SMA Stella Duce 2 baru-baru ini merayakan Lustrum VII mereka dengan rangkaian kegiatan yang meriah dan penuh makna. Perayaan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga momentum untuk merenungkan perjalanan sekolah dan merajut kebersamaan. Dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan, terpancar semangat dan kekompakan seluruh warga sekolah, yang menjadi bukti nyata bahwa SMA Stella Duce 2 bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan juga wadah pembentukan karakter dan kebersamaan.
Kegiatan pembukaan Lustrum VII ini diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Macarius Maharsono Probho, SJ, dihadiri seluruh siswa, guru, dan karyawan sekolah untuk mengenang perjalanan panjang SMA Stella Duce 2. Suasana haru dan kebanggaan turut menghiasi acara tersebut, menegaskan bahwa sekolah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Selain itu, beragam perlombaan dan kompetisi antar kelas turut meramaikan perayaan Lustrum VII. Mulai dari lomba paduan suara, tari tradisional, hingga pentas seni, setiap kegiatan dilakukan dengan antusiasme yang luar biasa. Peserta dan penonton sama-sama menikmati setiap momen, menciptakan kenangan tak terlupakan sekaligus memupuk rasa bangga akan potensi dan bakat yang dimiliki oleh siswa-siswi SMA Stella Duce 2.
Dalam Lustrum VII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta juga konsisten menampilkan budaya Wayang Kulit di era globlaisasi. Pagelaran Wayang Kulit Sedalu Natas mengusung lakon Gatotkaca Lair, dengan dalang Ki Yusuf Anshor pada 12 Januari 2024. Sebelumnya, dalam memeriahkan Lustrum VII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, beragam kegiatan telah dilakukan pada 7 November 2023, seperti bhakti sosial, pemeriksaan kesehatan gratis dan donor darah.
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sendiri didirikan berdasarkan SK Mendikbud Republik Indonesia tertanggal 16 Januari 1989, atas peralihan dari SPG Stella Duce. Memasuki usia ke-35 tahun, SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tetap konsisten menyoroti urgensi budaya Jawa, dalam hal ini kesenian wayang kulit sebagai warisan dan identitas yang perlu ditampilkan dalam agenda tahunan itu. Gempuran era globalisasi dan pop culture menjadi tantangan institusi pendidikan di Yogyakarta, terkhusus SMA Stella Duce 2 yang komitmen menyisipkan budaya Jawa sebagai dasar identitas sekolah yang inklusif.
Wayang Kulit menjadi pertunjukan yang selalu ada di sebagian besar kegiatan, yang diselenggarakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Budaya permainan wayang sendiri pada dasarnya adalah bermain bayangan, yang menggambarkan kepahlawanan tokoh mitologi Jawa. Penting bagi kaum muda untuk tidak sekedar mengenal budaya Wayang, melainkan mengetahui sejarah dari seni pertunjukan legendaris tersebut. Berlangsung di Pendapa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, pagelaran wayang telah berhasil menghidupkan kembali kejayaan seni wayang, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk turut melestarikannya.
Budaya sebagai identitas dikhawatirkan tergerus oleh perkembangan zaman, terutama melalui pengaruh dari konvergensi media. Berbagai platform media massa yang ditemui generasi muda baik cetak, elektronik dan new media (dalam media sosial), tentu berisikan beragam konten yang kian menenggelamkan konten budaya dan tradisi. Untuk itu, agenda rutin lustrum yang menyisipkan aspek budaya terutama Jawa, sangat penting untuk mendongkrak eksistensinya. Budaya sendiri berasal dari kata budhayah yang merupakan perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Sebagai pribadi yang dibesarkan di tanah rantau di Kota Jayapura, Provinsi Papua, Saya yakin bahwa lakon wayang tidak hanya berlaku di kalangan adat Jawa, melainkan dapat diterima pesan moralnya bagi setiap orang yang mengikuti ceritanya. Sosok yang kuat dari Gatotkaca membuatnya dan kita pribadi merasa hebat, sehingga meremehkan orang lain. Untuk itu pentingnya toleransi dan menghargai setiap individu dengan berbagai keragamannya, Bhineka Tunggal Ika.
Di tengah ragam pertunjukan mulai menampilkan bias budaya asing, Saya menganggap bahwa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta perlu mendapat dukungan dari segenap pelajar dan guru dalam mempertahankan tradisi budaya dalam setiap agenda sekolah. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta telah memberikan contoh nyata bagaimana sebuah sekolah dapat menjadi agen pelestarian budaya.
Saya percaya bahwa kegiatan Lustrum VII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tidak hanya menjadi perayaan sekolah, tetapi juga momentum penting dalam memupuk rasa cinta akan budaya Jawa dan Indonesia secara keseluruhan. Keberagaman dalam institusi pendidikan menjadi perlu karena bibit pendiri bangsa dilahirkan dari pendidikan yang berakhlak dan berbudaya, tanpa budaya maka identitas akan bias dan tidak mampu melihat perbedaan sebagai satu kesatuan. Budaya wayang dalam agenda lustrum sebagai kacamata, untuk melihat masyarakat plural, yang harus dijaga dan tetap beragam tanpa harus menyamakan melainkan menyatukan dalam semangat kebhinekaan.
Dengan demikian, perayaan Lustrum VII SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, khususnya melalui pagelaran wayang yang memukau, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus berkembang dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya leluhur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H