Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Paling Gampang Menjual Positif Palsu

Diperbarui: 6 Agustus 2024   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : youtube.com @1HariSukses

Jualan The Law of Attraction tidak beda dengan jualan positif palsu. Tidak satu pun bayi lahir bisa langsung berdiri kecuali bayi hewan kaki 4. Semua perolehan harta benda mesti melalui proses kerja keras. Bila kita melawan proses alam, maka tidak pelak lagi kehancuran atau penderitaan yang diperoleh.

Mengikuti seminar The Law of Attraction dengan biaya mahal tidak beda dengan membeli pepesan kosong. Krisis tahun 1998 terjadi sebagai akibat banyak orang tertipu dengan yang disebut positif palsu. Ketika itu akibat mempercayai bahwa dengan membelanjakan uang kemudian membayangkan bahwa alam semesta memberikan uang juga. Mereka beranggapan bahwa dengan menghamburkan uang akan mendapatkan atau menarik uang dari alam semesta diangap cara positif. 

Inilah positif palsu. Menghamburkan uang sendiri untuk membelanjakan barang-barang yang bertentangan dengan sifat alam, data dipastikan alam semesta tidak bakal memberikan. Kenalilah sifat alam dengan baik. Menggunakan uang untuk mengembangkan evolusi jiwa adalah postif sejati. Karena memang tujuan utama kelahiran semata untuk kembali ke asal muasalnya. 

Hidup di dunia semata untuk mengumpulkan harta benda sama sekali bukan kemauan sifat alam semesta. Hidup selaras dengan alam berarti kita menggunakan segala sumberdaya alam secara efisien dan efektif, atau tepat sasaran. Menggunakan uang pinjaman hanya untuk menarik uang bukanlah sifat alam, bagaimana mungkin alam semesta akan MESTAKUNG (Semesta mendukung impian) atau mendukung keserakahan manusia? Selain cara menghamburkan juga pikiran atau impugn menggunakan uang yang tidak selaras dengan sifat alam. jelaslah alam semesta tidak mendukung, sungguh-sungguh pembohongan massal semata untuk mencari keuntungan dari mereka yang serakah.

Hidup secara boros bukanlah sifat alam. Apalagi tidak untuk melayani alam. Yang dimaksudkan dengan melayani alam adalah memelihara alam dengan cara kita tidak melakukannya perusakan atau mencemari lingkungan.

Pemahaman sesungguhnya dengan hukum tarik menarik adalah positif atau pikiran baik akan menarik kebaikan juga. Banyak kejadian yang kita tidak sadar menarik negativitas dari luar. Misalnya suatu ketika kita bepergian, daam perjalanan ada rasa takut atau khawatir dirampok atau dicuri barangnya. Maka pikiran negatif ini akan menarik penjahat yang saat itu juga memiliki pikiran negatif. Sebaliknya, bila kita pergi dengan riang tanpa sedikitpun rasa khawatir, maka segala sesuatu akan dilancarkan. 

Seorang yang suka berjudi akan senang bergaul atau berkelompok dengan yang suka berjudi pula. Orang yang sakit akan suka berkumpul atau betah berbincang-bincang dengan sesama yang sakit juga. Mereka sangat suka membahas tentang rumah sakit mana yang baik, obat apa yang diminum, dan dokter mana yang baik. Pendek kata segala hal yang berkaitan dengan penyakit. Perhatikan bila tidak percaya.

Inilah hukum tarik menarik yang sesungguhnya. 

Tentang segala sesuatu yang positif semestinya dikaitkan dengan perkembangan evolusi kesadaran, bila sesuatu menunjang sifat kebajikan dalan diri kita, tentu terkait yang mendukung kebajikan diri. Yang saya maksudkan dengan kebajikan diri adalah yang sesuai atau selaras dengan sifat alam atau untuk kebaikan banyak orang. Ingatlah teman, bila lingkungan kita selamat, kita juga bisa hidup dengan baik. Demikialah doa yang baik yang diajarkan leluhur adalah kebaikan bagi semua orang; SEMOGA SEMUA ORANG BAHAGIA.

Doa yang ditujukan untuk semua orang sudah pasti termasuk diri kita, keluarga serta kerabat. Janganlah hanya berdoa semata untuk kita serca keluarga, doa ini tidak bakar di-amini oleh alam semesta. Ini doa para penganut 'positif palsu'. Karena kita tidak bisa hidup sendiri bila orang lain menderita. Bayangkan kita mau berdagang, tetapi dengan cara merugikan orang lain. Bila akibat dagangan kita, orang lain sakit, siapa yang akan beli?  Saat kita berbisnis semestinya dengan win-win solution. Sama-sama untumg sehingga tetap ada kesinambungan hidup. Bukankah ini prinsip koperasi? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline