Lihat ke Halaman Asli

Maria Fillieta Kusumantara

S1 Akuntansi Atma Jaya

Pesan untuk Hari Esok dari Seniman Jakarta Biennale

Diperbarui: 27 Desember 2021   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instalasi I Nyoman Nuarta. Dokumentasi Pribadi

Ada yang berbeda di Museum Nasional Indonesia pada minggu pagi. Museum yang biasanya sepi mendadak ramai antrian mengular para muda-mudi yang ingin menikmati Jakarta Biennale 2021 pasca viral di tiktok. 

Untuk gelaran pameran tahun ini, Jakarta Biennale mengangkat tema 'Esok Membangun Sejarah Bersama'. Instalasi pertama yang menarik perhatian saya adalah Wet Season- Dry Season karya Celia-Yunior bersama dengan Rodrigo Julkim Mendoza Toro. 

Memanfaatkan sekam dan semen sebagai bahan utama, saya tertawa ketika pemandu pameran mengarahkan saya ke lokasi sembari menyebutnya 'instalasi pasir'. 

Bagaimana bisa seorang pemandu pameran bahkan tidak memahami seni sama sekali? Sampai di depan instalasi, saya terdiam mencerna makna di balik instalasi yang paling ditunggu-tunggu semua pengunjung ini. Celia-Yunior menggambarkan kesan pertama mereka melihat Indonesia dengan sangat baik. 

Mereka menggambarkan Indonesia sebagai negara agraris lewat sekam yang ditebar mengelilingi semen yang dibentuk menyerupai tabung kontainer besar. 

Mereka juga memberikan pesan tersirat untuk mengembangkan potensi agraria Indonesia dan sistem bendungan yang luar biasa, tak kalah dengan beberapa bendungan di Kuba yang rata-rata bisa menampung curah hujan sebanyak 122,8 mm. Tak berhenti disitu, saya melangkah ke instalasi berikutnya yang tidak kalah keren karya I Nyoman Nuarta. 

Berbentuk spiral kelabu dengan beberapa pemuda pemudi tampak berlari mengejar sesuatu, instalasi bertajuk 'Ku Yakin Sampai Disana' ini seolah memotivasi kita untuk mengerahkan seluruh daya upaya kita untuk mencapai apa yang kita cita-citakan meskipun pusaran pandemi tak kunjung selesai. Kini tiba waktunya bersantai sejenak di sebuah ayunan biru karya Sri Astari. 

Tidak seperti ayunan kebanyakan, untuk bisa bermain di ayunan ini, kamu harus melewati pintu kecil dikelilingi jeruji besi. Meskipun bermain ayunan tampak menyenangkan, nyatanya kamu tak bisa leluasa bermain disini, serentetan keluhan mulai bermunculan di benakmu mulai dari sempit, panas, susah gerak, baju nyangkut, kepala kepentok, dll. 

Begitulah kurang lebihnya pesan yang ingin disampaikan seniman asal Jakarta ini. Masa pandemi yang panjang ini kerap memicu banyak keluhan dari masyarakat seiring hadirnya kebijakan-kebijakan lockdown, PSBB dan PPKM yang amat membatasi ruang gerak masyarakat. Namun, Sri berharap masyarakat selalu bisa menciptakan kebahagiaan di tengah kungkungan corona. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline