Lihat ke Halaman Asli

Maria Febiola Sriani Dabuk

Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Airlangga

Masyarakat Unggul Paham Demam Berdarah Menuju Indonesia Sehat Melalui 3M

Diperbarui: 6 Oktober 2023   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber: Pinterest/pngfreepic.com

          Kasus Demam Berdarah di Indonesia terus berkembang dalam kehidupan masyarakat oleh karena itu, Demam Berdarah saat ini masih menjadi momok yang menakutkan penularannya dapat berlangsung cepat dalam suatu wilayah. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, di tahun 2022, jumlah kasus dengue mencapai 131.265 kasus yang mana sekitar 40% adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Sementara, jumlah kematiannya mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemik di seluruh wilayah tropis dan sebagian wilayah subtropis yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti seperti di Indonesia.

Faktor yang dapat mempengaruhi munculnya DBD yaitu:

  • Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah
  • Kurangnya partisipasi masyarakat dengan lingkungan
  • Genangan air di tempat-tempat tertentu seperti ban bekas,kaleng bekas, talang air, botol bekas, gelas bekas, lubang pohon, bambu, pelepah daun, dan sebagainya.
  • Strain virus yang menginfeksi
  • Riwayat dan usia
  • Rendahnya kekebalan tubuh masyarakat
  • Kepadatan jentik nyamuk atau populasi nyamuk penular yang banyak ditemukan di musim penghujan
  • Kurangnya pengetahuan penduduk dan sikap masa bodoh karena pendidikan yang relatif rendah akan membuat masyarakat kesulitan memahami konsep kejadian penyakit DBD.
  • Kurangnya penyuluhan yang efektif menyebabkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit menjadi rendah.
  • Kebiasaan tidak memakai pakaian panjang Karena memakai pakaian panjang merupakan salah satu upaya mencegah gigitan nyamuk dan meminimalkan potensi gigitan nyamuk Aedes aegypti.
  • Kebiasaan tidak memakai obat anti nyamuk karena penggunaan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko tinggi untuk menghindari gigitan nyamuk.

            Gejala utama penyakit DBD meliputi demam mendadak yang tinggi, mencapai suhu hingga 39 derajat celsius. Demam ini berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari. Gejala lain yang biasanya terjadi adalah nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan makanan dan minuman, mual, muntah, gusi berdarah, mimisan, timbul bintik-bintik merah pada kulit, muntah darah, dan buang air besar berwarna hitam. (Kementrian Kesehatan,2022).

Upaya dalam melakukan Pencegahan DBD :

  • Pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien hingga saat ini yaitu dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menggunakan metode 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang Barang Bekas) sebagai berikut.
    1. Menguras
    Membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air seperti: ember air, bak mandi, penampungan air minum, penampung air lemari es, tong air, dan lain-lain.
    2. Menutup
    Menutup rapat tempat penampungan air
    3. Mendaur Ulang Barang Bekas
    Mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi barang bekas yang dapat berpotensi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
  • Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
  • Menggunakan kelambu saat tidur
  • Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk
  • Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.
  • Menggunakan anti nyamuk semprot maupun oles bila diperlukan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline