Pendidikan guru penggerak angkatan V telah berjalan hampir 6 bulan dan di bulan Desember 2022 telah sampai pada saat-saat terakhir. Banyak sekali pengalaman yang kami peroleh dari proses ini. Diantaranya mendapatkan ilmu yang bermanfaat, teman-teman yang luar biasa dari sisi semangat, ide-ide kreatif dan saling mendukung untuk kesuksesan bersama. Selain itu selama kurang lebih 6 bulan PGP ini berlangsung kami menjadi lebih memahami tentang makna kolaborasi. Bahwa dengan berkolaborasi membuat wawasan menjadi semakin luas dan bisa memperoleh pengalaman positif dari rekan - rekan yang lain.
Bagi kami 6 bulan mengikuti Pendidikan Guru Penggerak merupakan proses "perjuangan". Pembelajaran yang dilaksanakan secara mandiri melalui LMS memunculkan tantangan dari sisi pengaturan waktu. Membagi waktu antara belajar mandiri di LMS dan mengerjakan tugas -tugasnya dengan menyelesaikan urusan rumah. Disamping itu pada saat yang bersamaan kami juga harus tetap melaksanakan tugas sebagai mendidik di sekolah. Tak jarang kami belajar di LMS dan mengerjakan tugas-tugas di malam hari saat anggota keluarga telah tidur,sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak terganggu dengan aktivitas Pendidikan Guru Penggerak ini.
Namun demikian semua proses pada Pendidikan Guru Penggerak ini kami lakukan dengan perasaan senang. Karena pengalaman yang kami dapatkan selama mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak dapat menjadi pengobat rasa lelah dan kantuk saat belajar mandiri di LMS dan mengerjakan tugas-tugasnya . Di pendidikan ini kami belajar kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan diantaranya tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Guru haruslah mengarah pada pembentukan karakter murid seperti yang tergambar dalam Profile Pelajar Pancasila. Selain itu kami juga mendapatkan ilmu tentang pengelolaan sumber daya dan proses pengambilan keputusan, pemetaan dan identifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset biotik maupun abiotik. Bagaimana menggali potensi murid melalui tuntunan dari guru. Pembelajaran social emosional, nilai dan peran guru penggerak, pembelajaran berdiferensiasi. Serta penyusunan program-program yang berdampak positif kepada murid.
Selain itu kami juga selalu diarahkan untuk berbagi pengalaman baik dengan rekan sejawat baik dalam proses kolaborasi, elaborasi maupun dalam kegiatan Lokakarya. Dan dapat menambah wawasan kami serta menyempurnakan pemahaman yang kami peroleh dari proses belajar LMS secara mandiri.
Hal baru yang saya peroleh dari proses Pendidikan Guru Penggerak ini adalah :
- Menjadi pemimpin pembelajaran, seorang guru harus memahami bahwa setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda. Bila guru memahami perbedaan ini maka murid akan mampu meraih kesuksesannya. Untuk itu diperkenalkanlah konsep pembelajaran berdiferensiasi .
Selain itu seorang guru juga harus dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami murid dengan cara yang tepat, yaitu dengan metode Coaching. Agar murid tidak melanggar peraturan maka ditekankan pentingnya membuat kesepakatan kelas yang berasal dari murid di awal pembelajaran namun bila tetap ada murid yang melanggar kesepakatan, penyelesaiannya dengan penerapan disiplin positif untuk mengetahui permasalahan sekaligus upaya penyelesaian masalah tersebut.
- Menjadi Coach bagi guru lain. Suasana kondusif akan tercipta bila semua warga sekolah bekerja dengan baik dan tidak memiliki masalah yang dapat menghambat kinerjanya. Disini seorang guru penggerak diharapkan dapat membantu guru lain agar mereka bisa melihat masalah nya dengan pikiran tenang dan dengan proses Coaching yang dilakukan mereka dapat menemukan solusi terbaik atas masalah yang dihadapi.
- Mendorong kolaborasi. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial , maka diperlukan kerjasama agar program yang ada di sekolah dapat berjalan dengan baik.
- Mewujudkan kepemimpinan murid. Biasanya guru selalu memberikan apa yang harus dilakukan oleh murid. Baik dalam kegiatan akademik maupun non akademik. Maka sudah saatnya guru memberikan kepercayaan kepada murid untuk berkreasi dan inovasi untuk merancang apa yang bisa mereka lakukan. Tujuannya agar muncul sikap kreatif, bertanggungjawab, dan juga kolaboratif dalam diri murid. Tugas guru sebagai motivator dan fasilitator.