Friksi atau konflik memang diminati oleh manusia yang ingin tetap memelihara arogansi diri. Bukankah ini yang membuat dunia tetap eksis? Keberadaan arogansi dan merasa aling benar merupakan hiasan dunia agar tegtap eksis, perhatikan saja emosi setiap orang yang selalu menunjuk orang lain salah dan anggap dirinya paling benar dan berkuasa.
Tanpa sadar bahwa ketika ia masih saja menganggap paling benar sesungguhnya posisinya berada paling buruk. Namun bukankah banyak orang yang senang keadaan dirinya seperti ini? Perhatikan saja sosmed, pada saat ise seperrti ini yang ditebar, banyak pendukungnya. Inilah energi tarik menarik. Saat banyak pendukung berarti keadaan yang mendukung juga tidak baik-baik saja.
Tanpa disadar bahwa mereka sedang menuju menuju jurang kematian. Kematian bagi Sang Jiwa. Kuasa keinginan untuk berkuasa telah begitu merasuk tanpa kendali ke dalam pikiran serta perasaannya. Tapi itu juga pilihan. Ia masih saja menganggap bahwa Tuhan bisa dia atur agar menjadi pesuruhnya yang mendukung tindakan yang bertentangan dengan hukum alam; keselarasan denganan semesta.
Itu semua gejolak kehidupan. Sama sekali lupa bahwa kita semua berada di dalam Tuhan yang meliputi segalanya. Dan bila kita meyakini bahwa kita semua makhluk berada di daam Dia, semestinya sadar bahwa surga juga berada di sini, bukan di alam lain. Alam setelah kematian tubuh yang kita anggap beda. Benarkah beda alam?
Bagaimana mungkin?
Bila Dia Hyang Maha Hidup dan Meliputi alam semesta, berarti juga ada di bumi ini, kan? Inilah pemahaman saya, bisa juga ada yang memilki cara pandang lain. Yang membedakan bahwa ada alam di luar Tuhan. Bila cara pandang ini, maka dunia tetap tidak akan ada kedamaian.
Saat tubuh mati, roh pergi meninggalkan tubuh. Roh merupakan pikiran serta perasaan. Hanya itu. Sang Jiwa individu percikan Hyang Maha Agung terjebak di alam pikiran dan perasaan/roh. Tanpa ada energi Sang Jiwa Individu, si roh tidak akan eksis. Lucu juga permainan Hyang Maha Agung. Padahal sesungguhnya, tidak ada keterpisahan. Semata hanya pikiran yang membuat pembatas/hijab.
Dengan pemahaman ini, maka kita memahami bahwa alam semesta ini berlapis-lapis frekuensinya. Dan semuanya adalah materi. Yang bukan materi adalah yang abadi. Materi akan berakhir, karena ada awal dan akhir waktu pembentukannya.. Sementara yang abadi adal yang tidak pernah lahir dan mati.
Dan materi dipengaruhi oleh kedudukan bumi yangsenantiasa berubah. Perubahan ini menunjukkan konstelasi kedudukan yang berbeda. Dan ini mempengaruhi perubahan medan magnit dan energi sekitarnya. Peruntungan dan kerugian seseorang sangat dipengaruhi oleh medan energi sekitarnya. Inilah hukum law of attraction. Hukum ini adalah salah satu dari banyak hukum di semesta.
Masih ada lagi hukum karma. Hukum sebab-akibat. Suatu hukum alam yang juga tidak terbantahkan. Masih ada lagi hukum berlandaskan kasih. Suatu hukum ilahiah yang senantiasa berbagi. Hukum ini mengajak manusia untuk berbagi dengan sesama. Untuk melakoni hukum ini, seseorang mesti memiliki yang selaras dengan alam semesta. Sifat kasih terhadap semua makhluk tanpa memandang perbedaan yang ada di permukaan, tetapi melihat kesatuan di baliknya.
Bila kita mau membuka diri, keceriaan adalah sesuatu suasana hati yang sudah ada dalam diri setiap insan. Yang diperlukan hanya menyadari akan adanya keceriaan itu. Dan modalnya tidak mahal. Hanya duduk diam dan mengamati jalannya pikiran. Sadarilah bahwa pikiran ini eksis atas dasar perbedaan. Hidup atas bajan bakar konflik atau priksi. Ingatlah, priksi atau gesekanlah yang membuat ada api. Tanpa ada friksi tidak ada api. Cara pandang yang tidak lebih dalam lagi memaknai bahwa kita semua disatukan oleh energi kehidupan; Hyang Maha Hidup. Inilah perjalanan ke dalam diri.