tumpang tindih dengan tugas lainnya.
Tapi diatas segalanya, kisah manis telah terjalin. Kisah kolaborasi antar kota dari kompasianer yang hobi memotret dan menulis. Hanya Olivia yang pernah saya temui dalam kesempatan singkat YCPA bulan Juni silam. Selebihnya saling menebak karakter , saling memahami dan saling menyesuaikan diri. Karena yang terpenting bukan hasil kolaborasi berbentuk tulisan yang diganjar headline. Tapi proses kolaborasi itu sendiri.
Kompasianer Selsa Rengganis, Olive Bendon, Ira Oemar, Dewi Laily Purnamasari dan Ades Adrian, terimakasih atas kebersamaan ini. Semoga tidak kapok ^-^.
Upzz......... last but not least , terimakasih tak terhingga untuk para admin Kampretos yang sudah menyelenggarakan even ini dan memungkinkan kami semua berinteraksi. Semoga bertambah kesabarannya yaaaa..... ^-^
**Maria Hardayanto**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H