Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Ketika Pendeta dan Penatua HKBP Ciketing ditusuk ...........

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Tenang….tenang…..tenang……”,

Ujar salah seorang pemimpin negeri

Padahal pendeta dan penatua kami ditusuk

Padahal tiap minggu intimidasi itu selalu datang

Melarang kami berdoa

Melarang kami beribadah bersama

Melarang kami berkumpul dengan ceria

Siapakah mereka ?

Hingga berhak meneror kami !

Hingga berhak melarang kami beribadah !

Hingga berhak melarang atas nama peraturan daerah !

Lebih akbarkah mereka dibanding Sang Pencipta ?

Dan dimanakah kalian para pemimpin negeri ?

Yang 5 tahun sekali meminta suara kami

Yang pernah bejanji menjamin kemerdekaan beribadah

Yang pernah berjanji melaksanakan amanat Pancasila dan UUD ‘45

Yang pernah bermulut manis tapi sekarang sulit ditemui

Aneh !!!!!

Pendeta ecek ecek Terry Jones kau urusi

Tapi kami …………..

Rakyatmu……………

Yang mendapat tekanan dan penderitaan

Yang hidup dalam teror ketika beribadah

Kaulihat dengan sebelah matapun tidak

Kamimemang minoritas

Tapi apakah itu melegalkan pembiaran

Membenarkan penyederhanaan persoalan

Dan

Dengan mudah perkataan itu keluar

“Tenang …… tenang …… tenang ……..”

Oh,  andaikan kalian para pemimpin negeri

Yang mendapat teror itu

Yang mendapat tusukan pisau itu

Yang mendapat pukulan balok itu

Masih sanggupkah mulut manis kalian berkata :

“Tenang……… tenang……….. tenang”

Beruntung……………..

Ada jejaring social yang bercericit

Dimotori ibu Fahira Idris dan kawan kawannya

Berbaju jilbab dan tergopoh gopoh naik taksi

Hingga tersesat  mencari rumah sakit

Menghibur kami dan mendonorkan darah

Memberi kami kepercayaan

bahwa kami layak tinggal di tanah air yang bernama Indonesia

bahwa kami mempunyai saudara walaupun berbeda agama

bahwa walau kami minoritas, mereka tidak peduli

bahwa pemaknaan hidup beriman dan bertoleransi

janganlah sekedar pidato berbuih yang membosankan

Tolong sampaikan salute untuknya

Tolong sampaikan cium tangan dan pipi tanda hormat dan sayang kami

Tolong sampaikan bahwa hanya Yang Maha Kuasa yang dapat membalas

Semua budi baik mereka

semua kasih dan amalan agama

Ah indahnya Indonesia………………

Seandainya seluruh rakyatnya berjiwa seperti mereka

Seandainya semua pemimpinnya tahu apayang harus didahulukan

Dan apa yang tidak usah dikerjakan

Sayang

Itu semua hanya berandai andai…………….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline