“Tenang….tenang…..tenang……”,
Ujar salah seorang pemimpin negeri
Padahal pendeta dan penatua kami ditusuk
Padahal tiap minggu intimidasi itu selalu datang
Melarang kami berdoa
Melarang kami beribadah bersama
Melarang kami berkumpul dengan ceria
Siapakah mereka ?
Hingga berhak meneror kami !
Hingga berhak melarang kami beribadah !
Hingga berhak melarang atas nama peraturan daerah !
Lebih akbarkah mereka dibanding Sang Pencipta ?
Dan dimanakah kalian para pemimpin negeri ?
Yang 5 tahun sekali meminta suara kami
Yang pernah bejanji menjamin kemerdekaan beribadah
Yang pernah berjanji melaksanakan amanat Pancasila dan UUD ‘45
Yang pernah bermulut manis tapi sekarang sulit ditemui
Aneh !!!!!
Pendeta ecek ecek Terry Jones kau urusi
Tapi kami …………..
Rakyatmu……………
Yang mendapat tekanan dan penderitaan
Yang hidup dalam teror ketika beribadah
Kaulihat dengan sebelah matapun tidak
Kamimemang minoritas
Tapi apakah itu melegalkan pembiaran
Membenarkan penyederhanaan persoalan
Dan
Dengan mudah perkataan itu keluar
“Tenang …… tenang …… tenang ……..”
Oh, andaikan kalian para pemimpin negeri
Yang mendapat teror itu
Yang mendapat tusukan pisau itu
Yang mendapat pukulan balok itu
Masih sanggupkah mulut manis kalian berkata :
“Tenang……… tenang……….. tenang”
Beruntung……………..
Ada jejaring social yang bercericit
Dimotori ibu Fahira Idris dan kawan kawannya
Berbaju jilbab dan tergopoh gopoh naik taksi
Hingga tersesat mencari rumah sakit
Menghibur kami dan mendonorkan darah
Memberi kami kepercayaan
bahwa kami layak tinggal di tanah air yang bernama Indonesia
bahwa kami mempunyai saudara walaupun berbeda agama
bahwa walau kami minoritas, mereka tidak peduli
bahwa pemaknaan hidup beriman dan bertoleransi
janganlah sekedar pidato berbuih yang membosankan
Tolong sampaikan salute untuknya
Tolong sampaikan cium tangan dan pipi tanda hormat dan sayang kami
Tolong sampaikan bahwa hanya Yang Maha Kuasa yang dapat membalas
Semua budi baik mereka
semua kasih dan amalan agama
Ah indahnya Indonesia………………
Seandainya seluruh rakyatnya berjiwa seperti mereka
Seandainya semua pemimpinnya tahu apayang harus didahulukan
Dan apa yang tidak usah dikerjakan
Sayang
Itu semua hanya berandai andai…………….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H