Semarang, Indonesia (11/8/2020) - Di masa pandemi Covid-19, Pemerintah kini telah menerapkan protokol kesehatan di era new normal untuk masyarakat. Protokol kesehatan ini wajib dijalankan oleh setiap lapisan masyarakat, tak terkecuali oleh mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) Undip.
Maria Maylissa sebagai salah satu Volunteer Earth Hour Semarang mengatakan bahwa, kuliah maupun sekolah online menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru maupun murid.
Hal ini menjadikan motivasi untuk terjun langsung ke siswa-siswi maupun adik-adik PAUD untuk berbagi di bidang edukasi SDG’s berbasiskan Fun Learning.
Berdasarkan data yang dilansir dari www.sdgindex.org, Indonesia berada di urutan ke 101 dari 193 negara pada angka pencapaian SDG’s. Pada poin 4 (kualitas pendidikan), penilaiannya cukup membaik. Sedangkan pada poin 14 (kehidupan bawah air) & poin 15 (kehidupan di darat), perkembangannya tersendat.
Earth Hour Goes To School pun menjadi konsep yang diusung oleh Maylissa sebagai program KKN mandiri. Edukasi SDG’s berbasiskan Fun Learning ini dilaksanakan di MTs Darut Taqwa dengan sasaran siswa kelas 8 dan 9. MTs Darut Taqwa tetap melaksanakan kegiatan pendampingan untuk siswa-siswinya dengan jadwal yang disesuaikan.
Di kegiatan ini, Maylissa menjelaskan secara umum mengenai SDG’s dan poin-poin didalamnya secara sederhana namun terdapat 3 poin yang ditekankan. Poin-poin tersebut yaitu poin 4 mengenai pendidikan, poin 14 mengenai kehidupan bawah air, dan poin 15 mengenai ekosistem darat. Tidak disangka, siswa-siswi MTs cukup antusias dalam mengikuti kegiatan ini.
Di satu sesinya, Maylissa mengenalkan beberapa sosok inspiratif seperti Tasya Kamila, Angkie Yudistia dan Tulus. Tasya Kamila telah menciptakan fasilitas biodiesel untuk desa mandiri energi di Sumba sedangkan Tulus merupkan inisiator gerakan peduli terhadap pelestarian gajah. Siswa-siswi pun menyimak dengan seksama dan bahkan juga bercerita ingin bercita-cita menjadi guru bahkan menjadi gamers dan tentunya penggiat lingkungan.
Di akhir sesi, siswa-siswi diberi gambaran mengenai masalah lingkungan terutama di laut dan solusi kreatif yang dapat dilakukan. Melalui ecobrick, Maylissa dan Kathan menjelaskan bahwa kini limbah bukan lagi masalah. Limbah plastik kini dapat diolah menjadi berbagai macam kerajinan yang bermanfaat seperti Ecobrick. Ecobrick ini nantinya dapat disusun menjadi kursi maupun meja.
Tak hanya di lingkup siswa MTs, edukasi lingkungan juga diberikan kepada anak-anak berusia sekitar 3-7 tahun. Adik-adik diajak untuk menyelami dunia bawah laut dan mengenal biota-biota yang ada didalamnya.