Ada yang berbeda pada Coachella kali ini. Sempat di cancel gara-gara pandemi, festival akbar tahunan ini kembali digelar dengan bintang tamu kece tak terduga. Salah satunya girl group rookie besutan SM Entertainment, Aespa.
Diawali dengan lagu Aenergy, Aespa berhasil membakar semangat penonton Coachella hari itu. Seolah tak kehabisan energi, Aespa menampilkan sosok garang dalam 'Black Mamba' dan 'Savage' lalu ditutup dengan rilisan teranyar mereka bertajuk 'Life Too Short'.
Actually, kalau boleh saya bilang penampilan perdana Aespa di Coachella ini sangat bagus, terlihat semua member mempersiapkan dengan matang mulai dari vokal, busana hingga aksi panggung mereka.
Kalau kamu beranggapan artis Korea kebanyakan pada lipsync, kamu salah besar guys karena di Coachella, Aespa sama sekali tidak melakukan lipsync.
Ningning pun benar-benar menunjukkan kemampuan vokal nada tingginya dengan sangat baik. Pun Karina dengan penuh semangat memamerkan bakat tari sekaligus visualnya yang memesona.
Tapi, saya cukup kecewa karena kehadiran Aespa tidak jujur sejak awal. Nama Aespa tidak muncul di line up resmi Coachella dan diduga kuat membayar untuk bisa tampil, bukan diundang.
Jika hal ini benar, makin menguatkan rumor bahwa Aespa ingin menyerupai Blackpink yang diundang secara khusus memeriahkan Coachella tahun 2019.
Ya, bagi dunia KPop, Blackpink menjadi tolok ukur kesuksesan sebuah girlgroup, jadi tidak heran agensi-agensi di negri ginseng tersebut berlomba-lomba mendebutkan artis mereka di acara musik ternama dunia yang berbasis di Amerika, salah satunya Coachella.
Lalu, antusiasme penonton Aespa di Coachella sangat kurang, terlihat dari minimnya partisipasi penonton sing a long atau menari tipis-tipis sembari Aespa bernyanyi.
Mungkin ini tidak terjadi bila agensi hiburan Korea mengundang girlgroup yang lebih senior misalnya Red Velvet, Twice atau A Pink agar setidaknya menyeimbangkan dengan penampilan 2NE1 tempo hari yang begitu berkesan.