Awal menulis di Kompasiana tidak lain lagi perihal tugas. Ya, seperti yang sudah aku tuliskan diartikel sebelumnya, saya bertemu orang-orang yang menurutku Wow! Keren!, tanpa terkecuali Opa Tjipta dan Oma Roselina.
Ya, betapa beruntungnya diriku bertemu dengan beliau di komunitas Kompasianers Berbalas (KPB). Tidak disangka-sangka, awalnya pun aku tidak tahu Opa Tjipta dan Oma Roselina itu siapa. Rasa ingin tahuku memuncak sehingga aku habiskan untuk mencari tahu siapa beliau sebenarnya.
Aku benar-benar ingat dan sangat memperhatikan. Opa Tjipta dan Oma Roselina menjadi salah satu pengikut tercepat ketika aku baru saja menuliskan beberapa artikel di Kompasiana. Wah, betapa senangnya diriku saat itu. Tunggu dahulu, tidak hanya itu saja, Opa Tjipta dan Oma Roselina membuka dialog terlebih dahulu dengan berkirim komentar serta memberi nilai terhadap artikelku. Beliau berdua selalu menyempatkan untuk membaca dan berkomentar diartikelku.
Ah, diriku melambung tinggi bukan main rasa kebahagiaanku. Batinku, "wah, tidak disangka dikomentari beliau". Benar-benar berpengaruh terhadap diriku, Opa Tjipta dan Oma Roselina bisa dibilang menjadi salah satu support system-ku di Kompasiana. Ya, bagaimana tidak? Saya menjadi semangat untuk terus mengembangkan diri dan mengeksplorasi diri dalam hal tulis menulis. Bagiku, sangat berarti sekali ketika memberikan respon sebuah artikel yang tayang di Kompasiana.
Ya, saya menjadi mendapatkan sesuatu yang baru dan menyadarinya bahwa setiap karya perlu untuk diapresiasi. Sesederhana itu. Membuka dialog satu sama lain dan berinteraksi untuk membangun sebuah hubungan satu langkah lebih dekat. Sambil menikmati adaptasi di ruang yang baru.
Diriku benar-benar menemukan tempat tersebut di Kompasiana. Pelajaran itu diriku dapatkan dari Opa Tjipta dan Oma Roselina. Tidak usah pandang apapun latar belakangmu, diluar konteks kompasianers baru atau lama. Opa Tjipta dan Oma Roselina bisa mengajarkan kita semua para kompasianers untuk memutuskan sekat tersebut. Sehingga rasa kebersamaan dan kerukunan antar penduduk di Kompasiana terjalin dengan baik. Ya, diriku akui Opa Tjipta dan Oma Roselina adalah salah satu sosok inspiratif bagiku.
Berkat keramahtamahan dari Opa Tjipta dan Oma Roselina ketika berinteraksi denganku di Kompasiana, membuatku memberanikan diri untuk berkirim pesan pribadi melalui WhatsApp. Jujur, berpikir berulang kali sebelum diriku mengirim pesan kepada beliau. Awalnya diriku sangat ragu dan takut. Gemeteran minta ampun, hatiku terus bergejolak saat berkirim pesan pribadi dengan beliau.
Ohiya, perihal pertama kali aku mengirim pesan pribadi, saat menawarkan tiket untuk donasi acara "Jagat Bubrah". Wah, dengan senang hati beliau langsung mengiyakan dan membeli tiket untuk donasi tersebut. Saat itulah, Opa Tjipta seringkali setiap pagi mengirimkan pesan baik berupa gambar atau foto atau tulisan untuk mengawali hari.
Salut! Diriku memandang sosok beliau sangat memotivasi. Mengajarkan bagaimana menyebarkan cinta kasih dan energi positif bagi orang-orang disekelilingnya. Ketulusan, kebaikan, dan kehangatan dari setiap apa yang beliau kirimkan sangat terasa dilubuk hatiku. Beliau memperlakukan diriku seperti cucunya sendiri. Padahal, diriku dengan beliau belum pernah bertemu tatap muka ataupun videocall. Ya, sangat menyentuh dan diriku merasa senang mendapatkan keluarga baru. "Tidak usah sungkan-sungkan" kata beliau yang selalu terngiang-ngiang menusuk dipikiranku. Lembut, berusaha memahami, dan mengerti membuat diriku sudah tidak sanggup untuk berkata-kata lagi.
Selain itu, diriku memandang Opa Tjipta dan Oma Roselina sebagai sosok yang pekerja keras serta semangatnya luar biasa tak pernah pudar untuk terus berkarya dan mengapresiasi setiap pencapaian orang-orang. Meskipun, diriku mengenal beliau belum begitu lama dan dalam, tetapi dekapannya sudah terasa begitu dekat denganku.