Lihat ke Halaman Asli

Sekolah Sebagai Sebuah Ekosistem (Mengidentifikasi Potensi yang Dimiliki Sekolah)

Diperbarui: 12 November 2022   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Istilah ekosistem biasanya digunakan pada pelajaran Biologi utuk menggambarkan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan dimana pada lingkungan ini terjadi interaksi antara unsur biotik seperti guru, murid, tenaga kependidikan, wali murid, komite sekolah dengan unsur abiotik seperti sarana prasarana sekolah, ruang kelas dan  keuangan sekolah. Maka sekolah bisa dianggap sebagai suatu ekosistem. Inilah yang dibahas pada modul 3.2 Pendidikan Guru Pengggerak. Penggambaran sekolah sebagai suatu ekosistem dilakukan untuk mempermudah mengidentifikasi sumber daya biotik dan abiotik yang ada di sekolah. Tujuannya agar dapat dioptimalkan untuk kemajuan sekolah. Menurut Green dan Haines (2016) didalam sekolah terdapat 7 aset utama/modal utama. Tujuh modal utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. Yaitu modal manusia, modal sosial, modal politik, modal fisik, modal finansial, modal lingkungan/alam, modal agama dan budaya. Calon Guru Penggerak (CGP) yang diproyeksikan dapat menjadin pemimpin baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun pemimpin sekolah dibekali kemampuan untuk mengidentifikasi sumber daya ini.

Pada sesi kolaborasi, CGP dikelompokkan bersama rekan guru yang berada dalam satu kecamatan. Berkolaborasi mengidentifikasi sumber daya yang ada di lingkungan sekolahnya  . Pengalaman saat sesi kolaborasi ini sangat berharga karena kami bisa mengetahui sumber daya yang telah berkembang di sekolah yang lain, dan menjadi masukan agar dapat dikembangkan pula di sekolah kami. Pengalaman ini juga sangat membantu saat menyelesaikan Aksi Nyata. Apa yang telah dilakukan dan dikembangkan oleh sekolah yang lain tadi saya bawa sebagai bahan diskusi dengan berbagai pihak di sekolah untuk mengidentifikasi dan menegembangkan sumber daya yang ada di sekolah. Saat melaksanakan aksi nyata saya berkolaborasi dengan Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Kepala Tata Usaha, Guru BK, Wali Kelas dan 4 orang siswa yang aktif di organisasi sekolah seperti Pramuka, OSIS, dan MPK.

Sebelum mempelajari materi di modul ini ternyata saya sering berpikir menggunakan pendekatan berbasis defisit sehingga lebih fokus pada kekurangan yang ada dan melupakan masih banyak aset yang dapat dimanfaatkan di sekitar lingkungan . Selain itu kurang kreatif saat berpikir untuk memajukan sekolah karena cenderung menerima kekurangan, dan tidak melihat sisi lain yang bisa dikembangkan. Serta belum memahami apa saja yang ada di lingkungan sekitar yang merupakan aset yang dapat dikembangkan.

Setelah mempelajari modul ini saya menyadari untuk memajukan sekolah dan lingkungan maka paradigma berpikirnya harus diluruskan terlebih dahulu. Harus menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dapat fokus pada sumber daya yang ada, berpikir apa yang bisa dikembangkan sehingga dapat berbuat sesuatu untuk membuat perubahan positif di sekolah.

Konsep penting yang saya pelajari adalah untuk memahami potensi yang ada di lingkungan sekitarnya guru harus memiliki pendekatan yang benar. Pendekatan merupakan  cara pandang atau cara berpikir seseorang dalam melihat sesuatu. Pendekatan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu  pendekatan berbasis aset dan berbasis defisit. Maksudnya bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Sedangkan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, semua pihak  diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Untuk menjadi pemimpin pembelajaran dan pengelolaan sumber daya tentulah pendekatan yang diambil adalah pendekatan berbasis aset bertumpu pada potensi yang dimiliki dan bekerjasama dengan semua pihak agar potensi yang dimiliki tadi dapat memajukan sekolah.

Perbedaan Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) Setelah mempelajari modul ini saya lebih faham tentang bagaimana melihat aset yang ada di lingkungan sehingga lebih optimis untuk bisa memajukan lingkungan sekolah dengan memanfaatkan aset yang telah dimiliki oleh sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline