Lihat ke Halaman Asli

Rangkul Perbedaan dalam Jiwa

Diperbarui: 30 Januari 2018   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia, sebuah negara yang terkenal dengan pulau pulau yang terletak berdampingan mengelilingi garis khatulistiwa. Negeri yang terkenal dengan julukan Zamrud Khatulistiwa ini, dihuni oleh orang-orang yang berasal dari banyak suku,ras,budaya,agama,mata pencaharian, dan lain-lain. Konsekuensi pertama dari beragamnya perbedaan yang ada adalah seribg timbulnya pertentangan, perdebatan dan perselisihan antar masyarakat, baik itu di kalangan umat beragama atau pertentangan budaya dan juga suku bangsa. Keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain ini sering kita sebut dengan multikulturalisme atau pluralisme.

Sebenernya bagaimana sih kondisi masyarakat Indonesia yang terkenal dengan perbedaannya ini? Bisa dibilang masih ada mungkin sebagian kecil masyarakat Indonesia yang menghayati betul apa arti dari pluralisme, terutama di zaman sekarang ini. Sebagian besar yang lain bagaimana? Mengahayati sih, tapi mungkin belum sepenuh hati. Pluralisme di Indonesia menurut saya masih berada dj tahap ragu-ragu atau kalau diukur dengan takaran seseorang dalam keadaan minder atau tidak percaya diri.

Perbedaan, atau pluralisme, masih sering digunakan sebagai alasan timbulnya suatu pertengkaran atau perselisihan. Hal ini tentu bertentangan dengan semboyan negara kita yaitu "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Karena masih berada di tahap ragu-ragu, maka banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ini. Berbeda pendapat saja bisa menyebabkan pertengkaran, apalagi berbeda dalam segala aspeknya, misal budaya atau suku bangsa? Semua warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama apapun itu sukunya, agamanya, budayanya,tanpa terkecuali, tinggal bagaimana kita dapat memaknai arti dari kesamaan hak dan kewajiban tadi.

Pluralisme dalam masyarakat juga menyebabkan timbulnya pemikiran bahwa budayanya lebih unggul daripada budaya lain, hal seperti ini dinamakan etnosentrisme. Sementara itu, timbul juga kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan ras, daerah asal atau lainnya dan kecenderungan untuk terus menerus bersama anggota kelompok lain dan menganggap kelompok lainnya di bawah mereka, hal seperti ini disebut primordialisme. Dua hal ini merupakan contoh dampak negatif dari keberagaman budaya selain konflik.

Selain negatif ada juga dampak positif dari pluralisme, yang paling jelas terlihat pada masyarakat Indonesia adalah dalam hal pariwisata. Keberagaman budaya yang kita punya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing sehingga mereka ingin ikut mempelajari budaya-budaya yang ada di Indonesia, mereka sangat tertarik terutama dengan budaya tradisional yang masih sangat original yang bisa ditemukan di daerah-daerah pelosok di Indonesia.

Jadi, kesimpulannya adalah menghargai perbedaan itu perlu, karena dengan menghargai perbedaan kita mendapatkan sesuatu yang positif dan juga kita lebih bisa dihargai oleh orang lain. Mari kita mulai menghargai perbedaan yang ada di sekitar kita yang bisa dimulai dari hal-hal yang kecil.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline