Lihat ke Halaman Asli

Maria Angraeni

Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa (Inggris) Universitas Negeri Semarang

Guru Juga Bisa Stress

Diperbarui: 14 Januari 2024   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

© Mango Productions/Corbis

Ada beberapa hal yang disebut-sebut sebagai faktor utama keberhasilan guru dalam mengajar seperti kemampuan berkomunikasi dengan siswa, kreativitas guru mengembangkan teknik dan materi mengajar, kepercayaan diri, kemampuan mengorganisasi substansi kurikulum, dan berdedikasi (Aliya, 2022). Faktor-faktor ini sangat penting dan ideal namun perlu dikembangkan secara berkesinambungan.

Nampaknya mengajar di era revolusi industri 4.0, dengan pengaruh digitalisasi yang sangat kuat, memberi tantangan baru sampai-sampai keahlian guru ini harus dilengkapi dengan keterampilan yang lebih menunjang. 

Tentu ada banyak hal yang disumbangkan teknologi untuk perkembangan pendidikan. Tak dipungkiri, anak-anak saat ini menjadi salah satu golongan paling banyak yang mengggunakan media digital seperti gadget (Abidah, 2023). 

Dalam perkembangan gadget yang serba modern berupa smartphone dan tablet, semakin banyak pula anak-anak usia dini mengalami kendala tumbuh kembangnya secara mental dan psikis yang disebabkan oleh penggunaan gadget yang berlebihan dengan kurangnya pemantauan bijaksana oleh orangtua di rumah. Menurut Amalia (2021) selalu ada pengaruh positif dan negatif dalam penggunaaan gadget dan teknologi informasi. 

Walau dampak negatif mungkin bisa saja dihindari, tapi nyatanya konsekuensi buruk tidak terelakkan akibat hal ini. Amalia (2021) menambahkan bahwa tantrum menjadi salah satu konsequensi negatifnya. 

Dalam ranah psikologi, tantrum adalah ledakan emosi anak yang ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, berteriak, dan marah dan dikatakan wajar terjadi dalam masa pertumbuhan anak. 

Belakangan ini, penggunaan gadget yang berlebihan oleh anak dirasa telah menjadikan kondisi tantrum menjadi tidak wajar seperti kontak fisik dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama dengan intensitas yang tinggi. 

Kondisi tantrum anak yang tidak segera diperhatikan dan ditangani akan terbawa dalam aktivitas belajar anak di sekolah dan mempengaruhi perkembangan interaksi sosial ketika keinginan anak tersebut tidak terpenuhi.  

Ketika perilakunya berubah tak terkendali, intensitas tinggi siswa tantrum yang tidak wajar akhirnya membuatnya bersikap tidak peduli dengan peraturan kelas dan sekolah serta bersikap kurang peduli atau tidak hormat pada teman dan gurunya. 

Sikap impulsif tinggi yang terjadi terutama di sekolah dasar, tentunya juga akan berdampak pada sulitnya guru menerapkan manajemen kedisiplinan, manajemen kelas, serta terganggunya penyampaian materi kepada seluruh siswa di kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline