Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Kebenaran Pikiran Belum Tentu Tepat

Diperbarui: 22 Juni 2024   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://www.booksindonesia.com/

Kebenaran produk pikiran yang selama ini dianggap baik, sesungguhnya belum tentu tepat atau bermanfaat bagi orang banyak. Selama pikiran kita belum disucikan atau dibersihkan dari sampah atau debu kotoran yang dengan mudah diserap oleh otak. Hal seperti ini bukanlah khayalan atau imajinasi, tetapi berdasarkan hasil penelitian Masaru Emoto tentang kemampuan air menyerap informasi. Bukankah otak terdiri dari 95% lebih cairan sehingga dengan mudah menyimpan informasi.

Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa kebenaran pikiran merupakan kebenaran semu. Atau mungkin lebih tepatnya dipengaruhi emosi yang liar. Emosi yang mayoritas didominasi oleh ego atau demi kepentingan yang dilandasi nafsu dari indrawi kita. Tidak dapat disangkal bahwa kebanyakan dari masyarakat kita belum memahami perbedaan antara intelektual dan inteligencia. Karena isi pikiran kita berasal dari pengetahuan pinjaman dari buku. Yang lebih parah lagi pikiran kita bekerja karena pengaruh lingkungan. Dan kita baru tersadarkan bahwa lingkungan kita hidup dalam alam ilusi. Selama ini kita telah dikondisikan oleh lingkungan. Kita dibentuk oleh pendapat dan pikiran lingkungan.

Intelektual adalah kepintaran berdasarkan informasi pinjaman, baik dari buku maupun informasi dari sekitar atau masyarakat sejak dari usia dini. Bahkan selama inipun banyak anggapan bahwa buah pikiran kita baik, namun sesungguhnya pola dasar pikiran sama sekali belum dilandasi oleh kebijakan selaras alam.

Inilah sebabnya dunia kita masih kacau balau. Tidak usah jauh-jauh melihat keluar, yang sekarang sedang menduduki jabatan pun belum semuanya bisa memahami bahwa nilai kemanusiaan melebihi segala nilai. Hal ini terbukti bahwa segala produk peraturan atau hukum belum seutuhnya dilandasi kebijakan intelegensi. Bahkan yang lebuh menyedihkan atau memprihatinkan kebanyakan masih dilandasi kepentingan golongan kepercayaan tertentu, bukan dilandasi nilai-nilai kemanusiaan.

 
Dalam buku Kehidupan by Anand Krishna disebutkan: 'Anda tidak akan pernah menemukan kebenaran lewat pikiran'. Setelah saya renungkan, pernyataan ini tepat sekali. Banyak istilah mengatakan bahwa kita sering diperbudak pikiran. Dan selama ini banyak penderitaan kita juga disebabkan oleh pikiran. Mengapa?

Sifat Pikiran Dipengaruhi Sifat Dunia Benda

Kualitas pikiran dipengaruhi oleh kualitas dunia benda yang bersifat dualitas. Inilah sifat dasar dunia benda. Oleh karenanya, sifat pikiran kita selalu berdasarkan untung-rugi atau materiliastis. Dengan demikian bila kita mengandalkan pikiran untuk menggapai kebenaran yang memberikan manfaat bagi banyak orang tidak akan pernah berhasil. Karena sifat dari kebenaran bagaikan permata yang memiliki banyak sisi. Semakin banyak sisi dari suatu permata semakin berkilau cahayanya. Kilauan pikiran bisa diperoleh bila sudah bertransformasi menjadi intelegensi.

Yang mesi disadari adalah sifat pikiran amat sangat dangkal. Semua diukur dari sisi keuntungan golongan/kelompok sendiri. Sedangkan kebenaran sejati berasal dari intelejensia. Pikiran terbentuk dari ego. Dan bila kita mau mempelejari sejarah, kekacauan di dunia bermula dari keinginan pikiran yang serakah. Berlandaskan hal ini,  setiap manusia semstinya perlu melakukan dekondisioning agar terjadi transformasi menjadi intelegensi.

Apakah Kebenaran Sejati?

Kebenaran Sejati hanya bisa diperoleh bila Anda dalam keadaan hening (Kehidupan by Anand Krishna). Tidak bisa tidak saat hening, pikiran kita dalam keadaan datar. Pikiran kacau bagaikan gerakan monyet. Saat pikiran gelisah atau kacau, kita tidak bisa duduk dengan tenang atau hening. Mengapa?

Bila kita mau jujur, hidup dalam ketakutan. Kebanyakan orang tidak bisa memejamkan mata dalam jangka waktu lama. Timbul perasaan yang begitu menakutkan pada saat memejamkan mata.  Karena ada perasaan khawatir atau takut bahwa bila memejamkan mata akan ada sesuatu dari luar. Padahal, pikiran tersebut timbul karena ciptaannya sendiri.

Kebenaran sejati tunggal adanya. Kebenaran sejati berguna bagi semua makhluk. Kebenaran sejati tidak hanya bagi sekelompok atau golongan tertentu. Kebenaran yang bersifat universal akan bermanfaat bagi semur makhluk di bumi. Inilah dharma.....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline