Kamu pasti mengenal facebook. Ya, media sosial yang dibuat oleh Mark Zuckerberg ini seakan menghipnotis semua orang, termasuk ayahku. Ayah semakin sering tidak pulang dan izin untuk urusan-urusan tertentu yang tidak disebutkan. Aku menelusuri semua teka-teki ayah selama ini. Aku mengunjungi akun facebook ayah. Aku terkejut ketika melihat foto profil ayah bermesraan dengan seorang wanita muda yang berpakaian renang cukup minim berwarna biru muda di pantai. Aku mulai menggeser kursor ke bawah untuk melihat data diri ayah. Aku kembali terkejut ketika mendapati status yang ayah tulis di facebooknya bukannya menikah dengan ibuku, namun bersatus berpacaran dengan Inggrid Leonita. Ibuku tidak mengetahui semua ini karena ibuku tidak pernah sekalipun mengakses internet. Ibu juga selalu percaya dengan kata-kata ayah, tak pernah sekalipun curiga.
Aku mulai mencari tahu tentang Inggrid Leonita, kekasih papa. Inggrid Leonita adalah seorang model. Di dalam album fotonya terpampang foto-fotonya sewaktu ia menjalani pemotretan di majalah dan foto-foto pribadinya yang terbilang cukup menggoda.
“Ada apa sayang? tumben menelepon siang-siang.” sayup-sayup kumendengar Inggrid berbicara di telepon genggamnya dengan ayah. “Sayang, siang ini terasa begitu indah. Bagaimana kalau hari ini kita menghabiskan waktu di Pantai Florida. Menikmati deburan ombak dan suara burung camar?”, sahut Inggrid sambil tersenyum di balik telepon. “Hahaha tentu sayang. Berpakaianlah yang cantik”, sahut ayah membalas. Aku segera kembali ke kamarku. “Mom, Jose, ayah pergi dulu ya. Ayah ada urusan kantor. Jaga diri baik-baik ya”, kata ayah kemudian mencium kami semua. Aku bergegas memacu mobilku membuntuti ayah. Aku tahu bahwa kata ‘urusan kantor’ ayah hanya kedok untuk menutupi ketidaksetiaannya pada ibu.
Aku bersembunyi di balik pohon kelapa berusaha mendengar pembicaraan ayah dan wanita itu dan apa yang mereka lakukan dan menggantungkan kamera pengintai kecil di salah satu sudut pohon agak tertutupi dengan daun untuk merekam tingkah polah mereka. “Bagaimana hari-harimu di kampus sayang?”, tanya ayah pada Inggrid sembari duduk di pantai merengkuh pinggang wanita itu. “Baik-baik saja sayangku. Suasana di Universitas Saint Xaveria sangat menyenangkan. Teman-temannya, dosennya semuanya”, kata inggrid sambil sedikit tertawa kecil. Aku tak menyangka ayah memacari wanita yang jauh lebih muda darinya, terlebih lagi dia adalah seorang mahasiswi. Dan apa yang barusan kudengar? Inggrid kuliah di Universitas Saint Xaveria? Dia kuliah di universitas yang sama dengan adikku, Kellin? Aku tak percaya. Aku melanjutkan aksiku ‘menguping’ pembicaraan ayahku. “Aku baru saja kembali mendapat tawaran untuk pemotretan di sebuah majalah laki-laki dewasa terbaru dengan pose yang belum pernah aku coba sebelumnya. Coba kau lihat dulu apakah aku sebaiknya menerima tawaran ini atau tidak. Ini surat dan detailnya”, kata Inggrid menyerahkan sepucuk surat kepada ayah. Ayah membacanya dengan saksama. “Kau yakin akan berpose seperti ini di majalah?”, tanya ayah. “Pose seperti ini akan semakin menjatuhkan reputasimu di kampus maupun di lingkunganmu, sayang. Sebaiknya kau tak lakukan ini di hadapan publik ya”, saran ayah kepadanya sambil mengusap kepala dan mencium keningnya. Inggrid terlihat agak sedih namun menerima saran ayah dan meresapinya mungkin ayah ada benarnya. “Sayang, aku sepenuhnya mendukung kariermu di dunia model. Namun, kamu sebaiknya tahu batasan-batasannya”, kata ayah lagi.
Lama tak mendengar obrolan mereka, aku mengintip dari pohon kelapa dan ternyata ayah sedang bercinta dengan Inggrid. Aku sangat geram melihatnya. Ayah dengan lancang melakukan hal itu juga. Aku melihat ayah berhenti dan merangkul Inggrid lalu berkata, “Inggrid kau cantik sekali. Tubuhmu begitu sekal. Begitu menggoda. Kau sangat memuaskanku”. Kemudian ayah mengecup bibir Inggrid. Begitu lama dan dalam. Inggrid tersenyum. “Hari ini benar-benar indah, sayang. Aku tidak menyangka semua berakhir seindah ini.”, ujar Inggrid sumringah. “Tentu sayang. Aku harap kita bisa sering-sering seperti ini”, lanjut ayah lalu menggandeng tangan Inggrid kembali berkemas. Aku mengambil kameraku dan cepat-cepat masuk ke dalam mobil lalu bergegas pulang.
“Argh, ayah. Tak kusangka kau seperti ini. Kau tega menyakiti dan membohongi keluarga untuk melakukan hal tidak terpuji”, kataku sembari menyetir mobil. “Siapa wanita itu sesungguhnya? Mengapa ia mau berpacaran dengan ayah? Tidakkah ia tahu bahwa laki-laki yang menjadi pacarnya itu sudah berkeluarga? Apa yang ia inginkan dari ayah? Aku harus mencari tahu tentang wanita itu! Ya. Aku bisa memulai misi rahasia ini. Aku akan bertanya pada adikku, barang kali ia mengetahui atau mengenal Inggrid”, lanjutku lagi.
“Darimana saja kau nak? Ibu mengkhawatirkanmu. Sedari tadi, handphonemu tidak bisa dihubungi”, kata ibuku begitu aku tiba di rumah. “Maaf, bu. Tadi aku pergi ke selatan, ke rumah teman untuk mengerjakan tugas dan kebetulan sedang ada badai cukup besar sehingga sinyal memburuk”, kataku berbohong pada ibu. “Oh ya sudahlah. Ayo mandi dan makan. Ibu sudah siapkan makanan kesukaan kalian”, kata ibu lagi. “Baik bu. Ngomong-ngomong dimana Kellin? Apa dia sudah pulang?”, tanyaku sebelum bergegas mandi. “Kellin ada penelitian di kampus nak. Dia menginap malam ini”, jawab ibu. Aku masuk ke kamar mandi dan membilas tubuhku.
Seusai mandi dan berpakaian aku mengambil telepon genggamku dan menghubungi Kellin. “Halo, kak. Ada apa?”, jawab Kellin usai panggilanku berhasil masuk. “Kellin, kapan kau pulang dari penelitian? Ada hal penting yang mau aku tanyakan padamu”, kataku cepat. “Hmm, besok penelitianku selesai kak. Aku akan pulang besok siang. Hal penting? Hal penting apa kak?”, tanya Kellin kebingungan. “Sudah, tidak usah bertanya dulu. Semua akan aku jelaskan ketika kau pulang”, ujarku tersenyum simpul lalu menutup telepon. “Kellin, tolong ambilkan HCl di ruangan sebelah...”, teriak Velma pada Kellin. Terkejut melihat Kellin yang tidak mengambilkan HCl dan melamun, Velma mendekatinya. “Kellin. Kellin. Kellin Deborah Alexandra”, panggil Velma dengan nada tinggi. Kellin tersadar dan berkata, “Ya, Velma ada apa?” “Aku sedari tadi memanggilmu untuk mengambilkan HCl di ruangan sebelah namun kau malah bengong disini. Ada apa sebenarnya?”, tanya Velma. “Hmm. Tidak apa. Tadi kakakku, Jose menelpon menanyakan kapan aku pulang dari penelitian dan ia rencananya akan membicarakan hal penting. Aku sedang berpikir apa mungkin hal penting ini terkait ayah?” “Memangnya ada apa dengan ayahmu?”, potong Velma. “Ayah semakin jarang pulang dan izin untuk urusan-urusan yang tidak mau ia sebutkan. Apa jangan-jangan kakakku tahu sesuatu yang disembunyikan ayah?”, kata Kellin perlahan. “Itu mungkin saja, kurasa. Bersabarlah Kellin. Ayo, kita lanjutkan penelitian kita. Ini tinggal sedikit lagi”, kata Velma sambil mengelus punggung Kellin. Kellin bangkit berdiri dan melanjutkan penelitian.
“Nak, apakah ayahmu sudah pulang?”, tanya ibu padaku. “Sepertinya belum bu. Aku belum melihat mobilnya dari tadi”, kataku. “Hmm. Apakah urusan kantor ayah begitu lama dan rumit hingga belum pulang juga jam segini?”, tanya ibuku cemas. “Entahlah, bu”, kataku sekali lagi berpura-pura. Urusan kantor apa? Ayah sedang tidak pergi untuk urusan kantor. Ayah sedang sibuk dengan kekasihnya di pantai. Bermesraan. Tapi, aku tidak mau mengungkapkan ini ke ibu. Aku ingin menjalankan misi ini terlebih dahulu. Aku ingin mempermalukan wanita yang berani merenggut ayah dari kehidupan kami. “Ayo, Jose makan. Melamun saja”, kata ibu mengagetkanku. Aku bergegas makan begitu ibu memperingatkanku sembari menata rencanaku padanya nanti. Aku akan bekerja sama dengan Kellin dan aku yakin ia akan setuju karena ini demi ayah. Demi keluarga kita.
Waktu sudah semakin malam. Aku akhirnya memutuskan untuk tidur dan terbangun ketika mendengar pintu berderit. Ayah pulang sepertinya. Aku menempelkan tubuhku pada tembok kamar dan berkonsentrasi mendengar percakapan ayah dan ibu. “Ayah, kok jam segini baru pulang? Ada apa? Kami semua mengkhawatirkanmu”, ucap ibu panik. “Tidak ada apa-apa bu. Tadi sedikit ada masalah di kantor jadi ayah baru pulang sekarang. Bagaimana anak-anak?”, tanya ayah. “Anak-anak baik, yah, tidak ada masalah apa-apa. Jose sudah tidur. Kellin akan pulang dari penelitiannya besok. Sebaiknya ayah mandi lalu tidur. Sudah malam”, kata ibu diiikuti anggukan ayah. Tumben ayah pulang. Seusai mandi ayah bergegas tidur. Namun ketika akan memasuki kamar, ayah sepertinya sedang mengetik sesuatu. Bunyi tombol handphonenya cukup terdengar karena kamarku di sebelah kamar ayah dan ibu. “Ada apa, yah? Kok kelihatannya ayah sibuk memencet-mencet tombol handphone?”, tanya ibu penasaran. “Ini bu, Pak Flinn, rekan kerja ayah melaporkan hasil rundingan kita tadi, masalah pekerjaan bu”, kata ayah. Aku yakin itu bukan masalah pekerjaan. Aku mengira itu sms ayah dengan kekasih gelapnya, Inggrid. Ayah pandai sekali bersandiwara. Aku kembali tidur ketika ayah dan ibu telah masuk ke kamar dan tidak ada pembicaraan lagi.
“Ayah, maafkan aku. Aku terpaksa harus melakukan hal ini dan membongkar semua sandiwara ayah selama ini. Aku akan mengorek semua yang ayah tutup rapat selama ini di hadapan ibu dan keluarga besar kita termasuk kisah cinta ayah dengan Inggrid. Aku janji. Aku janji. Ini semua demi keluarga kita. Demi kebahagiaanku, Kellin dan ibu yang telah ayah rusak dengan perbuatan bejat ayah”, kataku lalu terlelap.