[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="small-scale hydro electricity"][/caption] Dalam Dosa Bergaya India rupanya pak KK mampir berkuliner "dosa" untuk memenuhi lawatan utama yaitu mempelajari potensi kekayaan alam India berupa potensi air yang dapat dikonversi menjadi daya listrik sebesar 170 GW. Lebih dari 50 % potensi tersebut telah dikonversi oleh Pemerintah India menjadi energi listrik, baik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) maupun Pembangkit listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Indonesia memiliki potensi air danau dan sungai yang jika seluruhnya dikonversi menjadi energy listrik akan setara dengan 70 GW, tetapi baru sekitar 6 % atau 4,2 GW yang di kelola sedangkan target bauran energy Indonesia pada tahun 2025 berasal dari energy air hanya sebesar 14.516 MW. Tapi sebelum mencapai tahun 2025, penyediaan listrik di Indonesia masih tergolong rendah. Secara nasional, rasio elektrifikasi baru mencapai 66 % (ESDM,2009) artinya baru sekitar 66 % penduduk Indonesia menikmati energy listrik dan Jawa Barat yang berpenduduk seperlima dari total penduduk Indonesia baru 64 %nya menikmati energy listrik. Salah satu alasan yang sering mengemuka adalah lokasi pedesaan yang tersebar dengan kondisi geografis yang tidak mendukung serta sebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan infrastruktur listrik tidak efektif. Dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) bisa menjadi solusi bagi daerah pelosok yang mempunyai sumber daya alam seperti danau, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam. Energi potensial air ini umumnya berskala kecil, menyebar, tidak memenuhi kriteria komersial dan hanya bisa memenuhi kebutuhan tenaga listrik di daerah tersebut. Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air, turbin, dan generator. Mikrohidro mendapatkan energy dari aliran air yang datang dari perbedaan ketinggian, yaitu memanfaatkan jatuhan air (head) dan debit air. Energi potensial terjunan air diubah menjadi energy listrik ketika air menumbuk turbin dan memutar generator. Semakin tinggi jatuhan air dan atau semakin deras debit air, maka semakin besar energy dari aliran air yang dapat diubah menjadi energy listrik. Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) adalah pada skala tenaga listrik yang dihasilkan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas >10 MW, minihidro (kapasitas 1-10 MW) dan mikrohidro (kapasitas <1MW). Relatif kecilnya daya yang dihasilkan mikrohidro dibandingkan dengan PLTA berimplikasi pada relatif murah dan sederhananya perangkat, serta kecilnya tempat yang diperlukan untuk instalansi dan pengoperasian mikrohidro. Beberapa jenis turbin yang umum digunakan masyarakat dunia adalah :
- Turbin Francais, cikal bakal turbin modern. Jarang digunakan oleh PLTM karena membutuhkan debit air yang besar dan kecepatan air yang tinggi.
- Turbin Pelton, merupakan salah satu jenis turbin yang sangat efisien guna mengkonversi energy mekanik air. Contoh aplikasi turbin Pelton diproduksi di Cimahi, Bandung.
- Turbin Kaplan, merupakan evolusi turbin Francais, dapat bekerja pada head yang kecil tapi memerlukan debit air tinggi dalam pengoperasiannya.
- Turbin Cross-flow, turbin ini banyak digunakan pembangkit listrik tenaga air skala mikro atau piko. Dapat beroperasi pada head yang kecil namun membutuhkan debit yang besar.
- Turbin Zotloeterer, diklaim memiliki efisiensi 70 %, aplikasi turbin ini dapat digunakan pada aliran air dengan head yang kecil (mulai dari 70 cm), energy yang dihasilkan mulai dari 150 kW dan dapat diaplikasikan pada instalasi pengolahan air.
Salah satu pengembangan teknologi turbin diciptakan oleh Ir. Ismun berdasarkan memori di masa kecilnya di Kalimantan yang hidup berdampingan dengan sungai. Solusi yang ditemukannya adalah membuat bilah yang terpasang tidak tetap yaitu bilah yang dapat memotong aliran air tanpa mempengaruhi kecepatan maupun torsi putaran turbin. Hal ini membuat Turbin Ismun memiliki efisiensi 30 % dengan kemungkinan dikembangkan hingga mencapai efisiensi 50 % - 60 %. Kelebihan Turbin Ismun adalah mampu beroperasi pada aliran air dengan head yang sangat kecil, sehingga dapat digunakan untuk mengkonversi energy aliran air pada aliran sungai terbuka. Sungai-sungai besar di Indonesia seperti di Kalimantan dan Papua mempunyai debit air besar namun berkecepatan rendah. Turbin Ismun sangat tepat diaplikasikan pada sungai-sungai dengan kondisi demikian. Pendekatan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro sebaiknya menggunakan dasar ekonomi sebagai suatu alasan. Sehingga ketersediaan energy listrik dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang kemudian menjadi penggerak pembangunan suatu daerah secara mandiri. Hiburan pada malam hari hanyalah bonus dari adanya listrik. ( Jadi ketersediaan listrik jangan menjadikan masyarakat sibuk nonton sinetron dan infotainment ^_^) Contoh ketersediaan listrik yang berdampak positif ditunjukkan penduduk Cimahi yang menggunakan listrik dari PLTM untuk memproduksi tahu. Sayangnya beberapa kekayaan alam Indonesia yang memungkinkan untuk menjadi PLTM atau sekedar tempat wisata ditelantarkan begitu saja. Contohnya adalah Danau Tempe di propinsi Sulawesi Selatan dan 13 danau di Kabupaten Bogor , bahkan danau-danau di Kabupaten Bogor tersebut didakwa sebagai penyebab banjir Jakarta. Kendala selain sungai dan danau yang tidak terawat adalah mahalnya pembiayaan. Sebagai contoh untuk membangun PLTM Cinta Mekar di Subang yang berkapasitas 120 kW, yayasan IBEKA menghabiskan dana Rp 2,25 milyar. Tetapi keuntungan pembangunan PLTM jauh lebih besar. Karena masyarakat merasakan perekonomian tumbuh dengan adanya pembangkit listrik maka tumbuh juga kesadaran masyarakat untuk pentingnya menjaga lingkungan, menjaga aliran air dan menjaga hutan di hulu sungai. Hal mana merupakan satu paket bimbingan yang merupakan kunci keberhasilan sebelum PLTM dibangun dan dikelola. Tahun 2011 ini, pemerintah merencanakan membangun 2 PLTM di desa Cicadas, Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Masing-masing berkapasitas 3 x 1MW dan 2 x 1,5 MW, dibiayai dari dana APBN sebesar Rp 30 milyar untuk PLTMH Cisono-2 dan sebesar Rp 37,9 milyar untuk PLTM Cisundel. Ditargetkan kedua PLTM bisa beroperasi tahun ini (dan diharapkan tidak sekedar proyek yang bersifat hit & run, karena kelemahan proyek dengan dana APBN biasanya tidak ada tindakan progresif untuk pelatihan dan bimbingan) Kiranya patut menjadi renungan bagi pengambil kebijakan ketika akan menjual sumber daya alam berupa gas dan batu bara. "Apakah hasilnya setimpal untuk kesejahteraan rakyat ? Apakah cashflow seimbang dengan pembiayaan infrastruktur listrik bagi masyarakat di daerah terpencil? Karena sungguh tidak adil ketika para pengambil keputusan menjual sumber daya alam dengan harga murah sekali tetapi di lain pihak rakyat harus membayar mahal pembangunan infrastruktur listrik. Pembangunan yang berasal dari hutang dengan bunga berbunga!" ( ^_^jadi inget kasus apa yaaa.....) [caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="Danau Terlantar di Kabupaten Bogor"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Kincir Ismun ; hak paten ID-0-007-984"]
[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="1023" caption="sejumlah situ di Jabodetabek"][/caption] Sumber data :
- http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/04/08/dosa-bergaya-india/
- http://www.pikiran-rakyat.com/node/139659
- http://regional.kompasiana.com/2011/04/09/teluk-kendari-dan-danau-tempe-akan-lenyap/
- http://gresnews.com/ch/Regional/cl/Sukabumi/id/1891105/Dua-PLTM-Akan-Dibangun-di-Kec.-Cisolok-Sukabumi
- Majalah Energi Edisi Januari 2011
- http://kincirismun.blogspot.com/2009/01/kincir-ismun-apa-sih-banyak-yang-belum.html
Sumber gambar : disini dan disini serta disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H