Betul sekali, dunia bisa damai bila banyak orang Percaya Diri. Sebelum kita memahami maksudnya, mengertikah kita tentang definisi Percaya Diri?
Percaya Diri bukanlah mereka yang membawa pentungan melarang seseorang berupaya menghentikan atau melarang kegiatan karena tidak satu kepercayaan dengan dirinya. Bahkan menurut saya, mereka amat sangat TIDAK PERCAYA DIRI. Mereka tidak paham tentang Diri yang sesungguhnya.
Ketika saya membaca dari suatu buku yang ditulis oleh Guruji Anand Krishna, Pustaka Suci Hindu :
"Percaya Diri berarti percaya pada hukum-hukum alam, bahwasanya keadaan seberat atau segenting apa pun dapat diubah"
Sebagaimana saya paham dari beliau, pertama yang mesti kita kaji adalah tentang Diri. Diri yang dimaksudkan di atas adalah Diri yang sesungguhnya, bukan diri sebagaimana identitas yang disematkan atau diberikan oleh masyarakat umum atau lingkungan kita. Diri ini sangat memahami hukum-hukum alam.
Mereka yang 'katanya' percaya diri belum memahami hukum-hukum alam sehingga mereka masih mengandalkan dukungan dari luar. Oleh sebab itu tanpa adanya dukungan dari luar mereka tidak berani melakukannya sendiri. Sesungguhnya yang mereka lakukan sekadar ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Pujian bahwa mereka pemberani, padahal ketika orang melakukan demi pujian, ia hidup dalam rasa takut. Ia belum paham Diri yang sejati.
Mereka yang memahami Diri Yang sejati tidak lagi bersandar kepada orang lain. Mereka tidak akan menyerahkan remote controle diri terhadap orang lain. Diri yang saya maksudkan adalah bahwasanya segala perbuatan kita mesti kita sendiri yang bertanggung jawab. Ia yang percaya Diri sangat memahami dan melakoni pesan para suci : 'Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan'
Memahami hukum-hukum alam berarti kita sangat mengerti landasan kehidupan di alam ini adalah hukum SEBAB-AKIBAT. Hukum alam yang lebih tinggi lagi adalah hukum Kasih. Ini juga yang menjadi sifat utama Dia Hyang Maha Agung, sumber segala sumber. Satu hal yang mesti kita yakini adalah bahwa yang abadi adalah hukum perubahan. Satu-satunya yang tidak berubah atau abadi adalah Dia Yang Bersemayam pada setiap benda. Tanpa kehadiran-Nya, tiada keberadaan semuanya di alam ini. Dia yang di luar diri juga ada dalam diri setiap benda atau makhluk.
Ia yang Percaya Diri tidak akan berbuat kekerasan, karena ia sangat sadar bahwa bila ia melakukannya hal tersebut, ia juga sedang menyakiti dirinya sendiri. Kekerasan bukan saja tindakan, tetapi pikiran serta ucapan yang membuat sesama kita tersakiti, baik fisik maupun nonfisik. Ia sadar serta siapmembuka diri untuk menerima segala akibat perbuatannya di masa lalu. Karena keterbukaan Diri juga menjadi penghubung dengan Dia Hyang Maha Agung Sumer egala kekuatan.
Ia sadar bahwa pikiran yang merendahkan kepercayaan orang atau merendahkan orang akan membuat dirinya sakit. Ia sadar bahwa pikiran buruk merupakan energi yang berkualitas rendah. Ia sangat memahami dampak atau efek pikiran terhadap mental dirinya. Tiada tubuh sehat bila mentalnya sakit.
So, jangan cepat-cepat menyatakan percaya diri bila tindakan kita membuat sesama mengalami sakit fisik maupun perasaannya. Kita berbuat tidak selaras dengan alam. Kita bertindak sebagai pemuja berhala pikiran serta lingkungan semata ingin mendapatkan pujia. Saat bertindak karena harapkan pujian, kita masih menjadi budak lingkungan.