1 Oktober 2019 gema pelantikan anggota DPR periode 2019-2024 sekaligus pengucapan sumpah jabatannya terdengar di seluruh Indonesia. Masyarakat pun tahu siapa saja empunya kursi Senayan mulai dari tokoh senior di politik, anak pejabat daerah hingga 14 artis papan atas diantaranya Krisdayanti, Mulan Jameela, Tomy Kurniawan, Rachel Maryam dan Desy Ratnasari.
Saya teringat kembali dengan RUU KUHP yang kemarin membuat geger berujung demo dari berbagai lapisan masyarakat khususnya para mahasiswa, kebanyakan isinya bukan berpihak pada rakyat, tetapi malah mengekang kehidupan masyarakat sampai ke urusan yang terbilang cukup pribadi.
Selain itu, sudah disetujuinya sebagian program DPR misalnya pembangunan gedung baru dan pembelian fasilitas-fasilitas penunjang, yang tampaknya hanya menghabiskan uang negara saja tanpa ada manfaat berarti.
Seperti inikah kekaryaan DPR yang katanya Dewan Perwakilan Rakyat bagi rakyat Indonesia? Apakah Bapak/Ibu sadar kalau kami bekerja keras mengumpulkan uang setiap hari dari pagi hingga malam demi membayar pajak, bea, cukai dan pungutan-pungutan negara lainnya?
Apakah Bapak/Ibu sadar betapa berharganya uang itu? Uang itu bukan anugerah cuma-cuma dari dewa langit tapi buah dari pengembangan talenta dan ilmu yang kami tempa selama belasan bahkan puluhan tahun. Apakah Bapak/Ibu yang duduk di kursi kehormatan Senayan telah memikirkan sampai benar-benar matang sempurna sebelum menggunakan uang itu?
Selanjutnya, saya menyoroti calon-calon anggota dari kalangan artis yang saya sebut tadi, rencananya mereka akan mengisi kursi Komisi X yang bergerak dalam bidang pendidikan, kebudayaan, olahraga dan sejarah serta ekonomi kreatif.
Hetifah Sjaifuddin, anggota DPR dari fraksi Partai Golkar mengatakan bahwa Komisi X memang agak berbeda dengan komisi lain di parlemen. Komisi X dirasanya tidak menuntut banyak kompetensi teknis dari anggotanya seperti di Komisi V. Kalau di Komisi X itu banyak juga common sense-nya. Yang penting kita punya empati namun tetap dituntut sensitif dengan persoalan di masyarakat.
Tapi, saya berpikir apakah artis-artis ini benar-benar memahami cara menyelesaikan masalah dan mewujudkan aspirasi masyarakat yang dibahas dalam komisi X nantinya?
Karena tidak hanya empati saja yang dibutuhkan, tetapi penting juga memiliki kemampuan memahami dan mewujudkan aspirasi rakyat (dengan cara yang baik tentunya) serta kemampuan bekerja sama menyelesaikan dan mencegah suatu masalah terjadi kembali seperti sebut saja masalah demo pelajar. Sudah banyak korban berjatuhan tetapi apa yang dilakukan para petinggi Senayan?
Seolah menutup gorden rapat-rapat meski ada issue demo ditunggangi oleh pihak tak bertanggung jawab. Atau jangan-jangan artis-artis ini nantinya memanfaatkan jabatan ini hanya untuk mendongkrak popularitas keartisannya ataukah justru memanfaatkan uang negara untuk melakukan perawatan diri demi menunjang penampilan sebagai elite Senayan? Entahlah.
Saya berharap kedepannya DPR dapat mewakili masyarakat Indonesia dengan baik dan juga tidak menggunakan uang negara untuk keperluan pribadi tidak jelas semata bukan seperti dikatakan demonstran salah satu universitas negeri ternama 'DPR : Dewan Pengkhianat Rakyat'.