Lihat ke Halaman Asli

Maria Agnes Indah Puspitowaty

Ex-Sekretaris Gereja Katolik di Yogyakarta

Menaker: THR Harud Dibayar Penuh

Diperbarui: 12 April 2021   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kenapa harus selalu dibicarakan setiap tahun..."

Memasuki bulan Ramadhan, selain soal serba serbi yang berkaitan dengan Ramadhan, ada satu hal yang tidak luput dari pembicaraan yakni soal THR, Tunjangan Hari Raya. 

Penulis pernah berstatus sebagai seorang pegawai. Betapa pedihnya bagi seorang pegawai apabila menghadapi pimpinan atau pemilik perusahaan seolah-olah berlaku cuek, pura-pura lupa, pura-pura tidak paham peraturan. 

Sebagai pegawai terkadang seperti seorang pengemis yang meminta-minta apa yang menjadi hak kami. Bukankah ini kewajiban perusahaan yang harus diberikan setahun sekali. Tanpa harus memintanya (#mengemis?). 

Di mana beratnya sih menyisihkan satu bulan di antara rejeki yang sudah dikumpulkan selama 12 bulan. Para pegawai sudah bekerja keras selama 12 bulan dan mungkin juga terpaksa harus bekerja walau sakit. 

Tapi memang tidak semua perusahaan seperti itu. Ada juga pimpinan yang sangat bermurah hati. Bahkan karyawan dimanjakan supaya produktifitas perusahaan meningkat. Inilah pemikiran seorang pimpinan yang manusiawi. 

Bukankah antara karyawan dengan perusahaan adalah suatu hubungan yang seharusnya mutualisma. Saling menguntungkan. Saling memberi dan menerima.

Betapa eloknya dunia jika hubungan bisa terjalin indah seperti itu. Pegawai akan dengan semangat memberikan tenaganya untuk bisa memajukan perusahaan. Imbasnya tentu saja perusahaan akan berkembang dengan baik pula. Dan kalau perusahaan berkembang pesat tentu imbasnya ke karyawan juga. Asal kejujuran dan keikhlasan dijunjung tinggi.

Memang menjadi ironis kalau kemudian pemerintah mesti ikut memaksa dan mendorong dengan himbauan bagi perusahaan untuk membayar THR , bahkan harus mengeluarkan undang-undang. Mungkinkah belum ada kesadaran dari  pimpinan perusahaan. Atau sengaja menanti dipaksa baru mau bergerak

Apakah sedemikian rupa wajah Indonesia? Kenapa harus selalu dibicarakan setiap tahun...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline