Lihat ke Halaman Asli

Maria Sekar Ayu

Mahasiswi Komunikasi

Melawan Sistem dalam Enola Holmes (2020)

Diperbarui: 24 September 2020   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source: imdb

Enola Holmes (2020) baru saja rilis pada tanggal 23 September 2020 lalu di Netflix. Selain kita bisa menikmati penampilan luar biasa dari Millie Bobby-Brown (Stranger Things), Sam Claflin (Hunger Games), dan Henry Cavill (Superman),  melalui  film ini kita bisa melihat bagaimana struktur masyarakat membentuk tuntutan-tuntutan tertentu terhadap seseorang dan bagaimana perjuangan untuk melawan struktur atau sistem tersebut  

Melalui kacamata functionalist, masyarakat terdiri dari "bagian" yang semuanya bekerja sama untuk menjaga keteraturan dalam sistem (Durkheim dalam Sutherland & Feltey, 2012). 

Dari definisi tersebut, kita bisa mempertimbangkan bagaimana ketergantungan antar bagian atau peristiwa berfungsi dalam masyarakat. Karena fungsionalis beranggapan bahwa ada keteraturan dalam sistem, maka adanya ketidak-aturan atau perubahan pada satu bagian akan mengganggu keberadaan sistem yang sudah ada (Sutherland & Feltey, 2012) 

Enola Holmes, karakter utama dalam film ini, adalah seorang gadis berumur 16 tahun yang tumbuh di Inggris pada abad ke-19. Struktur atau sistem sosial pada masa itu mengharapkan seorang perempuan seperti Enola untuk memiliki etika tertentu--anggun,sopan. 

Hal ini diperlihatkan dengan eksplisit melalui kakak tertua Enola, Mycroft Holmes, yang langsung menunjukkan ketidaksukaannya ketika mengetahui adik perempuannya sering bermain olahraga dan tidak mengenakan atribut yang umumnya harus dikenakan perempuan pada masa itu (sarung tangan dan topi).

Enola dan Ibunya, dari kacamaa functionalist, dilihat sebagai konflik dalam sistem. Apa yang mereka lakukan berkebalikan dengan sistem yang sudah ada--perempuan yang melakukan bela diri, membela haknya sendiri, berain olahraga. 

Sistem lain juga bisa dilihat melalui lawan main Enola, Tewkesbury. Sebagai seorang anak laki-laki dan pewaris dari Ayahnya, ia dituntut atau diharapkan untuk menjadi seorang Lord, menjadi tentara dan berkecimpung di politik. 

Sama seperti Enola, Tewkesbury juga tidak menikmati tuntutan-tuntutan ini dan memilih untuk kabur, mendalami hobinya dalam hal tanaman, sesuatu yang dianggap sebagai pekerjaan feminim. 

Melalui serangkaian peristiwa, Enola berusaha untuk membuktikan jati dirinya sebagai seorang perempuan yang mandiri dan tidak terkekang oleh aturan-aturan danpilihan yang sudah dijatuhkan oleh masyarakat kepada dirinya. 

Referensi:

Sutherland, J. & Feltey, K. (2012). Cinematic Sociology:Social Life in Film. SAGE Publications.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline