Lihat ke Halaman Asli

Eritrosit, Antara Waktu dan Intensitas

Diperbarui: 26 November 2017   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo para pembaca setia! Bulan ini, saya akan menyuguhkan informasi mengenai si peran pennting dalam proses pengedaran oksigen ke jaringan-jaringan dalam tubuh kita. Ya, eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu jenis sel darah yang berbentuk lempeng bikonkaf yaitu seperti piringan dengan cekung di kedua bagian tengahnya. Eritrosit pada mamalia tidak memiliki inti di tengahnya.  Diameternya kira-kira 8 mikrometer, tepi luar tebalnya 2 mikrometer, dan tepi dalam tebalnya 1 mikrometer.

Si kecil ini, biasanya berenang-renang di plasma darah yang juga terdapat berbagai jenis sel lainnya dan komponen lainnya. Pada hakikatnya, eritrosit merupakan pembungkus hemoglobin yang terdapat di dalamnya sebagai pengikat oksigen. Terdapat sekitar 250 juta molekul hemoglobin di dalamnya.  Hemoglobin tersusun dari protein globin. Globin terdiri dari 4 rantai polipeptida yang melekat pada empat gugus hem yang mengandung zat besi. Hem inilah yang berperan dalam pewarnaan darah. Warna merahnya sendiri, berasal dari sang Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen. Apabila Hemoglobin berikatan dengan Carbon, maka akan menghasilkan warna ungu.

Ukuran eritrosit yang kecil ini sesuai dengan fungsinya. Supaya dapat diedarkan, oksigen akan berdifusi melewati membran plasma sel darah merah, semakin sel darah merah berukuran kecil, maka semakin besar total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuknya yang bikonkaf ini juga menambah luas permukaannya.

Eritrosit biasanya pada umur 100-120 hari sudah bersirkulasi. Enzzim plasma eritrosit mampu memproduksi ATP dalam waktu yang terbatas. fragmen-fragmen sel darah yang rusak akan difagositosis oleh makrofag untuk digunakan kembali. Prosesnya berlangsung di limpa, hati. Dan sumsum tulang. Fragmen-fragmen adalah globin, hem, dan zat besi.

Nah, setelah mengetahui sedikit identitas lakon utama kita, saya ingin memulai dengan sebuah pertanyaan. Apakah eritrosit kita semakin waktu semakin melemah? Memang sudah layaknya begitu, atau eritrosit kita semakin melemah karena aktivitas orang zaman sekarang yang cenderung mengejar waktu?

Menurut saya, eritrosit kita benar-benar semakin waktu ini semakin melemah. Eritrosit yang kita miliki sekarang mungkin tidak bisa bertahan selama 120 hari. Hal ini karena berbagai faktor seperti gaya hidup zaman sekarang. Masyarakat modern sekarang cenderung lebih sibuk dan lebih memanfaatkan waktu dengan bekerja serba cepat. Kebiasaan ini membuat tubuh kita sering terforsir untuk bekerja, dan terjadi kecenderungan untuk kegiatan bekerja yang 'berlebihan'. Sebagai contoh, dalam sehari seseorang memilih untuk tidur kurang dari 4 jam untuk mengejar produktivitas. Tanpa disadari, kebiasaan memotong waktu tidur ini mampu merusak sel-sel eitrosit dalam tubuh kita.

Mengapa bisa demikian? Hal ini karena radikal bebas yang terus ada dan diproduksi lalu tidak dilawan pleh antioksidan. Radikal bebas dapat menyebabkan kualitas membran plasma menurun, salah satunya menjadi semakin tipis sehingga mempersulit proses difusi pada sel darah merah tersebut. Selain itu, karena penurunan kualitas membran plasma, elastisitas sel darah merah juga ikut menurun. Semakin turun kualitas sel darah merah, bisa dikatakan semakin memendek usianya. Karena semakin mendekati waktu untuk mati, daya elastisitas sel darah merah juga ikut menurun. Elastisitas sel darah merah adalah pusat mekanisme penghapusan sel darah merah.

Daya elastisitas juga dipengaruhi oleh kadar hemoglobin di dalam sel. Sedangkan, pekat tidaknya hemoglobin juga dipengaruhi oleh kadar air di dalamnya. Bila kurang, maka daya elastisitas juga ikut menurun dan membran menjadi rapuh. Hal ini merupakan salah satu penyebab dari timbulnya stress oksidatif. Stress oksidtif adalah kondisi di mana tubuh terlalu banyak komponen radikal bebas yang melebihi kapaitas tubuh untuk menetralkannya.

Eritrosit yang terkena pengaruh radikal bebas ini juga bisa disebut 'tua' atau terjadi degenerasi sel. Karena itu, sel-sel makrofag bisa saja menelan sel eritrosit ini dan menyingkirkannya dari pembuluh darah. Tentunya penyingkiran sel darah merah yang bukan waktunya ini membuat tubuh kita bisa lemas. Disamping sel-sel yang sudah tua disingkirkan, di sumsum tulang merah belum dilakukan pembentukan sel darah merah yang lainnya. Sehingga bisa dikatakan kondisi ini adalah kondisi di mana kekurangan sel darah merah atau anemia.

Radikal bebas ini dapat muncul salah satunya karena tubuh kurang waktu untuk beristirahat atau tidur. Saat kita tertidur, sebenarnya produksi hormon melatonin menjadi menurun karena hormon ini mampu diproduksi saat intensitas cahaya pada retina rendah. Masyarakat sekarang lebih sering bekerja di depan layar komputernya sampai larut. Tentunya hormon meatonin yang bertugas melancarkan aliran darah, menjaga kesehatan sel, dan mampu mengatasi radikal bebas ini tidak mampu melakukan tugasnya dengan baik.

Faktor lain penyebab cepat rusaknya eritrosit karena kesibukan masyarakat zaman sekarang adalah stress. Karena terlalu menekan diri untuk mencapai suatu tujuan manusia waktu-waktu ini rentan terkena stress. Belum menghadapi masalah yang nantinya bisa terjadi saat ia ingin mencapai tujuannya. Saat kita stress, terjadi peningkatan hormon kortisol yang jika berlebihan dihasilkan maka akan menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan tekanan darah dan gula darah, dan lainnya. Hormon kortisol yang belebihan ini mampu memicu naikknya radikal bebas dalam tubuh kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline