Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Arti Konferensi Tunza Bagi Deklarasi Hutan Babakan Siliwangi

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kang Acil pra peresmian hutan kota Babakan Siliwangi

Perhelatan  "Tunza International Children & Youth Conference On the Environment 2011"  ditutup dengan penanaman pohon di hutan kota "Babakan Siliwangi" oleh perwakilan anak dan pemuda sedunia pada Sabtu , 1 Oktober 2011. Bak ikatan Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka demikian pula makna Konferensi Tunza bagi hutan kota Babakan Siliwangi. Penanda titik kulminasi perjuangan warga kota Bandung atas hak memperoleh paru paru kota. Peresmian Babakan Siliwangi sebagai hutan kota sedunia pada hari pertama penyelenggaraan konferensi Tunza, memang tinggi nilainya. Bukan hadiah ulang tahun Bandung yang ke 201 seperti yang dikatakan banyak pihak tetapi simbol  perjuangan bertahun-tahun karena pemerintah kota Bandung bersikukuh menjadikan lahan tersebut sebagai area komersial sedangkan warga Bandung mengharapkan kawasan itu menjadi ruang terbuka hijau di kota Bandung yang semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Pembangunan mall yang menjamur tak beraturan tidak berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat. Terbukti banyak  warganya terperangkap dalam pengangguran. Menyebabkan problema sosial seperti  PKL yang memenuhi trotoar,  supir angkot yang ngetem dan marah-marah akibat berkurangnya penumpang dan tumpang tindihnya trayek serta semakin banyaknya warga yang beralih profesi menjadi pemulung, pengemis dan pengamen karena tidak dibutuhkan modal dan skill khusus. Jadi seperti yang dikatakan tokoh masyarakat, Acil Bimbo : "Ngan boga sakieu-kieuna, terus deuk dijieun rumah makan. Ieu ngabuktikeun birokrat lebih resepinvestor dibanding hutan kota (cuma ada sedikit, terus mau dibuat rumahmakan. Ini membuktikan birokrat lebih senang investor dibanding hutan kota)!" [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Kang Acil pra peresmian hutan kota Babakan Siliwangi (dok. Ganesha Hijau)"][/caption] Diusianya yang ke 201 tahun, Bandung tidak hanya semakin renta, kesehatannyapun memburuk.  Penyakit social kronis yang timbul karena kurangnya sensitivitas pemerintah kota tak mungkin sembuh apabila warganya dibiarkan hidup dalam lingkungan buruk. Karena itu Bandung memerlukan ruang publik dan Babakan Siliwangi sebagai hutan kota bagaikan oase ditengah hutan beton. Oase yang dibutuhkan agar warganya bisa berkegiatan positif dan kreatif. Oase yang harus diperjuangkan tanpa menunggu pemerintah kota Bandung keluar dari masalahnya. Dan cara terampuh adalah mendeklarasikan Babakan Siliwangi sebagai "the world city forest" pada penyelenggaraan "Tunza International Children & Youth Conference On the Environment 2011. Deklarasi yang diakui dunia. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="murag tumpeng pra peresmian hutan kota (dok. Ganesha Hijau)"]

murag tumpeng pra peresmian hutan kota (dok. BCCF)

[/caption] (dalam gambar : Supardiyono Sobirin (DPKLTS), Acil Bimbo(Bandung Spirit), Ridwan Kamil) Untuk memperlancar tujuan tersebut, Bandung Creative City Forum (BCCF) yang digawangi Ridwan Kamil berinisiatif menyanggupi penyelenggaraan  Konferensi Tunza Indonesia dengan segala resikonya. Hanya berbekal ambisi untuk merebut kembali hak publik, hak warga kota Bandung, semuanya dipersiapkan dalam waktu relative sangat singkat. Bukan warga bandung namanya apabila tidak sauyunan (bersatu saat melangkah ;pen.) khususnya karena  Bandung mempunyai banyak komunitas pecinta lingkungan seperti  Bandung Inisiatif,Sahabat Walhi,  Bandung Berkebun, DPKLTS Indonesia Ganesha Hijau, Bandung Berkebun yang berhasil mengajak sukarelawan untuk membongkar jalan beraspal disekeliling hutan Babakan Siliwangi, menanaminya dengan pohon dan melepas burung  manyar, burung kacamata, burung cak jempol, burung piit bondol kemudian tiga ekor bajing buah. Tidak lupa aksi bersih-bersih hutan Babakan Siliwangipun dilakukan karena area tersebut  terlalu lama terlantar sehingga dipenuhi sampah. Babakan Siliwangi sebagai hutan kota seluas 3,8 hektar merupakan kawasan lindung yang tumbuh secara alami dengan sebuah mata air yang tersisa. Baku mutu daerah itu sebetulnya  telah melebihi batas dan bukan merupakan resapan air tetapi aliran air dan tangkapan air hujan serta berfungsi melindungi kawasan di bawahnya. Didalamnya tumbuh 48 jenis pepohonan dan 24 jenis burung diantaranya Madu Kuning atau Sriganti, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai dan Elang Alap Cina. Untuk menikmati hutan kota dunia ini sudah dipersiapkan shuttle  penyewaan sepeda bagi warga yang hendak mengelilingi Babakan Siliwangi sambil berolahraga. Demikian juga boardpath atau sasak / jembatan gantung yang melintang dari jalan Taman Sari ke hutan Babakan Siliwangi. Sayangnya jembatan bambu yang semula akan dibangun dirubah karena beberapa alasan tetapi setiap warga Bandung tetap bisa masuk ke hutan kota Babakan Siliwangi dari jalan Taman Sari melalui jembatan seolah berjalan dari atas pohon. Hutan adalah hutan. Bukan taman kota seperti yang mungkin dimaknai pemerintah kota Bandung dengan bersikukuh mengizinkan PT Esa Gemilang Indah (PT EGI) untuk membangun rumah makan dan area parkir di lokasi hutan kota dunia tersebut. Karena itu tak mengherankan melihat sikap pemerintah kota yang tidak mempersiapkan konferensi Tunza sebagaimana mestinya. Sampah berserakan dan mural disekitar kawasan jalan Siliwangi dibiarkan kumuh. Padahal kesuksesan konferensi Tunza tidak hanya menyangkut prestise Kementerian Lingkungan Hidup yang mendanai perhelatan ini. Tetapi juga wibawa pemerintah kota Bandung. Kini, ketika Babakan Siliwangi sudah disahkan keberadaannya sebagai hutan kota dunia dan Kementerian Lingkungan Hidup menyanggupi untuk senantiasa mendukung dan memantau sudah selayaknya warga kota Bandung menjaganya. Karena menjaga dan memelihara keberlangsungan sering lebih sulit daripada ketika merebutnya. Jangan sampai seusainya konferensi Tunza maka Babakan Siliwangi akan berhias sampah lagi. Khususnya karena perilaku membuang sampah dengan benar belum menjadi kebiasaan warga kota. **Maria Hardayanto**



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline