Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Teh Ninih, Jadilah Teladan Bagi kami

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1295150575425691773

[caption id="attachment_84919" align="aligncenter" width="240" caption="doc. google"][/caption]

Ketika tadi saya berjalan melewati perumahan padat penduduk, terdengar infotainmentdengan volume kencang dan narasi yang dibut-buat tentang kisah kasih AaGym , Teh Ninih dan Mbak Rini. Hmmm…..beberapa hari berlalu tapi rupanya stasiun televisi belum bosan memberitakan tentang mereka.

Sungkan sebetulnya menulis tentangAa Gym dan teh Ninih, tapi berita mengenai menghilangnya Teh Ninih untuk bersembunyi di rumah orang tuanya sungguhmeresahkan. Hingga saya tidak bisa menahan diri untuk menulis tentang mereka.

Memang hak Teh Ninih untuk menenangkan diri, tapi apakah itu perlu ? Diperlukan untuk apa ? Menghilangkan sedih ? Bukankah Aa Gym memang sudah berpaling, sudah menyakiti, masihkah harus ditangisi ?

Sejatinya tak seorangpun perempuan mendambakanpoligami , karena dalam kenyataannya hampir tak ada hal positif yang bisa lahir dari praktek poligami selain menyudutkan kaum perempuan dalam lumpur penderitaan. Agama Islam memang tidak melarang tetapi kaum pria harus memenuhi beberapa syarat. Syarat yang multi tafsir, dan Aa Gym bukanlah nabi Muhammad saw. Bahkan pernikahan nabi Muhammad saw dengan Maria al Qibtiyyah menimbulkan kecemburuan bagi istri-istri nabi lainnya.

Jadi kurang hebatkah sosok Teh Ninih ketika mampu berjalan berdampingan dengan mbak Rini menggunakan baju yang sama dan tersenyum lebar? Untuk keperluan siapakah ? Untuk Aa ? Untuk keutuhan keluarga ? Betapa berat sebelahnya beban yang harus dipikul Teh Ninih. Karena hati Teh Ninih jelas hancur berkeping-keping. Dia bukan malaikat, dia manusia biasa yang bisa merasakan sedih, bisa merasakan marah dan airmatanyapun bisa mengalir.

Aa mungkin berkilah,”Ah , yang Aa nikahi kan janda” Tapi pernahkah terpikirkan bahwa itu mungkin lebih menyakitkan? Aa menikah dengan gadis muda mungkin lebih dimengerti, tapi mengapa Teh Ninih disandingkan dengan janda 2 anak ? Apa salah Teh Ninih ? Apa kekurangan Teh Ninih? Apakah Aa ingin mengikuti jejak Rasullulah menikahijanda? Dan tulisan mantan sekretaris Teh Ninih yaitu Aa Gym dan Teh Ninih juga Manusia makin menguatkan bahwa Aa telah salah langkah.

Salah langkah yang membuat seorang perempuan secantik dan secerdas Teh Ninih hancur. Two thumbs up harus diberikan kepada Teh Ninih karena setelah Aa poligami, masih mampu melalui penderitaan dengan tetap menulis percikan rohani di surat kabar, masih mampu memberitausiah dan suara lembutnya mengajak jemaah berdoa. Begitu dalam, begitu mengena, begitu menguatkan. Ah Teteh yang baik, engkau menghibur dikala engkau sendiri mengalami prahara. Tak sepatah katapun menyiratkan bahwa hatimu sakit, semua baik…..Aa baik, Mbak Rini baik, anak-anak baik……. Ah ya rupanya anak-anakmulah yang menjadi penglipur lara, karenamata Teh Ninih menjadi berbinar-binar setiap bicara tentang anak-anak.

Dan kini, setelah Teh Ninih ditalak 2, konon beliau mengurung diri dan kembali pulang ke rumah orang tua. Teteh yang cantik, maukah kau keluar dan menulis lagi? Karena penulis perempuan yang mensyiarkan agama Islam dapat dihitungdengan sebelah tangan.

Maukah kau keluar karena banyak jemaah ingin mendengar suaramu yang merdu ketika memberi tausiah?Banyak jemaah yang merindukan doa bersama yang tulus yang kaupanjatkan dan kau pimpin.

Maukah kau keluar karena berarti Allah sudah menutup satu tugas yang teramat berat untuk dilakoni?  Hingga tak perlu lagi Teteh memikirkan makan dan kesehatan suami. Tak perlu lagi Teteh memikirkan bahan ceramah suami. Tak perlu lagi Teteh risau memikirkan kemungkinan orang menanyakan tentang Aa dan Mbak Rini. Tak perlu lagi Teteh menghadapi pertanyaan berapa kali “giliran” Aa Gym datang ke Bandung.Seolah perempuan hanyalah objek bukan subjek. Subjek yang sejatinya dapat berkata, berpikir, sakit hati, marah, mengungkapkan pendapatnya dan ……..memilih !

Berhentilah berpikir bahwa semua sakit dan pedih ini akan mendapat pahala dari Allah swt. Karena tanpa penderitaan tak berujung itupun, Allah tetap menyayangimu. Ayolah menulis buku tentang perjalananmu menimba ilmu dan menyebarkannya pada kami. Menulislah tentang kisah-kisah indah ketika membesarkan anak-anak dan mendidik mereka sesuai Al Qur’an. Menulislah tentanganak-anak yatim piatu yang kau santuni dan beragam orang yang kau temui untuk terwujudnya Ukhuwah Islamiyah.

Jangan menduga-duga bahwa kami, para jemaah ingin mendengar kisah infotainment dan melihat urai air mata. Tutuplah itu Teh, dan lupakan. Karena sesuai ajaranmu, kami ingin menjauhi ghibah dan mendengarkan ilmu yang mengalir dari bibir seorang perempuan yang nampak rampuh, tapi ternyata begitu tegar.

Hanya berpikirlah bahwa jemaah membutuhkan sosok panutan yang pernah mendapat pendidikan agama dengan utuh, menemani seorang Aa dari nol hingga terkenal keseantero Nusantara. Melahirkan 7 orang anak dan mendidiknya penuh kasih. Melalui penderitaan demi penderitaan bahkan kini mampu bertausiah yang memberi kekuatan. Memberi pencerahan. Memberi ilmu dan memberi dukungan moral.

Keluarlah Teh, kami menunggu.

Bandung , 16 Januari 2011

Seorang Jemaah Az_Zahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline