Lihat ke Halaman Asli

Sapu Tua - Pinggiran Kota #1 (Kisah Perjuangan Sutinah, Supri dan Sunia)

Diperbarui: 26 Juni 2023 Ā  15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Prakata : Kemarin, 25 Juni 2023. Salah seorang temanku kehilangan suaminya. Entah mengapa niatku mem-publish cerbung ini semakin kuat. Semoga suka dan menginspirasi ya.Ā 


Kendaraan berlalu-lalangĀ menghampiri sudut-sudut jalan yang masih gagah perkasa. Gedung-gedung pencakar langit mengelilingi mereka, menjadi saksi bisu kekejaman kota. Suara decak tawa sesekali terdengar dari warung seberang jalan. Puluhan orang menghabiskan waktu mereka untuk hal-hal yang hanya bisa menghancurkan hidup mereka. Bukankah masih banyak hal yang bisa mereka bangun untuk negeri ini? Tua, muda, lelaki, perempuan, tak mengenal waktu berfoya-foya. Entah apa yang mereka pikirkan namun itulah kenyataannya.Ā 

Namun perempuan setengah baya ini tampak menghindar dari mereka. Tangannya yang renta tampak gigih menyulam asa meski hari sudah mulai senja. Sesekali ia mengusap peluh yang bercucuran dari dahinya. Pakaian kumal membalut tubuhnya yang tidak muda lagi, debu pun menjadi mainannya. Setiap hari ia tiba ketika dinginnya embun pagi masih menusuk tulang dan pulang ketika angin malam sudah membuat tubuhnya gemetar. Tanpa mengenal lelah ia mengabdi bagi negeri ini. Sampah demi sampah dipungutnya, debu-debu disapunya hanya demi sesuap nasi untuknya dan kedua anaknya.Ā 

Ya, namanya Ibu Sutinah. Ia bekerja sebagai penyapu jalan sejak kisah tragis mengubah jalan hidupnya. Ketika ia harus kehilangan suami yang selama ini menghidupi keluarga mereka. Barang kali hidup memang tidak seorang pun yang tahu, namun apa pun yang terjadi, hidup tidak akan berhenti. "Nak, ibu pulang," ujarnya setengah berteriak ketika langkahnya sudah mendekati gubuk tua di pinggiran kota.Ā 

"Mas, ibu sudah pulang," teriak seorang anak perempuan kegirangan.

"Ayo kita sambut ibu!" jawab seorang anak lelaki dengan suara kegirangan pula.

"Ibu sudah lelah ya? Sini aku bantu," ujar anak lelaki itu mengambil alih goni besar yang dipikul ibunya.

"Ibu, ini air minumnya. Ibu lelah ya?" tanya gadis belia itu sekali lagi.

"Tidak, ibu tidak lelah. Kamu sudah makan?" jawab wanita itu, meski sudah tampak jelas raut kelelahan di wajahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline