Sama sekali kebanyakan dari kita belum memahami pikiran positif. Mengapa?
Karena sesungguhnya yang disebut pikiran positif pun palsu, pikiran sendiri hanyalah ilusi, sesaat ada sesaat kemudian tidak ada. Pikiran senantiasa berubah setiap saat. Sebagai contoh, ketika kita masih muda berpacaran dengan seseorang. Di awal pertemuan terlihat tiada wanita lain secantik pacar kita.
Setelah menikah beberapa tahun, bahkan mungkin kurang dari satu tahun, kita sudah berpaling ke wanita lain. Inilah sifat pikiran yang tidak bisa dalam keadaan konstan. Bila tidak percaya, masih ingat pepatah : "Rumput tetangga tampak lebih hijau dari rumput di halaman sendiri"
Demikian juga ketika kita senang dengan mobil atau barang tertentu, bertahan berapa lamakah? Melihat barang labih baru, barang lama atau mobil lama ditinggalkan. Inilah sifat pikiran yang palsu, bagaimana mungkin ada pikiran positif? Yang ada adalah pimkiran positif palsu, lantas bagaimana pikiran positif yang sifatnya saja tidak menentu bisa membantu kita daam kehidupan ini?
Oleh karena itu, kita mesti melampaui pikiran sehingga tidak lagi dipermainkan oleh pikiran. Selama ini kita anggap bisa mengatur atau mengendalikan pikiran, namun realitanya kita yang dipermainkan pikiran. Saya percaya bahwa banyak yang tidak percaya, tetapi benarkah yang aku adalah pikiran?
Yang sering kita ungkapkan adalah : 'Aku sedang berpikir' artinya bahwa aku bukan pikiran, tetapi aku menggunakan pikiran. Jadi pikiran adalah materi atau alat yang aku gunakan. Hanya alat yang berwujud materi sehingga visa digunakan, walaupun banyak orang tidak setuju, tetapi bagi saya, boleh anda tidak setuju, adalah materi.
Selama kita berada di bawah kendali pikiran, kita tidak akan bisa memiliki kekayaan sejati. Hanya kekayaan sejati yang bisa menghasilkan kebahagiaan sejati. Kekayaan yang berupa materi uang atau harta benda lain yang bersifat sementara juga menghasilkan kebahagiaan semu atau sementara. Kita bisa memperistri seorang perempuan tercantik, sementara kita bangga atau senang, kesenangan atau yang dianggap kebahagiaan hanya bersifat sementara juga. Inilah sifat kesementaraan benda yang juga hanya sementara.
Beda dengan kekayaan sejati, semakin kita menyadari adanya kekayaan yang sejati semakin kita bersyukur. Inilah yang disebut berkelimpahan. Kepemilikan kekayaan dunia membuat manusia semakin miskin, para suci atau nabi yang merasakan kepuasan berkat kekayaan sejati semakin bersyukur.
Demikianlah sifat kekayaan sejati, mungkin ini yang disebut dalam pepatah Jawa : SUGIH TANPO BONDO. Kaya tanpa harta. Kita tidak percha kekurangan, yaitu dengan selalu bersyukur dalam segala hal. Hanya dengan menggaai kekayaan sejati, kita bisa melayani tanpa pamrih. Semakin bisa membre pat orang lain bahagia semakin kita men\rasakan kebahagiaan.
Kekayaan sejati hanya bisa digapai oleh para suci yang telah melampaui pikiran. Janganlah menganggap bahwa itu hak prerogativ para suci atau nabi, setiap orang memiliki hak untuk menggapainya. Tiada beda mereka dengan kita orang awam, yang dibutuhkan hanya satu, keterbukaan diri untuk menerima karunia atau berkahNya. Bersihkan pikiran dari nafsu angkara murka, nafsu adalah insting hewani yang bukan kesejatian kita.