Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Kisahku, Ketika Shalat Ied Usai ................

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar..Laailahailallahhu Allahhuakbar..Allahuakbar walillahilham..

Sejak maghrib penanda usainya shaum hingga matahari terbit,

gema takbir berkumandang,

mengagungkan kebesaranNya,

meneguhkan keesaanNya

Dan bak ritual, segenap umat muslim bergembira ria,

menyiapkan kudapan,

menyiapkan masakan favorit keluarga,

tak lupa menyiapkan busana terbaik

Busana, mukena, sajadah, uang sedekah

dan akhir akhir ini akupun tak lupa dibawa

ya aku, si koran bekas yang sudah usai dibaca

diperlukan untuk alas sajadah karena cuaca sering tidak bersahabat.

Hampir sepanjang hari hujan,

mungkin hujan rehat hanya beberapa jam saja,

sekedar memberi kesempatan matahari tersenyum

sekedar mengingatkan penghuni bumi

betapa indahnya sengatan matahari

betapa syukur harus dipanjatkan kepadaNya

Dan aku si koran bekas

Berjasa menemani tuanku

Agar khusyuk melaksanakan shalat Ied

Dari awal hingga akhir

Juga menemani tuanku

mendengarkan kotbah Ied yang sering sulit disimak

karena begitu majemuknya jamaah yang datang

kakek kakek tua hingga tuan muda

nenek nenek tua hingga nyonya muda

anak baru gede hingga anak batita yang wara wiri gelisah

bahkan ada yang menangis atau merengek minta jajan

Ah begitu bewarnanya hidup

Betapa senangnya jika dapat selalu berdampingan dengan tuanku

Mendengar celotehnya

Mendengar derai tawanya

Tapi

Harapanku terlalu tinggi

Karena seiring berakhirnya kotbah Ied

Mereka meninggalkanku

Menjadi sampah

Mereka tak peduli

Dengan kalimat indah yang berkali kali didengungkan

Bahwa

Kebersihan  sebagian dari iman

Oho

Begitu sibuknyakah mereka ?

Hingga melalaikan kefitrian

Yang menjadi tujuan shaum selama sebulan penuh

Ah

Manusia memang sering lupa

Bahkan disetiap detik yang baru dilalui

Mereka lupa maknanya

Bahkan enggan memaknai……….

Hingga sekedar membawaku pergi

atau menumpuknya bersama rekanku yang lain

Mereka enggan…….

Ya, aku mengerti

Aku hanyalah selembar koran bekas

Sungguh tak dapat dibandingkan

Dengan ketupat, gulai, opor dan sambal goreng

Yang menanti untuk disantap

[caption id="attachment_254668" align="aligncenter" width="300" caption="hmmmm ....... (2010;Maria Hardayanto)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline