Selama ini kita sering abai terhadap stres. Tanpa adanya stres, tidak akan ada rumah dan lainnya. Bagaimana bisa terjadi stres?
Stres terjadi disebabkan adanya dua gesekan. Gesekan antara keinginan atau harapan dan hasil. Jadi stres adalah energi atau api yang berasal dari gesekan dua hal. Saya ibaratkan bagaimana api bisa terjadi atau muncul?
Api adalah energi yang terjadi karena gesekan dua benda padat. Akibat gesekan ini, timbul percikan api. Demikian juga terjadinya stres; kita ingin sesuatu atau merasa tidak nyaman lagi dengan suatu keadaan yang bisa saja berkaitan dengan kenyamanan. Misalnya : zaman dulu orang tinggal di goa. Dengan keinginan yang semakin berkembang, mereka kemudian memiliki keinginan untuk tinggal lebih nyaman. Akhirnya jadi rumah sebagaimana kita kenal sekarang.
Dengan kata lain, stres adalah energi yang harus dikenal dan kemudian kita mesti mengelolanya. Bila kita bisa mengelola dengan baik, kita akan hancur ditelah stres. Misalnya kita qmengharapkan seorang wanita untuk dijadikan pacar atau pasangan hidup. Dan ternyata cinta kita ditolak. Antara harapan dan kenyataan tidak terwujud, timbul stres. Bila kita tidak mengenal energi ini, kita terbawa oleh kekecewaan karena harapan tidak terpenuhi, kita menuju depresi. Terbawa emosi kekecewaan yang bisa menghancurkan kita.
Bila kita bisa mengenali bahwa energi sebagai sumber energi, maka kita bisa bangkit menggunakan energi tersebut untuk bangkit memberdayakan diri. Sulit?
Memang demikian. Saya menyadari hal ini juga setelah saya belajar dari seorang Guru, Bapak Anand Krishna. Dari beliau saya kenal bahwa stres tidak atau jangan dihilangkan. Yang menjadi petunjuk/inspirasi saya adalah tentang kisah anakan atau bayi salmon. Saat si pedagang membawa ke pasar, banyak anakan salmon mati, lebih dari 30%. Suatu ketika tanpa disengaja ada anakan, hiu kecil terbawa. Si anakan salmon berlarian agar tidak dimangsa si hiu. Sampai tujuan/pasar, salmon yang mati kurang dari 30%. Akibat berraria menghindari anak hiu, salmon kecil tetap hidup.
Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran untuk mengenali adanya stres/energi ini. Bila kita bisa mengenalinya, baru kita bisa mengelola untuk menggapai sesuatu yang lebih baik.
Kita bisa membuat alat komunikasi sebagaimana kita kenal saat ini juga melalui proses panjang. Awalnya juga dari keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain karena adanya jarak. Pada awalnya tercipta telepon rumah, kemudian dorongan stres untuk berhubungan lebih jauh tanpa kabel, tercipta telepon genggam yang sudah kita gunkan saat ini.
Adanya rasa cemas karena takut terhadap sesuatu yang mungkin terjadi, menimbulkan stres. Bila kita bisa menyadari hal ini, kita akan mengelola energi stres untuk berupaya agar kita bisa menghindarinya. Janganlah abai terhadap perasaan cemas, adanya rasa cemas atau khawatir merupakan energi yang mesti dikelola untuk menghindari agar rasa khawatir tidak terjadi. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah : 'Darimana muncul perasaan cemas atau khawatir?'
Rasa cemas atau khawatir terjadi dari pengalaman masa lalu. Adanya memori buruk ini, bisa dari pengalaman sendiri atau mendengar dari pengalaman orang lain memicu munculnya perasaan tersebut. Inilah yang sebutkan "Sampah Emosi".