Lihat ke Halaman Asli

Maria Fillieta Kusumantara

S1 Akuntansi Atma Jaya

Trilogy: Black Mask

Diperbarui: 21 Desember 2016   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: id.aliexpress.com

Why can't I kiss you on the dance floor?I wish that it could be like that, Why can't we be like that? Cause I'm yours

Aku membaca sebuah undangan yang baru saja diletakkan Madison di ruanganku. Undangan acara pesta topeng untuk memperingati hari ulang tahun Mr. Randall yang ke 30 di JJ Sullivan’s Irish Pub. Tidak biasanya Mr. Randall mengadakan acara seperti ini untuk memperingati hari ulang tahunnya meskipun ia berasal dari kalangan terpandang di California. Ia juga tidak berpikir untuk memiliki istri bahkan anak. Ia terlalu gila kerja, hidupnya hanya mengejar karier dan harta. Ia tinggal di sebuah rumah mewah yang dibelinya di Hidden Hills. Kupikir ini adalah saat yang bagus untukku bisa datang dengan kekasihku.

“Selamat datang, Mr. Sergio, senang anda bisa datang ke pestaku”, sapa Mr. Randall padaku. Aku tersenyum sambil mengucapkan selamat ulang tahun lalu menghambur ke tamu-tamu yang lain. Dimana Anneliese? Bukankah ia berjanji akan datang ke pesta? Apakah ia berbohong padaku?

Rasa gelisah melingkupiku. Segelas wiski yang kupegang tak juga kuhabiskan. Mataku berkelana mengitari seluruh tempat pesta mencari sepasang mata cantikku yang tak juga menampakkan dirinya. Apa yang tampak di mataku saat ini setelah cukup lama berkelana mengejutkan diriku. Mr. Randall yang sangat kuhormati sebagai manajer senior di kantor sedang bercumbu dengan kekasihku di lantai dansa sambil mengelus lembut kakinya yang terpampang jelas dibalik gaun berbelahan tinggi berwarna biru muda yang ia kenakan. Kondisiku yang naik pitam melihat pemandangan tak pantas itu membuatku menghampirinya. “Apa yang kau lakukan, Anneliese. Sedari tadi aku menunggumu dan kau malah melakukan hal ini dengan Mr. Randall?”

I only wanna do bad things to you, so good that you can't explain it.What can I say, it's complicated

Dansa segera berhenti usai aku berbicara. “Mr. Sergio nikmati saja pesta ini dan jangan mengganggu kami”, ujar Mr. Randall. “Tidak, kau telah mencium kekasihku di muka umum. Menurutmu apa aku bisa melanjutkan pesta?”, geramku. Mr. Randall hanya tersenyum dan tertawa kecil lalu menjawabku, “Mr. Sergio, tidakkah kau tahu bahwa gadis cantik yang kau cintai itu adalah gadis bayaran?”, tanya Mr. Randall berbisik di telingaku. “Maksudmu?”, tanyaku balik. “Kau benar-benar tidak tahu ya?”, tanyanya lagi sambil menggandeng kekasihku duduk di sofa di dekat lantai dansa itu sembari gadis itu menurunkan tali gaun dan menyapukan lidah di pipi Mr. Randall.“

Kekasihmu yang cantik ini adalah gadis bayaran untuk dirty dancing yang diadakan tiap kali ada pesta peringatan apapun. Aku menyewanya untuk memeriahkan pestaku. Kekasihmu ini bukan sembarang dirty dancer.Dia dirty dancerkelas atas yang diperuntukkan bagi para pejabat, pengusaha, manajer kelas atas, jutawan dan milyarder yang akan dipuaskan dengan didukung penampilannya yang mewah dan seksi. Bayaran untuk menyewanya tinggi sekitar $600-$7.000 per jamnya. Dia tidak benar-benar mencintaimu, kau tahu?”, terang Mr Randall sembari berusaha melepaskan sejenak tubuh Anneliese dari dirinya dan menyuruhnya mengambil segelas wiski. “Lebih baik kau lupakan saja kekasihmu itu. Kau ingin dirimulah satu-satunya yang memilikinya ya kan?”, katanya terkekeh. “Dirinya milik umum. Bukan milikmu saja”, lanjutnya sambil terkekeh.

You see me standing, but I'm dying on the floor

Perkataan Mr. Randall sungguh sangat menusuk hatiku. Terlebih kenyataan bahwa kekasihku bukanlah wanita baik-baik yang mencintaiku sepenuh hati dan tidak jujur padaku. Aku memberikan seluruh tubuhku untuknya tapi dia hanya menganggapku sebagai pemuas nafsunya saja? Aku tidak bisa berpikir hal itu akan menimpaku. Aku tidak bisa berpikir aku akan memilih cinta yang salah. Setelah ini, entah siapa lagi pria yang menyewanya.

Aku berusaha menjauh dari keriaan pesta ketika tak sengaja bertabrakan dengan Anneliese. Aku meminta maaf padanya karena sudah menumpahkan sebagian wiski yang ia bawa tanpa memandang wajahnya sedikitpun lalu berlari menuju mobilku.

Masih terngiang di telingaku keriaan pesta itu ketika aku sudah menaiki mobilku dan bersiap untuk menyalakan mesin. Tergambar jelas di jendela Pub Anneliese kembali ke pelukan Mr. Randall, kembali melakukan tarian erotis untuk menggoda Mr. Randall, bahkan tak segan-segan membuka seluruh aset pribadi di balik gaunnya di hadapan orang banyak. Suatu hal yang sangat menghinaku. Aku ingat e-mail yang kukirimkan padanya untuk memperingatkannya tak digubris olehnya. Betapa bodohnya aku, betapa bodohnya aku jatuh cinta setengah mati pada wanita ini. Betapa pikiranku sudah tersihir oleh daya pikat yang coba diciptakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline