Lihat ke Halaman Asli

Maria G Soemitro

TERVERIFIKASI

Volunteer Zero Waste Cities

Penghargaan Adiwiyata 2010 Harusnya untuk Sekolah Salman Al Farisi

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_169023" align="alignnone" width="300" caption="yang penting : poster sederhana tapi berulang"][/caption]

Apa sih penghargaan Adiwiyata ?

Penghargaan Adiwiyata adalah penghargaan untuk sekolah yang melaksanakan program sekolah berwawasan dan peduli lingkungan.

Adiwiyata mempunyai makna : ” Tempat  yang  baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan!”

Sekolah (PG, TK, SD, SMP) Salman Al Farisi yang berlokasi di jalan Tubagus Ismail Lokal u1 Bandung  sudah memenuhi kriteria itu semua. Sungguh membanggakan melihat kemajuan Sekolah Salman Al Farisi. Ketika berkunjung kesana setahun yang lalu, pegawai kebersihan sekolah  masih membakar semua sampahnya.

Tetapi sekarang semua berperan serta, dimulai pemisahan sampah oleh anak-anak sekolah, sehingga pewarnaan tong sampah kuning dan tong sampah biru tidak sekedar beda warna tapi anak-anak paham betul kemana sampah organik harus dibuang demikian juga  sampah anorganik.

Setelah pemisahan sampah, pegawai kebersihan bertugas untuk memilah sampah anorganik, karena beberapa jenis bisa dijual sedangkan sebagian lagi terpaksa dibakar (bukan salah mereka, karena pemerintah daerah memang tidak memberi solusi).

Bagaimana dengan sampah organik ?  Oh mereka mempunyai banyak cara, sebagian besar dicacah untuk dijadikan kompos, sebagian lagi untuk makanan cacing lumbricus. Dan beberapa sisa sayuran atau buah-buahan dijadikan pakan kelinci.

Kebetulan tidak ada yang memberi penyuluhan kepada para mereka tentang pembuatan mol (mikroorganisme lokal) yang bisa mempercepat proses pengomposan. Karenanya dari antara kompos muncullah belatung-belatung yang cukup besar ukurannya yang dapat dijadikan makanan peliharaan mereka, yaitu ayam dan lele. Sungguh kreatif bukan ?

Walaupun tanpa mol, mereka sudah beberapa kali panen kompos. Hasil panen selain untuk pupuk tanaman sayuran mereka, juga dikemas dan dijual. Pembelinya ? Orang tua murid ! Ya , daripada harus mencari ditempat lain, orang tua murid bisa berbelanja sambil mengantar jemput anaknya.

Jangan lupa mereka juga beternak kelinci, kotoran kelinci secara berkala dipanen untuk dijemur dan dijadikan pupuk kandang.

Dengan beberapa aktifitas di lingkungan mereka, peringatan Hari Lingkungan Hidup Salman Al Farisi menjadi menyenangkan dan beragam. Tidak sekedar acara seremonial yang membosankan dan lomba-lomba garing  dan kadang tidak ada kaitannya dengan perubahan sikap terhadap lingkungan hidup yang makin buruk.

Selain mengadakan lomba futsal dan basket kesukaan anak-anak ,  ada  lomba membuat graffiti dan lomba yang berhubungan dengan sampah yaitu lomba membuat robot , bangunan dan benda fungsional dari sampah anorganik.

Tidak hanya itu, ada juga lomba menarik yaitu lomba membuat surat bertemakan lingkungan hidup untuk bapak Walikota Bandung.

Cukup ? Belum, dan ini yang paling menarik adalah penobatan juara lingkungan hidup berdasarkan sikap mereka sehari-hari misalnya apakah mereka peduli terhadap lampu yang menyala di siang hari, air yang mengalir sia-sia karena terlupa ditutup krannya. Jadi  si juara tidak sekedar bisa menyapu dan memindahkan sampah dari kelas ke tong sampah.

Mengapa edukasi dini lingkungan hidup sangatlah penting ? Karena agama khususnya Islam mempunyai konsep dasar  menjaga lingkungan. Bahkan nama-nama surat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa manusia terikat dengan lingkungannya sehingga wajib memeliharanya.

Dan ketika kita sudah salah kaprah dalam menyikapi perubahan lingkungan, tumpuan terakhir adalah anak-anak sekolah yang tidak sekedar mendapat pelajaran lingkungan hidup selama 2 jam setiap minggunya tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan kita ? Pastinya harus memberi contoh ! Masa kalah sama anak-anak Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar , dan Sekolah Menengah Pertama.

Malu dong ……….

[caption id="attachment_169040" align="alignnone" width="225" caption="sampah organik menjadi makanan cacing lumbricus"][/caption] [caption id="attachment_169049" align="alignnone" width="225" caption="kolam lele, kandang ayam dan kelinci"][/caption] [caption id="attachment_169058" align="alignnone" width="300" caption="composting, dipermudah karena sampah dipisah dari awal"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline