Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Pensiunan Dosen

Pemahaman Pergi ke Tempat Suci

Diperbarui: 20 Mei 2024   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : https://www.pojokseni.com/2018/

Saya pernah mendengar kisah dari seorang pengikut setia seorang nabi. Kisah ini berkaitan dengan orang yang sedang melakukan ritual dengan bepergian ke tempat yang dianggap suci.

Dikisahkan saat itu seorang pengikut setia sedang pergi bersama sang nabi melakukan perjalanan suci juga. Ia begitu gembira melihat begitu banyak orang melakukan perjalanan suci tersebut. Namun sayangnya, sang nabi tidak merespons dengan cara yang sama. Beliau begitu kecewa dan murung, hal yang mengherankan bagi sang pengikut tersebut. Ia bertanya : 'Mengapa Guru begitu sedih melihat begitu banyak orang yang mengikuti perintahmu untuk melakukan ritual yang Kau perintahkan?'

Tanpa berucap sepatah katapun, beliau kemudian mengusap wajah/mata sang pengikut setia, apa yang dilihatnya begitu ia membuka matanya?

Ia melihat sekelompok hewan berkaki empat yang melakukan perjalanan suci tersebut. Hanya segelintir orang yang masih berwujud manusia. Ia pun sangat heran dengan yang dilihatnya. Kemudian ia bertanya kepada Gurunya : 'Bagaimana hal ini bisa terjadi Guru?'

Sang Guru/Murshid pun menjawab : 'Seperti itulah sesungguhnya keadaan pikiran mereka. Yang kau lihat tadi adalah keadaan pikiran atau emosi mereka, bukan wujud fisik mereka.'

Saat itu saya belum memahami makna kisah tersebut, sekarang saya baru mengerti, ini terkait dengan NEOCORTEX dan LIMBIK/REPTILIAN brain. 

Jadi ketika seseorang hanya melakukan perjalanan suci semata untuk memenuhi kewajiban, tanpa adanya kesadaran bahwa semestinya terjadi perubahan sikap mental atau cara pandang terhadap kehidupan, maka yang berfungsi hanyalah emosi, otak mamalia. Ini terkait dengan kisah lainnya, sebagai berikut :

Dahulu kala, ada seseorang yang rain menabung demi melakukan perjalanan suci yang diperintahkan Sang Nabi. Setelah beberapa lama, akhirnya terpenuhi baya yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan suci tersebut. Tanpa disangka, seseorang datang meminta bantuan karena orangtuanya sakit sehingga butuh biaya untuk pengobatannya. Orang tersebut berkata bahwa bila tidak segera dilakukan tindakan pengobatan, maka orangtuanya bisa meninggal.

Tanpa berpikir panjang, orang yang siap pergi ke tanah suci memberikan uang tabungannya. Ia melihat bahwa uang tersebut akan lebih berguna untuk membantu temannya untuk menyelamatkan nyawa orangtuanya. Sang Nabi pun bersabda : 'Orang ini telah menunaikan ibadah sebagaimana saya perintahkan. Bantuan yang ia breikan telah membuktikan bahwa ia lebbig mengutamakan nyawa seseorang daripada kepentingannya sendiri.'

Saya merenungkan, ternyata orang ini telah menggunakan NEOCORTEX nya. Ia menggunakan pikiran kritis atau critical thinking nya untuk melakukannya tindakan yang tepat, bukan hanya mengikuti emosi agar dilihat orang atau masyarakat bahwa ia telah melakukannya perjalanan suci. Shifting atau peningkatan kesadaran inilah yang utama, bukan laku perjalanan suci tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline