Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Bila Percaya Diri, Tidak Butuh/Perlu Konfirmasi

Diperbarui: 21 Agustus 2024   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : https://nodokter.com/

Ketiadaan rasa percaya diri telah membuat kita butuh konfirmasi dari pihak luar. Tanpa sadar kita telah mempercayai bahwa pendapat banyak orang membuat kita bisa melakukan sesuatu dengan benar dan baik. Suatu pendapat yang amat sangat keliru. Dengan kata lain, sebenarnya kita belum memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang tepat.

Yang saya maksudkan dengan perbuatan yang tepat adalah perbuatan yang memberikan manfaat bagi lingkungan serta sesama. Perbuatan yang hanya bermanfaat bagi diri sendiri serta golongan dapat dipastikan tidak selaras dengan alam. 

Karena yang kita lakukan masih semata perbuatan yang memberikan kenyamanan bagi indrawi kita. Secara tegas segala perbuatan yang hanya demi kepentingan sendiri atau golongan pasti hanya menguntungkan kelompok tersebut. Ini berarti bahwa perbuatannya belum melibatkan kepentingan sesama makhluk hidup. Suatu perbuatan yang tidak selaras dengan alam.

Agar kita bisa hidup selaras dengan alam, yang pertama dilakukan atau diperbuat adalah mesti yakin dan percaya terhadap diri sendiri, yaitu dengan cara memberdayakan diri sendiri. Tanpa memiliki kemampuan untuk memberdayakan diri sendiri, kita belum memiliki pengalaman yang tepat. Pengalaman yang tepat berarti kita sadar. Sadar bahwa yang dilakukan bukanlah semata untuk kenyamanan tubuh atau indrawi.

Kenali diri sendiri, baru kita bisa memberdayakan diri. Dengan Pemberdayaan diri, kita tidak perlu lagi konfirmasi dari orang lain. Karena kita telah memahami bahwa Diri yang sejati bertujuan untuk bisa melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi semua makhluk hidup. 

Ya, hanya dengan cara ini, kita bisa hidup dengan damai serta sejahtera. Kita tidak bisa merasakan kebahagiaan serta kesejahteraan selama berbuat demi kepentingan atau kenyamanan indrawi. Kita masih jadi budak nafsu ragawi kita.

Bukan lagi sesuatu yang rahasia bahwa saat ini banyak orang stres. Ada suatu penelitain di Negeri Paman Sam bebera[pa tahun yang lalu, bahwa 2 diantara 5 orang yang berkeliaran di jalan dalam kondisi tidak sehat mentalnya. 

Apalagi sekarang, dapat dipastikan lebih banyak lagi. Hasil penelitian terakhir, satu di antara 5 (lima) di masyarakat kita tidak waras mentalnya. Nah, bila semakin banyak yang tidak waras alias sakit mental, apa manfaatnya mendapatkan konfirmasi mereka?

Dengan lain, bila kita minta konfirmasi dari orang yang sakit mental, tanpa sadar kita juga telah melakukan konfirmasi diri bahwa kita bagian dari penderita sakiat mental. Bukankah ini sesuai dengan hukum tarik menarik, orang yang sakit akan mencari konfirmasi dari sesama penderita sakit juga.

Pertanyaannya, bagaimana kita tahu bahwa kita sakit mental?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline